Agar Mampu Bersaing, Perguruan Tinggi Wajib Tingkatkan Akreditasi

Senin, 23 September 2019 - 07:11 WIB
Agar Mampu Bersaing,...
Agar Mampu Bersaing, Perguruan Tinggi Wajib Tingkatkan Akreditasi
A A A
JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta agar perguruan tinggi di Indonesia, baik negeri ataupun swasta agar bisa meningkatkan kualitasnya untuk memperoleh akreditasi A. Hal ini untuk merespons tantangan dan peran perguruan tinggi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.

“Saya mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitasnya, baik swasta maupun negeri,” tandas Nasir saat menghadiri Wisuda dan Dies Natalis Univeristas Nasional ke-70 di Jakarta, kemarin. Mantan rektor Universitas Diponegoro ini menyebutkan, dibandingkan awal masa pemerintahannya terjadi lompatan jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang telah meraih akreditasi A.

Nasir menyebutkan saat ini sudah ada 96 perguruan tinggi di Indonesia yang telah meraih akreditasi A, 13 di antaranya merupakan perguruan tinggi swasta di Jakarta. Guru besar bidang akuntansi Undip ini berharap, perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta dapat menjadi penggerak inovasi membangun negeri. Selain itu juga, perguruan tinggi bisa membangun sumber daya manusia dan IPTEK yang dihasilkan sehingga akan menjadi kekayaan yang tidak ternilai sebagai modal bangsa dalam percaturan global di era industri 4.0.

Rektor Universitas Nasional (Unas) El Amry Bermawi Putera menyebutkan, Unas terus memacu agar lulusannya siap menghadapi percepatan dan pengusaan teknologi informasi berbasis online demi menyongsong revolusi industri 4.0. Pendekatan digital diterapkan di universitas berupa sistem tata kelola perguruan tinggi berbasis online mulai tahap input, proses, output, outcomes, dan impact.

“Tata kelola Universitas Nasional saat ini sudah mencapai 80% berbasis online, 20% sisanya sedang dalam proses pengerjaan dengan target capaian pada tahun akademik 2019/2020. Dengan kata lain pada titik itu, Universitas Nasional akan menjadi kampus yang berkategori cyber university atau smart campus,” tandasnya.

Amry mengatakan, aktivitas perkuliahan dan learning management system juga pembelajaran dan penelitian telah dibantu dengan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Berbagai inovasi dilakukan dalam bidang pembelajaran dua mata kuliah wajib universitas dan desain ulang kurikulum.

Hal ini dilakukan demi melahirkan lulusan berkualitas, terampil dan mampu beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemenaker Bambang Satrio Lelono mengatakan, Indonesia memiliki empat tantangan ketenagakerjaan untuk mewujudkan SDM yang unggul, kompeten, dan berdaya saing dalam menghadapi bonus demografi tahun 2020.

Pertama adalah profil angkatan kerja masih minim akan keterampilan di tengah dunia kerja yang terus berubah. “Hal ini disebabkan 60% kompetensi tenaga kerja nasional adalah lulusan/tamatan SD-SMP,” katanya pada seminar Pengembangan SDM Unggul untuk Memanfaatkan Peluang Bonus Demografi Menuju Indonesia Maju pada RPJMN 2020-2024.

Tantangan kedua adalah bonus demografi harus direspons sebagai sebuah keberkahan yang berdampak positif bagi pembangunan SDM yang unggul. Di mulai dengan prioritas di sektor kesehatan dan dilanjutkan dengan memperkuat pembangunan di sektor vokasi. Tantangan ketiga yakni Indonesia membutuhkan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih baik, terutama yang mengarah kepada pasar kerja fleksibel dan perkembangan dunia saat ini.

Sedangkan tantangan keempat untuk menghadapi revolusi industri 4.0 adalah, angkatan kerja Indonesia harus adaptif dan berpikir cepat guna menghadapi perubahan teknologi informasi yang masif saat ini serta membuat transformasi industri untuk menyiapkan adanya pekerjaan baru di masa depan.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7122 seconds (0.1#10.140)