Ujian Tulis Berbasis Komputer Menguntungkan Calon Mahasiswa
A
A
A
JAKARTA - Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dinilai menguntungkan para calon mahasiswa. Selain memberikan transparansi, juga meningkatkan efisiensi mekanisme seleksi penerimaan calon mahasiswa dan juga meminimalisir potensi drop out. UTBK juga mampu memperkecil potensi kecurangan karena pelaksanaannya menggunakan komputer dan sistem soal yang berbeda-beda.
Hal itu disampaikan peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Krishnamurti. Menurutnya, dengan mengizinkan calon mahasiswa mengetahui kemampuan akademis dan skolastika, maka mereka dapat terbantu untuk mengenali minat dan bakat mereka sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih baik mengenai program studi atau Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang akan mereka tuju.
Sistem penerimaan di PTN juga akan lebih mudah dan relatif terhindar dari kecurangan karena menggunakan sistem teknologi informasi (TI). “Seharusnya penerapan sistem ini akan membuat pelaksanaan UTBK lebih cepat dan mudah. Namun pemerintah harus memastikan infrastruktur TI-nya sudah siap di semua tempat pelaksanaan ujian. Satu hal lagi yang harus dipastikan adalah kesiapan sumber daya manusia yang mengawal jalannya ujian ini,” katanya di Jakarta, kemarin.
Selain itu, peserta ujian dapat mengulang ujian hingga dua kali. Hal ini memberikan mereka kesempatan untuk mendaftarkan diri di PTN/program studi tujuan dengan nilai yang lebih baik. Ini tentu membuka kesempatan yang lebih lebar bagi calon mahasiswa untuk bersaing dengan kemampuan terbaiknya.
Melakukan ujian dengan metode paperless (berbasis komputer) seperti ini, lanjut Indra, akan mengurangi beban peserta ujian. Sistem ujian tertulis yang menggunakan Lembar Jawaban Komputer (LJK) bisa jadi sebuah stressor bagi peserta ujian, karena aktivitas mengarsir lingkaran cukup menguras energi.
Ditambah lagi, seringkali peserta merasa khawatir, apakah arsiran yang dibuat dapat terbaca komputer atau tidak. Hal ini tentu menambah beban peserta ujian. Sistem paperless ini tentunya akan lebih ramah lingkungan dengan menghemat kertas.
Sementara Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir menjelaskan, simulasi soal yang dibuat panitia membuat setiap peserta ujian mendapat soal berbeda agar praktek mencontek pun dapat ditekan.
“Soal disimulasi dengan begitu ketat sehingga masing-masing orang akan punya soal berbeda-beda,” katanya seusai pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan pimpinan perguruan tinggi dan pejabat pimpinan tinggi pratama Kemenristekdikti di Jakarta.
Diketahui, UTBK menggunakan soal-soal ujian yang dirancang sesuai kaidah akademik untuk memprediksi keberhasilan calon mahasiswa di semua program studi. Tujuan UTBK adalah memprediksi calon mahasiswa yang mampu menyelesaikan studi di perguruan tinggi dengan baik dan tepat waktu.
Selain itu juga memberi kesempatan bagi calon mahasiswa untuk mengikuti tes secara fleksibel dalam memilih waktu dan lokasi tes. Menristekdikti menyampaikan, kepada seluruh peserta yang akan mengikuti UTBK jangan sampai resah. Sebab kalaupun mendapat nilai yang kurang memuaskan pada gelombang pertama maka bisa mengulang untuk kedua kalinya.
“Nanti nilai yang terbaik diajukan untuk mendaftar pada perguruan tinggi yang diinginkan. Sudah ada nilainya. Sudah tidak ada ujian lagi setelah itu. Jadi ini mudah-mudahan bisa berjalan dengan baik,” terangnya.
Dia menjelaskan, kalau sebelumnya SBMPTN ada ujian lalu hasilnya menjadi patokan diterima atau tidak di PTN maka sekarang dengan UTBK calon mahasiswa sudah mendapat nilai lebih dulu. Sehingga bisa memprediksi bisa diterima atau tidak di kampus yang ditujunya. Selain itu, adanya UTBK juga efisien karena peserta bisa ujian berbasis komputer langsung di daerahnya. Tidak perlu berbondong-bondong pergi ujian di kampus yang disasar.
Diketahui, UTBK diikuti oleh 698.505 pada gelombang pertama dan gelombang kedua 597.115. Dari jumlah peserta UTBK gelombang pertama tersebut yang mengikuti kelompok ujian Saintek sebanyak 374.641 peserta dan kelompok ujian Soshum sebanyak 323.864 peserta.
