Prasetiya Mulya Lepas 1.281 Wisudawan, Tantang Mahasiswa Sukses di Era AI
Jum'at, 08 Desember 2023 - 20:12 WIB
JAKARTA - Universitas Prasetiya Mulya melepaskan 1.281 lulusan terbaiknya tahun ini dengan mengusung tema “Into the Age of Human-Machine Companionship”. Para lulusan diajak memasuki babak baru era kolaborasi manusia dengan kecerdasan buatan .
Wakil Ketua Pembina Yayasan Prasetiya Mulya Edwin Soeryadjaya menjelaskan, perubahan yang terjadi di sekitar kita, seperti revolusi di bidang science, technology, engineering, dan mathematics atau STEM yang melahirkan sumber energi baru dan terbarukan, seperti genome editing technologies, Artificial Intelligence (AI), Quantum Computing dan Blockchain merupakan suatu tanda bahwa dunia terus bergerak maju dengan cepat.
“Meskipun reaksi terhadap teknologi tersebut bisa beragam, kita harus melihatnya sebagai peluang yang tak ternilai. Saya berharap dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi, Universitas Prasetiya Mulya kembali menjadi garda depan pembaruan pemikiran di Indonesia. Jika kita terbuka dan siap menerima perubahan ini, maka akan ada ruang bagi kemajuan pribadi dan kolektif. Inilah perubahan yang datangnya dari sumber internal, dari diri kita sendiri,” katanya, melalui siaran pers, Jumat (8/12/2023).
Baca juga: Yuda Turana Dilantik Jadi Rektor Unika Atma Jaya, Komitmen Wujudkan Kampus Unggul
Prof. Stella Christie dari Tsinghua University yang juga merupakan ahli psikologi kognitif kelas dunia berkesempatan menyampaikan pidato ilmiahnya menjelaskan bahwa di era gempuran manusia versus kecerdasan buatan (AI) dengan revolusi yang dihadirkan, ketakutan adalah hal yang perlu kita rasakan, ketakutan bukan berarti hal yang tidak baik, justru ketakutan ini menyadarkan akan ada persaingan.
“Ketakutan itu harus disertai kesadaran, bahwa walaupun sangat membantu ternyata kecerdasan buatan (AI) tidak sepintar yang kita pikirkan. Oleh karena itu, kita harus memiliki pedoman yang dapat membuat kita bersaing sukses melalui kemampuan yang tidak dimiliki oleh AI, jika kita hanya memiliki kemampuan yang dimiliki AI maka kita akan tertinggal dan tak dapat bersaing ke depannya," ujarnya.
"Kemampuan yang harus dimiliki tersebut yang pertama adalah human focus skill dimana inilah letak esensi kita sebagai manusia, karena secanggih-canggihnya nya AI, mereka tetap harus dioperasikan oleh manusia. Yang kedua adalah system thinking karena AI tidak dapat berfikir secara sistematis dan hanya didasari oleh data, sedangkan manusia bisa berfikir secara sistematis. Hari ini saya berharap anda tetap harus memiliki dan mengingat kedua pedoman ini agar bisa sukses bersaing di era kecerdasan buatan (AI),” jelas Prof Stella.
Pada wisuda tahun ini, Universitas Prasetiya Mulya dengan bangga melepas 1.281 lulusan terbaiknya yang berasal dari beberapa program studi seperti School of STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), School of Law and International Studies, dan School of Business and Economics.
Wakil Ketua Pembina Yayasan Prasetiya Mulya Edwin Soeryadjaya menjelaskan, perubahan yang terjadi di sekitar kita, seperti revolusi di bidang science, technology, engineering, dan mathematics atau STEM yang melahirkan sumber energi baru dan terbarukan, seperti genome editing technologies, Artificial Intelligence (AI), Quantum Computing dan Blockchain merupakan suatu tanda bahwa dunia terus bergerak maju dengan cepat.
“Meskipun reaksi terhadap teknologi tersebut bisa beragam, kita harus melihatnya sebagai peluang yang tak ternilai. Saya berharap dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi, Universitas Prasetiya Mulya kembali menjadi garda depan pembaruan pemikiran di Indonesia. Jika kita terbuka dan siap menerima perubahan ini, maka akan ada ruang bagi kemajuan pribadi dan kolektif. Inilah perubahan yang datangnya dari sumber internal, dari diri kita sendiri,” katanya, melalui siaran pers, Jumat (8/12/2023).
Baca juga: Yuda Turana Dilantik Jadi Rektor Unika Atma Jaya, Komitmen Wujudkan Kampus Unggul
Prof. Stella Christie dari Tsinghua University yang juga merupakan ahli psikologi kognitif kelas dunia berkesempatan menyampaikan pidato ilmiahnya menjelaskan bahwa di era gempuran manusia versus kecerdasan buatan (AI) dengan revolusi yang dihadirkan, ketakutan adalah hal yang perlu kita rasakan, ketakutan bukan berarti hal yang tidak baik, justru ketakutan ini menyadarkan akan ada persaingan.
“Ketakutan itu harus disertai kesadaran, bahwa walaupun sangat membantu ternyata kecerdasan buatan (AI) tidak sepintar yang kita pikirkan. Oleh karena itu, kita harus memiliki pedoman yang dapat membuat kita bersaing sukses melalui kemampuan yang tidak dimiliki oleh AI, jika kita hanya memiliki kemampuan yang dimiliki AI maka kita akan tertinggal dan tak dapat bersaing ke depannya," ujarnya.
"Kemampuan yang harus dimiliki tersebut yang pertama adalah human focus skill dimana inilah letak esensi kita sebagai manusia, karena secanggih-canggihnya nya AI, mereka tetap harus dioperasikan oleh manusia. Yang kedua adalah system thinking karena AI tidak dapat berfikir secara sistematis dan hanya didasari oleh data, sedangkan manusia bisa berfikir secara sistematis. Hari ini saya berharap anda tetap harus memiliki dan mengingat kedua pedoman ini agar bisa sukses bersaing di era kecerdasan buatan (AI),” jelas Prof Stella.
Pada wisuda tahun ini, Universitas Prasetiya Mulya dengan bangga melepas 1.281 lulusan terbaiknya yang berasal dari beberapa program studi seperti School of STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), School of Law and International Studies, dan School of Business and Economics.
tulis komentar anda