Seleksi Guru dan Pendidikan Agama Perlu Dibenahi
A
A
A
JAKARTA - Seleksi guru agama sangat penting karena aliran atau ideologi oleh guru agama harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Maka itu, seleksi guru dan pendidikan agama perlu dibenahi agar pelajar tidak bersikap radikal.
Pemerhati dunia pendidikan Darmaningtyas mengatakan, jika pendidikan agama ditekankan pada dimensi relasi sosial, maka cenderung mengajarkan toleransi. Hal ini, kata dia, akan berpengaruh pada pelajar untuk lebih toleran terhadap sesama.
"Jangan mereka yang berideologi anti-Pancasila jadi guru agama, hanya karena sarjana agama," ujar Darmaningtyas, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bambang Pranowo menyampaikan persoalan yang sama. Menurutnya, semua pihak harus menanamkan keberagaman yang damai, menggambarkan wawasan kebangsaan dan kebhinekaan kepada para pelajar. “Karena hal-hal positif itu harus ditanamkan sejak dini,” ucap Bambang. (Baca: Cegah Kekerasan Seksual, Polri Akui Pendidikan Akhlak Penting)
Dia menambahkan, fenomena intoleransi di kalangan pelajar karena ada kekosongan di beberapa fase soal citizenship. “Ada kekosongan tentang kewarganegaraan, apalagi tentang Pancasila,” tandasnya.
Pemerhati dunia pendidikan Darmaningtyas mengatakan, jika pendidikan agama ditekankan pada dimensi relasi sosial, maka cenderung mengajarkan toleransi. Hal ini, kata dia, akan berpengaruh pada pelajar untuk lebih toleran terhadap sesama.
"Jangan mereka yang berideologi anti-Pancasila jadi guru agama, hanya karena sarjana agama," ujar Darmaningtyas, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Bambang Pranowo menyampaikan persoalan yang sama. Menurutnya, semua pihak harus menanamkan keberagaman yang damai, menggambarkan wawasan kebangsaan dan kebhinekaan kepada para pelajar. “Karena hal-hal positif itu harus ditanamkan sejak dini,” ucap Bambang. (Baca: Cegah Kekerasan Seksual, Polri Akui Pendidikan Akhlak Penting)
Dia menambahkan, fenomena intoleransi di kalangan pelajar karena ada kekosongan di beberapa fase soal citizenship. “Ada kekosongan tentang kewarganegaraan, apalagi tentang Pancasila,” tandasnya.
(kur)