Alumnus Unair Jadi Wisudawan Terbaik di Kampus Polandia, Raih IPK 5,00
Selasa, 21 November 2023 - 07:35 WIB
Misalnya saja, saat dosen memberikan tugas esai, mereka cenderung terpaku terhadap pola yang dosen berikan. Berbeda dengan mahasiswa di Tanah Air, mereka akan berusaha untuk berkreasi dan tidak terlalu terpaku pada aturan tugas.
“Jadi, dosen-dosen di sini juga sangat suka baca tulisan mahasiswa Indonesia. Itulah kultur belajar yang aku dapatkan selama S1 dan aku terapkan di sini,” tuturnya.
Mahasiswa International Politics and Diplomacy itu bercerita, selama proses pengerjaan tesis, dia sempat mengalami beberapa kendala. Mulanya, ia ingin membuat tesis mengenai sistem pertahanan di Indonesia terkait pengadaan alat-alat militer. Akan tetapi, setelah mempertimbangkan beberapa hal terutama ketersediaan data, Ary memutuskan beralih ke topik hukum internasional.
Ia mengaku, keputusan tersebut sangat menantang dirinya karena ia harus banyak belajar tentang hukum internasional. “Karena background aku dari Ilmu Politik, jadi aku harus berusaha keras untuk membiasakan diri dengan terminologi hukum-hukum internasional. Aku harus banyak meluangkan waktu untuk membaca buku-buku hukum internasional yang notabene penuh dengan istilah-istilah dari bahasa Yunani,” ujarnya.
Baca juga: Cerita Fachriza, Wisudawan ITB dengan IPK Tertinggi, Sarjana Teknik Kimia
Namun berkat disiplin dan kerja kerasnya, Ary berhasil merampungkan tesisnya dengan perolehan IPK sempurna. Awalnya, ia sempat tidak percaya diri karena ia mendapat penguji yang berprofesi sebagai pengacara internasional. Selain itu, penelitian yang ia angkat juga penelitian multidisiplin yang menggabungkan ilmu politik dengan hukum internasional.
“Ini hal yang baru buat aku. Aku harus membaca jenis-jenis insurgency dan berbagai perspektif hukum dari berbagai macam negara. Belum lagi, di semester akhir aku juga ikut banyak kegiatan mulai dari konferensi, summer camp, dan penelitian. Jadi, sungguh menantang dan berat,” tutur lelaki asal Mataram itu.
Lebih lanjut, Ary menyampaikan selama menempuh studi magister, ia masih berhubungan baik dengan pihak Unair. Ia pernah terlibat dalam publikasi buku dan menjadi salah satu penulisnya. Selain itu, Ary juga mendapat kepercayaan untuk menjadi fasilitator pengabdian masyarakat dan penelitian Center for Security and Welfare Studies (CSWS) FISIP Unair di Lombok Desember mendatang.
“Jadi, dosen-dosen di sini juga sangat suka baca tulisan mahasiswa Indonesia. Itulah kultur belajar yang aku dapatkan selama S1 dan aku terapkan di sini,” tuturnya.
Meneliti tentang Hukum Internasional
Mahasiswa International Politics and Diplomacy itu bercerita, selama proses pengerjaan tesis, dia sempat mengalami beberapa kendala. Mulanya, ia ingin membuat tesis mengenai sistem pertahanan di Indonesia terkait pengadaan alat-alat militer. Akan tetapi, setelah mempertimbangkan beberapa hal terutama ketersediaan data, Ary memutuskan beralih ke topik hukum internasional.
Ia mengaku, keputusan tersebut sangat menantang dirinya karena ia harus banyak belajar tentang hukum internasional. “Karena background aku dari Ilmu Politik, jadi aku harus berusaha keras untuk membiasakan diri dengan terminologi hukum-hukum internasional. Aku harus banyak meluangkan waktu untuk membaca buku-buku hukum internasional yang notabene penuh dengan istilah-istilah dari bahasa Yunani,” ujarnya.
Baca juga: Cerita Fachriza, Wisudawan ITB dengan IPK Tertinggi, Sarjana Teknik Kimia
Namun berkat disiplin dan kerja kerasnya, Ary berhasil merampungkan tesisnya dengan perolehan IPK sempurna. Awalnya, ia sempat tidak percaya diri karena ia mendapat penguji yang berprofesi sebagai pengacara internasional. Selain itu, penelitian yang ia angkat juga penelitian multidisiplin yang menggabungkan ilmu politik dengan hukum internasional.
“Ini hal yang baru buat aku. Aku harus membaca jenis-jenis insurgency dan berbagai perspektif hukum dari berbagai macam negara. Belum lagi, di semester akhir aku juga ikut banyak kegiatan mulai dari konferensi, summer camp, dan penelitian. Jadi, sungguh menantang dan berat,” tutur lelaki asal Mataram itu.
Ditawari Jadi Dosen di Unair
Lebih lanjut, Ary menyampaikan selama menempuh studi magister, ia masih berhubungan baik dengan pihak Unair. Ia pernah terlibat dalam publikasi buku dan menjadi salah satu penulisnya. Selain itu, Ary juga mendapat kepercayaan untuk menjadi fasilitator pengabdian masyarakat dan penelitian Center for Security and Welfare Studies (CSWS) FISIP Unair di Lombok Desember mendatang.
tulis komentar anda