Sosok Rakha, Raih Gelar S2 Rekayasa Pertambangan ITB di Usia 20 Tahun
Senin, 25 Maret 2024 - 13:18 WIB
"Untuk akselarasi, menurut saya buat dulu tujuannya mau seperti gimana. Kalau bisa se-visioner mungkin. Kemudian dari sana apakah perlu aksel atau tidak," katanya, dikutip dari laman ITB, Senin (25/3/2024).
"Untuk fast track bisa menentukan dulu mau kerja atau S2 dulu. Menurut saya kalau mau S2 dulu, khususnya prodi Pertambangan, bisa memahami aspek pertambangan lebih dalam lagi," tuturnya.
Rakha menjadi mahasiswa termuda karena mengikuti tiga kali program akselarasi.
Rakha mengikuti program akselerasi pada saat SD, SMP, dan SMA, dengan mempercepat waktu belajarnya masing-masing selama satu tahun. Pada saat SD dan SMP, dia mengikuti program akselerasi didorong oleh keinginan orang tua.
Baca juga: Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
Namun, pada saat SMA, Rakha mengambil inisiatif sendiri untuk tetap terlibat dalam program akselerasi, lantaran dia merasa sudah memiliki tanggung jawab pribadi terhadap pilihan tersebut.
Saat menjalani program akselerasi di SD dan SMP, Rakha merasa tidak ada masalah. Namun, pada saat SMA, dia tidak bisa aktif dalam organisasi dan ekstrakurikuler karena memiliki jadwal belajar yang cukup padat. Untungnya, Rakha memiliki teman-teman dan lingkungan yang suportif sehingga masih dapat menjalani pendidikannya dengan lancar.
Rakha berhasil masuk ITB yang menjadi kampus impiannya melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Memasuki Tahap Persiapan Bersama (TPB), Rakha merasa sedikit kesulitan untuk bersosialisasi. Lantaran dia merasa minder dengan usianya yang jauh lebih muda daripada teman-temannya.
Namun, setelah memasuki jurusan dan himpunan, dia sudah mulai bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman karena tidak adanya senioritas di sana.
"Untuk fast track bisa menentukan dulu mau kerja atau S2 dulu. Menurut saya kalau mau S2 dulu, khususnya prodi Pertambangan, bisa memahami aspek pertambangan lebih dalam lagi," tuturnya.
Akselerasi 3 Kali
Rakha menjadi mahasiswa termuda karena mengikuti tiga kali program akselarasi.
Rakha mengikuti program akselerasi pada saat SD, SMP, dan SMA, dengan mempercepat waktu belajarnya masing-masing selama satu tahun. Pada saat SD dan SMP, dia mengikuti program akselerasi didorong oleh keinginan orang tua.
Baca juga: Cerita Zizi, Wisudawan Termuda ITB Berusia 19 Tahun dari Jurusan Teknik Mesin
Namun, pada saat SMA, Rakha mengambil inisiatif sendiri untuk tetap terlibat dalam program akselerasi, lantaran dia merasa sudah memiliki tanggung jawab pribadi terhadap pilihan tersebut.
Saat menjalani program akselerasi di SD dan SMP, Rakha merasa tidak ada masalah. Namun, pada saat SMA, dia tidak bisa aktif dalam organisasi dan ekstrakurikuler karena memiliki jadwal belajar yang cukup padat. Untungnya, Rakha memiliki teman-teman dan lingkungan yang suportif sehingga masih dapat menjalani pendidikannya dengan lancar.
Rakha berhasil masuk ITB yang menjadi kampus impiannya melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Memasuki Tahap Persiapan Bersama (TPB), Rakha merasa sedikit kesulitan untuk bersosialisasi. Lantaran dia merasa minder dengan usianya yang jauh lebih muda daripada teman-temannya.
Namun, setelah memasuki jurusan dan himpunan, dia sudah mulai bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman karena tidak adanya senioritas di sana.
Lihat Juga :
tulis komentar anda