Doktor Baru Unika Atma Jaya Soroti Masalah BABS pada Masyarakat Berpendapatan Rendah
Rabu, 24 Januari 2024 - 15:19 WIB
"Kedua, istilah stunting yang kurang familiar di telinga masyarakat, dan ketiga, dampak BABS sebagai faktor risiko stunting masih terbatas pada kajian ilmiah dan belum banyak tersampaikan kepada masyarakat umum,” tambahnya.
Tiga kendala ini berkaitan dengan promosi kesehatan. Sementara itu diperlukan juga pemahaman atas faktor yang memengaruhi warga untuk mau berhenti BABS. Baik yang berasal dari dalam diri individu seperti sikap, tuntutan orang sekitar, dan keyakinan atas kemampuan diri, maupun faktor eksternal berupa informasi yang diterima tentang dampak BABS bagi kesehatan anak.
Secara praktis, penelitian tersebut merupakan sebuah masukan bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam mengedukasi masyarakat tentang BABS sebagai faktor risiko stunting, serta dalam merancang intervensi untuk mengubah perilaku BABS menjadi BAB di WC Sehat.
“Promosi kesehatan cukup sukses menyampaikan sisi negatif BABS, sehingga sudah banyak pula yang menjadikan stop BABS
sebagai goal intention/GI, sebuah tujuan yang ingin realisasikannya (“the what”). Namun mempertimbangkan marjinalitas warga, GI stop BABS perlu didukung dengan implementation intention / II atau “the how”," urainya.
"Dengan kata lain, kegiatan promosi kesehatan layaknya mencakup informasi yang memperkenalkan alternatif skema pembiayaan demikian bagi calon kreditur maupun debitur sehingga warga pra-sejahtera pun dapat memiliki sarana sanitasi dan stop berperilaku BABS,” pungkasnya.
Tiga kendala ini berkaitan dengan promosi kesehatan. Sementara itu diperlukan juga pemahaman atas faktor yang memengaruhi warga untuk mau berhenti BABS. Baik yang berasal dari dalam diri individu seperti sikap, tuntutan orang sekitar, dan keyakinan atas kemampuan diri, maupun faktor eksternal berupa informasi yang diterima tentang dampak BABS bagi kesehatan anak.
Secara praktis, penelitian tersebut merupakan sebuah masukan bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam mengedukasi masyarakat tentang BABS sebagai faktor risiko stunting, serta dalam merancang intervensi untuk mengubah perilaku BABS menjadi BAB di WC Sehat.
“Promosi kesehatan cukup sukses menyampaikan sisi negatif BABS, sehingga sudah banyak pula yang menjadikan stop BABS
sebagai goal intention/GI, sebuah tujuan yang ingin realisasikannya (“the what”). Namun mempertimbangkan marjinalitas warga, GI stop BABS perlu didukung dengan implementation intention / II atau “the how”," urainya.
"Dengan kata lain, kegiatan promosi kesehatan layaknya mencakup informasi yang memperkenalkan alternatif skema pembiayaan demikian bagi calon kreditur maupun debitur sehingga warga pra-sejahtera pun dapat memiliki sarana sanitasi dan stop berperilaku BABS,” pungkasnya.
(nnz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda