Pandemi COVID, Rektor Unika: Dunia Saat Ini Sedang di-Reset
Rabu, 05 Agustus 2020 - 18:07 WIB
SEMARANG - Rektor Unika Soegijapranata Semarang , Prof Ridwan Sanjaya menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi di dalam dunia pendidikan dalam masa pandemi COVID-19 telah “meruntuhkan” tembok-tembok kelas yang dulunya secara fisik menegaskan bidang ilmu, tingkatan pengetahuan, waktu yang disediakan dalam belajar, atau bahkan bentuk laporan evaluasi penyelenggaraan pendidikan.
Menurutnya, rumusan yang paling tepat dalam memberikan solusi pendidikan tidak lagi dapat dipastikan, seperti halnya ketidakpastian vaksin COVID-19 akibat kemungkinannya untuk bermutasi secara cepat. (Baca juga: Indonesia-Inggris Sepakat Kerja Sama Riset Penanggulangan COVID-19 )
“Namun kondisi ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi juga dialami oleh dunia pendidikan secara global, terutama dalam pendidikan tinggi. Kampus-kampus besar dunia, baik di Eropa maupun Amerika, yang terkenal dengan kelebihannya dalam hal teknologi, ternyata juga canggung ketika menghadapi penggunaan teknologi informasi secara masif dan massal,” kata Prof Ridwan dalam menyambut Dies Natalis ke-38 Unika Soegijapranata Semarang, Rabu (5/8/2020).
Ia menuturkan, perubahan yang mendadak telah membuat pemerintah, kampus, dosen,maupun mahasiswa menjadi tunggang-langgang, jungkir-balik, dan kocar-kacir dalam menyikapi ketika infrastruktur, kebijakan, dan pelatihan belum dipersiapkan sebelum masa pandemi. (Baca juga: UNS Kerja Sama dengan ThorCon International tentang Pengembangan Nuklir )
“Sejujurnya, tidak ada pendekatan yang paling sempurna dalam kondisi sekarang ini. Tidak ada resep tunggal yang paling mujarab untuk semua kasus yang ada. Hanya semangat untuk memberikan yang terbaik, yang membuat pelayanan kepada mahasiswa tetap berjalan meskipun kondisi tidak mudah,” ujarnya.
Rektor Unika menyatakan bahwa dunia saat ini sedang di-reset dan kita semua mendapatkan kesempatan untuk menjadi yang pertama dalam mendapatkan pengalaman di dunia yang baru.
Menurut dia, momentum yang dapat dimanfaatkan oleh dunia pendidikan pada saat ini adalah memperkecil atau meniadakan kesenjangan dan ketimpangan dalam hal pendidikan yang tercipta akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. (Baca juga: Siswa Indonesia Ukir Prestasi di Kejuaraan Debat Pelajar Dunia 2020 )
“Meskipun pemerintah telah mempersiapkan berbagai skenario ataupun kita melihat kondisi nyata terkait infrastruktur di lapangan belum merata, dunia pendidikan perlu menyiapkan berbagai skenario kreatif agar masyarakat tetap dapat mengakses pendidikan yang layak dan pantas di dalam kondisi terbatas saat ini,” terang Guru Besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata ini.
Namun demikian, meski disadari bahwa adopsi dan adaptasi teknologi merupakan hal yang tidak terhindarkan, adaptasi dengan kondisi yang riil di lapangan juga harus dilakukan.
“Berbagai bentuk adaptasi dan temuan solusi akan menjadi momentum bagi kita semua dalam mengawali “The Great Reset” yang terkait dengan dunia pendidikan. Ingat, tidak ada resep tunggal yang paling mujarab dalam semua kondisi,” tegas pria kelahiran Demak 17 Juli 1977 ini.
“Usaha kita untuk mendekatkan masyarakat pada layanan pendidikan yang menjadi haknya, menjadi bagian dalam peran kita sebagai tabib-tabib maupun tokoh-tokoh perubahan di dalam tatanan kehidupan baru,” jelasnya.
Menurutnya, rumusan yang paling tepat dalam memberikan solusi pendidikan tidak lagi dapat dipastikan, seperti halnya ketidakpastian vaksin COVID-19 akibat kemungkinannya untuk bermutasi secara cepat. (Baca juga: Indonesia-Inggris Sepakat Kerja Sama Riset Penanggulangan COVID-19 )
“Namun kondisi ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi juga dialami oleh dunia pendidikan secara global, terutama dalam pendidikan tinggi. Kampus-kampus besar dunia, baik di Eropa maupun Amerika, yang terkenal dengan kelebihannya dalam hal teknologi, ternyata juga canggung ketika menghadapi penggunaan teknologi informasi secara masif dan massal,” kata Prof Ridwan dalam menyambut Dies Natalis ke-38 Unika Soegijapranata Semarang, Rabu (5/8/2020).
Ia menuturkan, perubahan yang mendadak telah membuat pemerintah, kampus, dosen,maupun mahasiswa menjadi tunggang-langgang, jungkir-balik, dan kocar-kacir dalam menyikapi ketika infrastruktur, kebijakan, dan pelatihan belum dipersiapkan sebelum masa pandemi. (Baca juga: UNS Kerja Sama dengan ThorCon International tentang Pengembangan Nuklir )
“Sejujurnya, tidak ada pendekatan yang paling sempurna dalam kondisi sekarang ini. Tidak ada resep tunggal yang paling mujarab untuk semua kasus yang ada. Hanya semangat untuk memberikan yang terbaik, yang membuat pelayanan kepada mahasiswa tetap berjalan meskipun kondisi tidak mudah,” ujarnya.
Rektor Unika menyatakan bahwa dunia saat ini sedang di-reset dan kita semua mendapatkan kesempatan untuk menjadi yang pertama dalam mendapatkan pengalaman di dunia yang baru.
Menurut dia, momentum yang dapat dimanfaatkan oleh dunia pendidikan pada saat ini adalah memperkecil atau meniadakan kesenjangan dan ketimpangan dalam hal pendidikan yang tercipta akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. (Baca juga: Siswa Indonesia Ukir Prestasi di Kejuaraan Debat Pelajar Dunia 2020 )
“Meskipun pemerintah telah mempersiapkan berbagai skenario ataupun kita melihat kondisi nyata terkait infrastruktur di lapangan belum merata, dunia pendidikan perlu menyiapkan berbagai skenario kreatif agar masyarakat tetap dapat mengakses pendidikan yang layak dan pantas di dalam kondisi terbatas saat ini,” terang Guru Besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata ini.
Namun demikian, meski disadari bahwa adopsi dan adaptasi teknologi merupakan hal yang tidak terhindarkan, adaptasi dengan kondisi yang riil di lapangan juga harus dilakukan.
“Berbagai bentuk adaptasi dan temuan solusi akan menjadi momentum bagi kita semua dalam mengawali “The Great Reset” yang terkait dengan dunia pendidikan. Ingat, tidak ada resep tunggal yang paling mujarab dalam semua kondisi,” tegas pria kelahiran Demak 17 Juli 1977 ini.
“Usaha kita untuk mendekatkan masyarakat pada layanan pendidikan yang menjadi haknya, menjadi bagian dalam peran kita sebagai tabib-tabib maupun tokoh-tokoh perubahan di dalam tatanan kehidupan baru,” jelasnya.
(mpw)
tulis komentar anda