Banat, Alumnus UMM Sukses Meniti Karier di Kuwait sebagai Practice License Nurse
loading...
A
A
A
JAKARTA - Adat muda menanggung rindu, adat tua menanggung ragam. Peribahasa satu ini tepat untuk menggambarkan semangat Banat Farofihoh, salah satu alumni Vokasi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ).
Ia menilai bahwa anak muda memang harus bersabar dalam meraih cita-cita. Demikian juga ia yang kini mengasah ilmu dan pengalamannya berkarya di Royal Hayat Hospital, Kuwait.
"Sebenarnya motivasinya bukan bekerja tapi untuk belajar dan menambah pengalaman di manapun tempatnya. Baik itu kesempatan di dalam maupun luar negeri. Harapannya ilmu yang didapat bisa diaplikasikan untuk membangun sistem kesehatan yang optimal di Indonesia," ujar Banat.
Berangkat ke Kuwait pada Oktober 2022 lalu, saat ini ia bertugas sebagai Practice License Nurse . Yakni perawat di bagian home health, semacam homecare yang merawat pasien di rumah. Beberapa layanan yang diberikan yakni berupa baby care dan geriatric care.
Perempuan lulusan D3 Keperawatan ini memulai karier awalnya sebagai salah satu volunteer Covid-19 pada program penanggulangan Pandemi hasil kerja sama Dinas Kesehatan Kota Batu dan RSU UMM pada 2021 silam.
Sembari mengabdikan diri di tengah wabah, Banat mendaftar pada program kerja internasional di Kuwait. Siapa sangka, akhir 2021 ia mendapat kabar baik tentang keberangkatannya.
“Pada tempat saya mendaftar ini berfokus di bidang global, jadi pembagian pekerjaannya ada yang ke Jepang, Arab Saudi, Kuwait dan masih banyak lagi. Kontrak kerjanya kurang lebih 2 tahun. Prosesnya cukup panjang tapi alhamdulillah pihak UMM selalu membantu dan mendukung niat saya. Mulai dari kemudahan mengurus administrasi hingga persiapan keberangkatan”, urai Banat.
Pada awal-awal menjalani pekerjaan, Banat merasakan banyak culture shock. Terutama dari segi bahasa dan sistem kerja yang digunakan. Namun, kemudahan-kemudahan lain hadir untuk meringankan langkahnya.
“Jam kerja di Kuwait 12 jam, sebanyak 17 hari dalam 1 bulan. Sedangkan di Indonesia hanya 8 jam kerja. Selain itu, rekan kerja yang berasal dari berbagai negara juga jadi tantangan tersendiri. Meski begitu, ada banyak kemudahan yang saya peroleh seperti fasilitas kendaraan dan tempat tinggal lengkap beserta furniturenya yang difasilitasi oleh rumah sakit. Penghasilan juga sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari, yakni berkisar 12-13 juta rupiah per bulan,” katanya.
Selain itu, tantangan lainnya yakni saat menghadapi keluarga pasien yang berbeda pendapat. Di sini keteguhan dan kesabarannya diuji untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin. “Biasanya pada bagian homecare suka struggle saat dealing dengan keluarga pasien, seperti memberi pemahaman kepada keluarga yang kadang memiliki standar kesehatan yang berbeda,” pungkasnya.
Ia menilai bahwa anak muda memang harus bersabar dalam meraih cita-cita. Demikian juga ia yang kini mengasah ilmu dan pengalamannya berkarya di Royal Hayat Hospital, Kuwait.
"Sebenarnya motivasinya bukan bekerja tapi untuk belajar dan menambah pengalaman di manapun tempatnya. Baik itu kesempatan di dalam maupun luar negeri. Harapannya ilmu yang didapat bisa diaplikasikan untuk membangun sistem kesehatan yang optimal di Indonesia," ujar Banat.
Berangkat ke Kuwait pada Oktober 2022 lalu, saat ini ia bertugas sebagai Practice License Nurse . Yakni perawat di bagian home health, semacam homecare yang merawat pasien di rumah. Beberapa layanan yang diberikan yakni berupa baby care dan geriatric care.
Perempuan lulusan D3 Keperawatan ini memulai karier awalnya sebagai salah satu volunteer Covid-19 pada program penanggulangan Pandemi hasil kerja sama Dinas Kesehatan Kota Batu dan RSU UMM pada 2021 silam.
Sembari mengabdikan diri di tengah wabah, Banat mendaftar pada program kerja internasional di Kuwait. Siapa sangka, akhir 2021 ia mendapat kabar baik tentang keberangkatannya.
“Pada tempat saya mendaftar ini berfokus di bidang global, jadi pembagian pekerjaannya ada yang ke Jepang, Arab Saudi, Kuwait dan masih banyak lagi. Kontrak kerjanya kurang lebih 2 tahun. Prosesnya cukup panjang tapi alhamdulillah pihak UMM selalu membantu dan mendukung niat saya. Mulai dari kemudahan mengurus administrasi hingga persiapan keberangkatan”, urai Banat.
Pada awal-awal menjalani pekerjaan, Banat merasakan banyak culture shock. Terutama dari segi bahasa dan sistem kerja yang digunakan. Namun, kemudahan-kemudahan lain hadir untuk meringankan langkahnya.
“Jam kerja di Kuwait 12 jam, sebanyak 17 hari dalam 1 bulan. Sedangkan di Indonesia hanya 8 jam kerja. Selain itu, rekan kerja yang berasal dari berbagai negara juga jadi tantangan tersendiri. Meski begitu, ada banyak kemudahan yang saya peroleh seperti fasilitas kendaraan dan tempat tinggal lengkap beserta furniturenya yang difasilitasi oleh rumah sakit. Penghasilan juga sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari, yakni berkisar 12-13 juta rupiah per bulan,” katanya.
Selain itu, tantangan lainnya yakni saat menghadapi keluarga pasien yang berbeda pendapat. Di sini keteguhan dan kesabarannya diuji untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin. “Biasanya pada bagian homecare suka struggle saat dealing dengan keluarga pasien, seperti memberi pemahaman kepada keluarga yang kadang memiliki standar kesehatan yang berbeda,” pungkasnya.
(mpw)