Solusi Krisis Air Minum di Daerah 3T, Mahasiswa ITS Gagas Anita

Sabtu, 07 Januari 2023 - 12:07 WIB
loading...
Solusi Krisis Air Minum di Daerah 3T, Mahasiswa ITS Gagas Anita
Model inovasi Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda (Anita) gagasan tim mahasiswa ITS untuk bantu atasi krisis air di daerah terpencil. Foto/Humas ITS.
A A A
JAKARTA - Krisis air minum masih melanda daerah 3T sehingga masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Atas kondisi ini tiga mahasiswa ITS menginovasikan sebuah Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda atau yang disingkat Anita.

Tiga mahasiswa ITS pencipta inovasi ini adalah Jell Hilmansyah dari Departemen Teknik Elektro, Dwi Prawira Kusuma (Departemen Teknik Kelautan), dan Fajar Dhimas Airlangga (Departemen Teknik Fisika). Ketua tim penggagas Anita, Jell Hilmansyah mengungkapkan bahwa inovasi ini terfokus pada metode pengolahan air laut menjadi air siap minum.

Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber air yang berasal dari laut di kawasan terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). “Untuk itu, digagaslah inovasi ini dengan memanfaatkan air laut dan kabut laut sebagai sumber airnya,” katanya, melalui siaran pers, Sabtu (7/1/2023).

Baca juga: Calon Mahasiswa, Ini Pengertian Siswa Eligible pada SNBP 2023

Jell melanjutkan, masyarakat pesisir pantai biasanya hanya menggunakan metode desalinasi guna memperoleh air bersih. Namun, dengan bimbingan dosen Dr Ir Ni Ketut Aryani, tim ini berhasil mengintegrasikan dua metode sekaligus guna menciptakan alat yang lebih efektif dan efisien. “Anita dirancang dengan menggunakan metode desalinasi sekaligus kondensasi,” jelasnya.

Pada metode desalinasi, lanjut Jell, air laut akan dipanaskan hingga mencapai titik didihnya. Ketika telah mencapai titik didih, air murni akan terpisah dengan zat pengotornya. Proses pemanasan ini dilakukan pada kompor listrik dan membutuhkan daya sebesar 620 kilowatt-jam (kWh) tiap liternya. Guna meminimalisir penggunaan daya listrik tersebut, digunakanlah panel surya sebagai salah satu sumber energinya.

Lebih lanjut, Jell menerangkan bahwa air murni yang dihasilkan dari proses desalinasi ini telah memenuhi standar kualitas air minum, yakni 10 part per million (ppm). Tak hanya itu, Jell menilai, volume air yang dihasilkan sudah mencukupi kebutuhan air minum masyarakat. “Volume yang dapat dihasilkan pada metode desalinasi ini sebesar 1,5 liter per jam,” ujar mahasiswa angkatan 2020 ini.

Baca juga: Buruan Daftar! MSIB Angkatan IV Tawarkan 700 Lowongan Magang di Perusahaan Kelas Dunia

Di samping itu, untuk memanfaatkan kabut laut menjadi air siap minum, tim penggagas Anita menerapkan metode kondensasi. Mulanya, akan dipasang jaring-jaring untuk menangkap kabut. Setelah itu, akan terjadi proses kondensasi yang membuat kabut berubah menjadi titik-titik air. “Air yang dihasilkan sudah siap minum dan akan ditampung pada wadah yang telah disediakan,” ujar Jell.

Berkat inovasi cemerlang tersebut, Jell dan tim berhasil merebut posisi pertama pada gelaran Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional 2022 Politeknik Negeri Banyuwangi, beberapa waktu lalu. Ke depan, Jell dan tim berencana untuk terus mengembangkan inovasinya agar dapat digunakan secara optimal, terlebih dalam hal efektivitas dan efisiensi alat. “Kami berharap inovasi ini tidak berhenti di sini, namun bisa terus dikembangkan dan mampu menebar kebermanfaatan bagi masyarakat,” tutup Jell.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4201 seconds (0.1#10.140)