Utamakan Pendidikan Karakter, Jangan Terlalu Bebani Siswa dengan Tugas Sekolah
A
A
A
JAKARTA - Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menilai, Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) erat kaitan dengan perilaku warga.
Menurut Ubaid, setidaknya kebijakan ini diharapkan dapat mengubah perilaku siswa dan orang tua siswa dalam menghadapi pandemi wabah virus corona di Indonesia.
"Kalau social distancing kemarin dapat berjalan efektif tentu tidak perlu ada karantina. Tapi kan problemnya lain," kata Ubaid saat dihubungi SINDOnews, Kamis (2/4/2020).
Ubaid menyatakan, meski telah diterapkan berbagai skema pembatasan, ia melihat masih banyak siswa yang menganggap anjuran 'belajar di rumah' sebagai liburan. Sehingga, masih tampak siswa yang bermain dengan teman-teman mereka di luar, dan mengabaikan imbauan social distancing maupun physical distancing.
"Inilah tantangan di dunia pendidikan kita. Bagaimana anak-anak sejak dini harus diajarkan dan dibiasakan pendidikan karakter, misalnya soal ketertiban dan kedisiplinan yang relevan dengan situasi kala pandemi saat ini," ujarnya.
Dengan demikian, Ubaid menyarankan agar peran orang tua lebih ditingkatkan lagi saat siswa berada di rumah. Menurutnya, untuk belajar di rumah seharusnya guru dan orang tua mendorong sistem pembelajaran siswa dengan model pembelajaran karakter, bukan dibebani dengan tugas-tugas sekolah seperti dalam kondisi normal. (Baca Juga: Beri Alat Kesehatan, MNC Group Bantu Gugus Tugas Tangani Virus Corona).
Akibatnya, kata Ubaid, para siswa menjadi kelelahan, tidak konsentrasi, dan ini malah berakibat pada penurunan imun anak dan malah dikhawatirkan anak-anak memilih bermain di luar rumah bersama teman-temannya.
"Karena tidak patuh, banyak orang-orang tetap berdekatan di kerumunan, bahkan anak-anak main bersama dan tempat-tempat game ramai dengan anak-usia usia pelajar," tandasnya.
Menurut Ubaid, setidaknya kebijakan ini diharapkan dapat mengubah perilaku siswa dan orang tua siswa dalam menghadapi pandemi wabah virus corona di Indonesia.
"Kalau social distancing kemarin dapat berjalan efektif tentu tidak perlu ada karantina. Tapi kan problemnya lain," kata Ubaid saat dihubungi SINDOnews, Kamis (2/4/2020).
Ubaid menyatakan, meski telah diterapkan berbagai skema pembatasan, ia melihat masih banyak siswa yang menganggap anjuran 'belajar di rumah' sebagai liburan. Sehingga, masih tampak siswa yang bermain dengan teman-teman mereka di luar, dan mengabaikan imbauan social distancing maupun physical distancing.
"Inilah tantangan di dunia pendidikan kita. Bagaimana anak-anak sejak dini harus diajarkan dan dibiasakan pendidikan karakter, misalnya soal ketertiban dan kedisiplinan yang relevan dengan situasi kala pandemi saat ini," ujarnya.
Dengan demikian, Ubaid menyarankan agar peran orang tua lebih ditingkatkan lagi saat siswa berada di rumah. Menurutnya, untuk belajar di rumah seharusnya guru dan orang tua mendorong sistem pembelajaran siswa dengan model pembelajaran karakter, bukan dibebani dengan tugas-tugas sekolah seperti dalam kondisi normal. (Baca Juga: Beri Alat Kesehatan, MNC Group Bantu Gugus Tugas Tangani Virus Corona).
Akibatnya, kata Ubaid, para siswa menjadi kelelahan, tidak konsentrasi, dan ini malah berakibat pada penurunan imun anak dan malah dikhawatirkan anak-anak memilih bermain di luar rumah bersama teman-temannya.
"Karena tidak patuh, banyak orang-orang tetap berdekatan di kerumunan, bahkan anak-anak main bersama dan tempat-tempat game ramai dengan anak-usia usia pelajar," tandasnya.
(zik)