Jelang Pembukaan Kembali Sekolah, Begini Cerita Persiapan Orang Tua Murid
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kegiatan sekolah bakal dimulai kembali besok, 13 Juli 2020. Namun, Wawan Setiawan (47) masih terlihat bingung. Putra bungsunya, Dafa (13) masih belum mendapatkan SMP mana yang menjadi labuhannya. Dua kali mendaftar di SMP negeri melalui sistem Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB ), justru terdepak lantaran kalah dari cakupan usia.
Mau tak mau, SMP swasta menjadi jalan terakhir bagi Wawan untuk menyekolahkan anaknya tersebut. “Besok baru mau coba daftar sih ke SMP Nurjamilah di Bintara, Bekasi,” cerita Wawan di waktu sela bekerja, kepada SINDOnews, Minggu (12/7/2020).
Untuk masuk ke SMP tersebut, Wawan mengaku harus membayar uang pangkal senilai Rp1,6 juta. Jumlah itu sudah termasuk biaya sekolah selama sebulan. Namun, setoran itu bisa dicicil 3-4 kali. (Baca juga: Survei Alvara Sebut 50% Lebih Orang Tua Masih Takut Anaknya Kembali Sekolah)
Selain perlengkapan seragam sekolah, buku, maupun alat tulis, dia juga harus menyediakan paket internet untuk anaknya. Sebab, kegiatan sekolah masih akan dilakukan secara daring lantaran kebijakan pemerintah selama pandemi Covid-19.
Pekerjaan serabutan sebagai buruh air minum isi ulang kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah anaknya. Bahkan, kebingungannya kian bertambah lagi. Wawan juga harus membayar uang daftar ulang anak keduanya, Bagas (16) sebesar Rp2 juta. Saat ini anaknya itu duduk di kelas 2 SMK swasta di Bekasi.
“Saya juga pusing, anak dua-duanya sekolah. Harus bayar juga biaya sekolah. Besok juga mulai dibayar cicilannya,” ujar Wawan dengan raut dahinya mengerut.
Lain halnya dengan Yossy Catarina (35). Besok adalah hari pertama masa orientasi sekolah anaknya, Jevan di SD Strada. Dia mengaku telah menyiapkan seluruh perlengkapan kebutuhan sekolah untuk anak, mulai dari seragam sekolah, buku, dan alat-alat tulis.
“Besok sih masih masa orientasi pertama, jadi masih perkenalan. Sistemnya enggak setiap hari belajar online,” tutur Yossy sambil menyampul buku tulis yang akan digunakan anaknya untuk belajar.
Namun masih ada yang terasa mengganjal dan membuatnya bingung. Salah satunya sistem belajar daring. Berdasarkan pertemuan dengan pihak sekolah dan orang tua, Sabtu (11/7), Yossy mengatakan pembelajaran tetap menggunakan jarak jauh. Adapun pertemuan tatap muka secara daring hanya ada dua kali dalam seminggu. Metode belajar itu menggunakan layanan aplikasi Zoom.
“Minimal sih dalam seminggu ada dua kali belajar bareng pakai Zoom. Nanti ada tugas-tugas dari guru juga bisa dikasih tau lewat grup WA (Whatsapp),” ujarnya.
Dia mengatakan, besok putra sulungnya bakal mengawali kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah secara daring mulai pukul 07.00 WIB. Seluruh siswa harus mengenakan seragam putih merah dan memakai dasi.
Mau tak mau, SMP swasta menjadi jalan terakhir bagi Wawan untuk menyekolahkan anaknya tersebut. “Besok baru mau coba daftar sih ke SMP Nurjamilah di Bintara, Bekasi,” cerita Wawan di waktu sela bekerja, kepada SINDOnews, Minggu (12/7/2020).
Untuk masuk ke SMP tersebut, Wawan mengaku harus membayar uang pangkal senilai Rp1,6 juta. Jumlah itu sudah termasuk biaya sekolah selama sebulan. Namun, setoran itu bisa dicicil 3-4 kali. (Baca juga: Survei Alvara Sebut 50% Lebih Orang Tua Masih Takut Anaknya Kembali Sekolah)
Selain perlengkapan seragam sekolah, buku, maupun alat tulis, dia juga harus menyediakan paket internet untuk anaknya. Sebab, kegiatan sekolah masih akan dilakukan secara daring lantaran kebijakan pemerintah selama pandemi Covid-19.
Pekerjaan serabutan sebagai buruh air minum isi ulang kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah anaknya. Bahkan, kebingungannya kian bertambah lagi. Wawan juga harus membayar uang daftar ulang anak keduanya, Bagas (16) sebesar Rp2 juta. Saat ini anaknya itu duduk di kelas 2 SMK swasta di Bekasi.
“Saya juga pusing, anak dua-duanya sekolah. Harus bayar juga biaya sekolah. Besok juga mulai dibayar cicilannya,” ujar Wawan dengan raut dahinya mengerut.
Lain halnya dengan Yossy Catarina (35). Besok adalah hari pertama masa orientasi sekolah anaknya, Jevan di SD Strada. Dia mengaku telah menyiapkan seluruh perlengkapan kebutuhan sekolah untuk anak, mulai dari seragam sekolah, buku, dan alat-alat tulis.
“Besok sih masih masa orientasi pertama, jadi masih perkenalan. Sistemnya enggak setiap hari belajar online,” tutur Yossy sambil menyampul buku tulis yang akan digunakan anaknya untuk belajar.
Namun masih ada yang terasa mengganjal dan membuatnya bingung. Salah satunya sistem belajar daring. Berdasarkan pertemuan dengan pihak sekolah dan orang tua, Sabtu (11/7), Yossy mengatakan pembelajaran tetap menggunakan jarak jauh. Adapun pertemuan tatap muka secara daring hanya ada dua kali dalam seminggu. Metode belajar itu menggunakan layanan aplikasi Zoom.
“Minimal sih dalam seminggu ada dua kali belajar bareng pakai Zoom. Nanti ada tugas-tugas dari guru juga bisa dikasih tau lewat grup WA (Whatsapp),” ujarnya.
Dia mengatakan, besok putra sulungnya bakal mengawali kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah secara daring mulai pukul 07.00 WIB. Seluruh siswa harus mengenakan seragam putih merah dan memakai dasi.
(nbs)