Terdiri dari 516.927 peserta reguler dan 181.578 peserta Bidikmisi. Sementara peserta UTBK pada gelombang kedua yang mengikuti kelompok ujian Saintek sebanyak 304.301 peserta dan kelompok ujian Soshum sebanyak 292.814 peserta. Untuk gelombang kedua ini terdiri dari 419.049 peserta reguler dan 178.066 peserta Bidikmisi.
Hal itu disampaikan peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Krishnamurti. Menurutnya, dengan mengizinkan calon mahasiswa mengetahui kemampuan akademis dan skolastika, maka mereka dapat terbantu untuk mengenali minat dan bakat mereka sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih baik mengenai program studi atau Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang akan mereka tuju.
Sistem penerimaan di PTN juga akan lebih mudah dan relatif terhindar dari kecurangan karena menggunakan sistem teknologi informasi (TI). “Seharusnya penerapan sistem ini akan membuat pelaksanaan UTBK lebih cepat dan mudah. Namun pemerintah harus memastikan infrastruktur TI-nya sudah siap di semua tempat pelaksanaan ujian. Satu hal lagi yang harus dipastikan adalah kesiapan sumber daya manusia yang mengawal jalannya ujian ini,” katanya di Jakarta, kemarin.
Selain itu, peserta ujian dapat mengulang ujian hingga dua kali. Hal ini memberikan mereka kesempatan untuk mendaftarkan diri di PTN/program studi tujuan dengan nilai yang lebih baik. Ini tentu membuka kesempatan yang lebih lebar bagi calon mahasiswa untuk bersaing dengan kemampuan terbaiknya.
Melakukan ujian dengan metode paperless (berbasis komputer) seperti ini, lanjut Indra, akan mengurangi beban peserta ujian. Sistem ujian tertulis yang menggunakan Lembar Jawaban Komputer (LJK) bisa jadi sebuah stressor bagi peserta ujian, karena aktivitas mengarsir lingkaran cukup menguras energi.
Ditambah lagi, seringkali peserta merasa khawatir, apakah arsiran yang dibuat dapat terbaca komputer atau tidak. Hal ini tentu menambah beban peserta ujian. Sistem paperless ini tentunya akan lebih ramah lingkungan dengan menghemat kertas.
Sementara Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir menjelaskan, simulasi soal yang dibuat panitia membuat setiap peserta ujian mendapat soal berbeda agar praktek mencontek pun dapat ditekan.
“Soal disimulasi dengan begitu ketat sehingga masing-masing orang akan punya soal berbeda-beda,” katanya seusai pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan pimpinan perguruan tinggi dan pejabat pimpinan tinggi pratama Kemenristekdikti di Jakarta.
Diketahui, UTBK menggunakan soal-soal ujian yang dirancang sesuai kaidah akademik untuk memprediksi keberhasilan calon mahasiswa di semua program studi. Tujuan UTBK adalah memprediksi calon mahasiswa yang mampu menyelesaikan studi di perguruan tinggi dengan baik dan tepat waktu.
Selain itu juga memberi kesempatan bagi calon mahasiswa untuk mengikuti tes secara fleksibel dalam memilih waktu dan lokasi tes. Menristekdikti menyampaikan, kepada seluruh peserta yang akan mengikuti UTBK jangan sampai resah. Sebab kalaupun mendapat nilai yang kurang memuaskan pada gelombang pertama maka bisa mengulang untuk kedua kalinya.
“Nanti nilai yang terbaik diajukan untuk mendaftar pada perguruan tinggi yang diinginkan. Sudah ada nilainya. Sudah tidak ada ujian lagi setelah itu. Jadi ini mudah-mudahan bisa berjalan dengan baik,” terangnya.
Dia menjelaskan, kalau sebelumnya SBMPTN ada ujian lalu hasilnya menjadi patokan diterima atau tidak di PTN maka sekarang dengan UTBK calon mahasiswa sudah mendapat nilai lebih dulu. Sehingga bisa memprediksi bisa diterima atau tidak di kampus yang ditujunya. Selain itu, adanya UTBK juga efisien karena peserta bisa ujian berbasis komputer langsung di daerahnya. Tidak perlu berbondong-bondong pergi ujian di kampus yang disasar.
Diketahui, UTBK diikuti oleh 698.505 pada gelombang pertama dan gelombang kedua 597.115. Dari jumlah peserta UTBK gelombang pertama tersebut yang mengikuti kelompok ujian Saintek sebanyak 374.641 peserta dan kelompok ujian Soshum sebanyak 323.864 peserta.
Terdiri dari 516.927 peserta reguler dan 181.578 peserta Bidikmisi. Sementara peserta UTBK pada gelombang kedua yang mengikuti kelompok ujian Saintek sebanyak 304.301 peserta dan kelompok ujian Soshum sebanyak 292.814 peserta. Untuk gelombang kedua ini terdiri dari 419.049 peserta reguler dan 178.066 peserta Bidikmisi.
(don)