Top, Mahasiswa ITS Desain Ruang Publik Ramah Lingkungan di Perkotaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim mahasiswa ITS menggagas sebuah desain ruang publik yang futuristik dan ramah lingkungan. Inovasi ini menjadi solusi konsumsi energi pada ruang publik yang besar yang menyebabkan banyak permasalahan, di antaranya peningkatan biaya operasional dan emisi karbon.
Peningkatan jumlah ruang publik di wilayah perkotaan berdampak pada peningkatan penggunaan energi, biaya operasional, hingga emisi karbon. Hal ini dapat terjadi akibat desain ruang publik yang tidak ramah lingkungan, sehingga banyak energi yang terbuang. Contohnya seperti penggunaan listrik dan air.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim mahasiswa yang diketuai oleh Ailsashofa Alfadhila menggagas desain ruang publik yang futuristik dan ramah lingkungan yang dapat menghasilkan energi bersih secara mandiri. Desain tersebut menerapkan teknologi tepat guna Piezoelectric Energy dan Payung Pintar.
“Piezoelectric Energy akan dipasang di lantai, sedangkan Payung Pintar akan dibangun di atasnya,” jelasnya, melalui siaran pers, Sabtu (14/1/2023)
Baca juga: 52 Mahasiswa Uhamka Diajak Kenali BuddyKu, Aplikasi Berbagi Informasi Generasi Muda
Mahasiswa angkatan 2019 itu menuturkan, Piezoelectric Energy memiliki prinsip tekanan energi kinetik berupa pijakan manusia saat berjalan maupun berlari. Tekanan yang diberikan kepada lantai lantas diubah menjadi listrik. Desain Payung Pintar juga dirancang dengan panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik.
Lebih lanjut, mahasiswa kelahiran 2001 ini menyebutkan, semua listrik yang dihasilkan akan digunakan untuk operasional ruang publik. Di antaranya adalah untuk penerangan ruang terbuka, stasiun pengisian baterai gawai, hingga papan penunjuk jalan. Selain itu, desain payung yang cekung bisa berfungsi sebagai alat tadah hujan untuk menyiram tanaman.
Jenis tanaman yang ditanam pun merupakan tanaman yang dapat menyerap emisi karbon. “Yakni tanaman lidah mertua yang dapat menyerap 46,7 persen gas polutan dan bunga lili sebanyak 25 persen gas karbondioksida,” paparnya.
Baca juga: Mengenal Keterampilan Dasar yang Harus Dimiliki di Abad ke-21
Dengan berbagai penerapan teknologi yang ada, desain unik dan futuristik tersebut berpotensi menarik perhatian masyarakat perkotaan untuk berkumpul dalam ruang publik. Interaksi tersebut berpotensi menghidupkan nilai keberlanjutan sosial budaya yang semakin terkikis di kawasan perkotaan. Di samping itu, masyarakat dapat turut berperan langsung dalam menghasilkan energi bersih.
Melalui inovasi ini, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kategori Video Gagasan Konstruktif (VGK) ITS ini telah berhasil meraih medali perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2022 lalu.
Selain Ailsa, tim ini juga digawangi oleh Retno Dewi Handayani, Fauziyah Nurul Afa, Azkia Laila Azra, dan Izaaz Abdul Harits. Ailsa berharap inovasi timnya dapat membentuk kota masa depan, di mana masyarakat dapat berperan aktif mewujudkan keberlanjutan lingkungan. “Bukan hanya sebagai konsumen, namun juga sebagai produsen energi bersih,” tandasnya penuh harap.
Peningkatan jumlah ruang publik di wilayah perkotaan berdampak pada peningkatan penggunaan energi, biaya operasional, hingga emisi karbon. Hal ini dapat terjadi akibat desain ruang publik yang tidak ramah lingkungan, sehingga banyak energi yang terbuang. Contohnya seperti penggunaan listrik dan air.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim mahasiswa yang diketuai oleh Ailsashofa Alfadhila menggagas desain ruang publik yang futuristik dan ramah lingkungan yang dapat menghasilkan energi bersih secara mandiri. Desain tersebut menerapkan teknologi tepat guna Piezoelectric Energy dan Payung Pintar.
“Piezoelectric Energy akan dipasang di lantai, sedangkan Payung Pintar akan dibangun di atasnya,” jelasnya, melalui siaran pers, Sabtu (14/1/2023)
Baca juga: 52 Mahasiswa Uhamka Diajak Kenali BuddyKu, Aplikasi Berbagi Informasi Generasi Muda
Mahasiswa angkatan 2019 itu menuturkan, Piezoelectric Energy memiliki prinsip tekanan energi kinetik berupa pijakan manusia saat berjalan maupun berlari. Tekanan yang diberikan kepada lantai lantas diubah menjadi listrik. Desain Payung Pintar juga dirancang dengan panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik.
Lebih lanjut, mahasiswa kelahiran 2001 ini menyebutkan, semua listrik yang dihasilkan akan digunakan untuk operasional ruang publik. Di antaranya adalah untuk penerangan ruang terbuka, stasiun pengisian baterai gawai, hingga papan penunjuk jalan. Selain itu, desain payung yang cekung bisa berfungsi sebagai alat tadah hujan untuk menyiram tanaman.
Jenis tanaman yang ditanam pun merupakan tanaman yang dapat menyerap emisi karbon. “Yakni tanaman lidah mertua yang dapat menyerap 46,7 persen gas polutan dan bunga lili sebanyak 25 persen gas karbondioksida,” paparnya.
Baca juga: Mengenal Keterampilan Dasar yang Harus Dimiliki di Abad ke-21
Dengan berbagai penerapan teknologi yang ada, desain unik dan futuristik tersebut berpotensi menarik perhatian masyarakat perkotaan untuk berkumpul dalam ruang publik. Interaksi tersebut berpotensi menghidupkan nilai keberlanjutan sosial budaya yang semakin terkikis di kawasan perkotaan. Di samping itu, masyarakat dapat turut berperan langsung dalam menghasilkan energi bersih.
Melalui inovasi ini, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kategori Video Gagasan Konstruktif (VGK) ITS ini telah berhasil meraih medali perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2022 lalu.
Selain Ailsa, tim ini juga digawangi oleh Retno Dewi Handayani, Fauziyah Nurul Afa, Azkia Laila Azra, dan Izaaz Abdul Harits. Ailsa berharap inovasi timnya dapat membentuk kota masa depan, di mana masyarakat dapat berperan aktif mewujudkan keberlanjutan lingkungan. “Bukan hanya sebagai konsumen, namun juga sebagai produsen energi bersih,” tandasnya penuh harap.
(nnz)