Kisah Haru, Jadi Yatim sejak Kecil dan Hampir Putus Sekolah Kini Jennie Raih MOSMA ke AS
Minggu, 20 Agustus 2023 - 20:12 WIB
Masalah terjadi ketika ayahanyanya wafat dan kondisi ekonomi keluarganya tak memungkinkan ia untuk kembali bertemu guru dan teman-temannya di sekolah.
Namun di tengah kesulitan itu, tiba-tiba ada tetangga rumahnya yang berprofesi sebagai guru les datang ke rumah dan membawa kabar gembira.
"Dia memberitahukan bahwa akan ada orang yang membantu biaya sekolahku hingga kuliah. Apa ini? Sesuatu yang sebelumnya terasa tidak mungkin digapai, tapi seolah ”Surprise!”, aku percaya bahwa setiap niat baik akan ada jalannya," kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Bantuan itu pun datang dan Jennie memahami bahwa bantuan itu harus dijaga dengan olehnya sebagai amanah yang harus dijalankan dengan baik dan sungguh-sungguh.
Setiap tahapan pendidikan lalu dijalaninya dengan serius. Jennie berupaya menumbuhkan jiwa kompetitif, meski di tengah fasilitas yang serba terbatas. Misalnya saat akan ikut olimpiade, jangankan ikut les, bahkan untuk buku soal latihan saja harus pinjam dan fotokopi.
"Dulu masih merasa pesimis ketika melihat teman sejawat yang bisa pergi ke les privat olimpiade. Namun, aku percaya yang terpenting jangan membatasi kegigihan diri sendiri, jangan membatasi kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri, karena sebenarnya konsep itu yang mahal untuk berjalan," tuturnya.
Baca juga: The Future Leader, Beasiswa Penuh Wujud Dedikasi PPM School of Management di Ilmu Manajemen
’Long life learning’, demikian Jennie menggambarkan semangatnya di SMP dan SMA. Dia ingin terus berusaha menemukan banyak pengalaman di setiap babaknya, hingga semua lancar dan gemilang.
Namun, ceritanya kembali berbeda. Bak memutar kaset, Jennie kembali dihadapkan pada persoalan biaya saat akan melanjutkan pendidikannya. "Orang yang selama ini membantu pendidikan saya dari SMP hingga SMA, dia hanya sanggup untuk membiayai kuliah saya jika bukan melalui jalur mandiri," kenangnya.
Namun di tengah kesulitan itu, tiba-tiba ada tetangga rumahnya yang berprofesi sebagai guru les datang ke rumah dan membawa kabar gembira.
"Dia memberitahukan bahwa akan ada orang yang membantu biaya sekolahku hingga kuliah. Apa ini? Sesuatu yang sebelumnya terasa tidak mungkin digapai, tapi seolah ”Surprise!”, aku percaya bahwa setiap niat baik akan ada jalannya," kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Bantuan itu pun datang dan Jennie memahami bahwa bantuan itu harus dijaga dengan olehnya sebagai amanah yang harus dijalankan dengan baik dan sungguh-sungguh.
Bangun Jiwa Kompetitif di Tengah Keterbatasan
Setiap tahapan pendidikan lalu dijalaninya dengan serius. Jennie berupaya menumbuhkan jiwa kompetitif, meski di tengah fasilitas yang serba terbatas. Misalnya saat akan ikut olimpiade, jangankan ikut les, bahkan untuk buku soal latihan saja harus pinjam dan fotokopi.
"Dulu masih merasa pesimis ketika melihat teman sejawat yang bisa pergi ke les privat olimpiade. Namun, aku percaya yang terpenting jangan membatasi kegigihan diri sendiri, jangan membatasi kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri, karena sebenarnya konsep itu yang mahal untuk berjalan," tuturnya.
Baca juga: The Future Leader, Beasiswa Penuh Wujud Dedikasi PPM School of Management di Ilmu Manajemen
’Long life learning’, demikian Jennie menggambarkan semangatnya di SMP dan SMA. Dia ingin terus berusaha menemukan banyak pengalaman di setiap babaknya, hingga semua lancar dan gemilang.
Namun, ceritanya kembali berbeda. Bak memutar kaset, Jennie kembali dihadapkan pada persoalan biaya saat akan melanjutkan pendidikannya. "Orang yang selama ini membantu pendidikan saya dari SMP hingga SMA, dia hanya sanggup untuk membiayai kuliah saya jika bukan melalui jalur mandiri," kenangnya.
tulis komentar anda