Perempuan Harus Berani

Sabtu, 17 Februari 2018 - 07:30 WIB
Perempuan Harus Berani
Perempuan Harus Berani
A A A
JAKARTA - Regina Tantri Tionaomi Sinaga
(GEN SINDO Universitas Negeri Jakarta)


Antusiasme tergambar jelas di wajah 22 orang peserta 'Workshop Empowering Women Through Journalism and Digital Technologies'. Partisipan yang seluruhnya perempuan, berasal dari berbagai daerah seperti Aceh, Medan, Padang, Jambi, Jabodetabek, Madura, Pontianak, dan Papua. Workshop yang dilaksanakan pada 7-9 Februari 2018 ini bertujuan untuk memotivasi perempuan di setiap daerah di Indonesia melalui bidang jurnalistik dan teknologi digital.

Adalah Ambassador's Small Grant Program, program yang ada di Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) yang melatarbelakangi terselenggaranya acara ini. “Pemilihan peserta perempuan dilakukan agar perempuan bisa lebih diberdayakan. Perempuan harus berani berbicara, sebab opini mereka itu penting,” ungkap Project Leader Workshop Empowering Women Through Journalism and Digital Technologies dan Redaktur Pelaksana KORAN SINDO Hanna Farhana Fauzie yang mengikuti Global Sports Mentoring Program (GSMP) pada 2015.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat Karen Schinnerert mengungkapkan Kedubes AS Jakarta senang dapat mendukung program 'Empowering Women Through Journalism'. Karena seperti Indonesia, AS juga menghargai kebebasan pers dan pemberdayaan perempuan.

“Kami harap program ini dapat meningkatkan keterampilan para peserta, yang merupakan calon jurnalis cemerlang, untuk senantiasa memberikan informasi yang akurat dan tidak berpihak kepada publik. Kami juga berharap program ini akan mendorong perempuan untuk menekuni dan terus berkembang dalam profesi pilihan mereka, sekaligus memberikan kesempatan bagi para peserta untuk memperluas jaringan mereka,” paparnya.

'Workshop Empowering Women Through Journalism and Digital Technologies' terlaksana berkat dukungan Kedubes AS Jakarta, Bank BNI, Bank BRI, dan Alleira. Pada hari pertama, peserta mendapatkan materi tentang creative writing (penulisan kreatif) dari Hanna.

Menurutnya, sebagai penulis, pengumpulan data adalah hal yang penting. Hal itu untuk membedakan mana tulisan akurat dan mana tulisan hoax. Ditambahkannya, menulis mulai dari hal-hal yang disukai. tulislah hal-hal yang disukai. “Tulislah dari hal-hal yang kita sukai. Jangan cepat puas dan teruslah berlatih,” jelas jurnalis perempuan yang mengawali kariernya sebagai wartawan olahraga.

Selain teknik penulisan, sesi lain yang tak kalah menariknya adalah teknik wawancara yang dipaparkan oleh Bani Meliawati, Content Director www.reportase.tv. Pada sesi ini, peserta diajarkan apa yang harus dipersiapkan sebelum melakukan wawancara dan juga trik menggali informasi dari narasumber.
Selepas sesi wawancara, workshop ini menghadirkan praktisi media massa berbagi pengalamannya sebagai wartawan. Hadir di sesi ini Adek Berry (AFP), Yusra Ismail (Metro TV), Aprelia Soewarto (Bola), dan Eko Ardie (CNN Indonesia).

Di sesi ini Adek Berry, berbagi pengalamannya sebagai fotografer perang perempuan. Baginya tidak ada yang tidak mungkin bagi perempuan, termasuk fotografer perang seperti dirinya. “Profesi fotografer itu menjadi mata dan telinga khalayak,” katanya.

Tak hanya itu, dalam workshop ini peserta juga dikenalkan dengan jurnalisme televisi di sesi broadcasting bersama Rory Asyari, presenter televisi. Juga jurnalisme online yang dibawakan oleh Chaerunisa, wartawati media online. Bukan hanya jurnalistik saja yang diberikan pada workshop ini. Peserta juga mendapat pengetahuan tambah melalui sesi positif bermedia sosial yang disampaikan Andri Mashadi, Abang Kepulauan Seribu 2017.

Tak kalah seru dari hari sebelumnya, pada hari kedua, peserta mempraktikkan langsung ilmu fotografi yang sudah mereka dapatkan. Bertempat di Kota Tua Jakarta, peserta ditugaskan membuat foto berita. Hunting foto ini ternyata memiliki kesan tersendiri bagi Devi Putri Nuroktavia, peserta asal Sumenep, Madura, yang tertarik dengan dunia fotografi. Menurutnya, kamera terbaik adalah mata dan otak.

“Dengan mengikuti sesi ini, aku bisa belajar menghasilkan foto yang sama dengan mata dan otak,” ujarnya.

Selepas dari materi fotografi, kali ini peserta langsung bertemu dengan praktisi dari dunia teknologi seperti e-commerce. Di sini peserta workshop bisa bertanya langsung dengan pembicara dari Shopee dan Doku.
Tak berhenti di sini, peserta kemudian diajak ke kantor Citi Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta Selatan untuk bertemu dengan Vera Makki, Country Head Corp Affairs Citi Indonesia. Dia berpesan agar perempuan berani keluar dari zona nyamannya.

Bergeser dari situ peserta menyambangi @america untuk mengenal kebudayaan AS. Di pusat kebudayaan Amerika ini, peserta menggali pengetahuan yang lebih dalam tentang Amerika. Berlokasi di Pacific Place, @america hadir dengan konsep yang Instagram-able. Jadi, selain belajar kebudayaan Amerika, peserta juga bisa foto-foto untuk mengabadikan momen istimewa.

Acara ditutup dengan mengunjungi Kedubes Amerika Serikat (AS), tepatnya di MyAmerica, perpustakaan sekaligus tempat untuk informasi pendidikan di Amerika. Koleksi yang dimiliki MyAmerica cukup lengkap terdiri dari buku novel, sejarah, bahasa dan lainnya. Seakan ingin memanjakan pengunjungnya, tempat ini dibuat senyaman mungkin.

Mengikuti rangkaian acara Workshop Empowering Women Through Journalism menjadi pengalaman berharga bagi para peserta. Hal itulah yang dirasakan oleh Riqa Arifah, peserta asal Medan. "Acara dengan ilmu mahal yang luar biasa ini bisa aku ikuti dengan gratis," ucapnya.

Hal senada disampaikan Faransina Olivia Rumere, peserta asal Papua. Perempuan yang akrab disapa Fara ini menuturkan bahwa acara ini merupakan momen yang pas untuk menambah networking. “Sebagai representasi perempuan dari Indonesia Timur, aku ingin memotivasi saudara-saudaraku di sana,” imbuhnya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7258 seconds (0.1#10.140)