Indonesia Ajukan 5 Arsip ke UNESCO sebagai Memory of The World

Senin, 10 Juni 2024 - 18:15 WIB
Indonesia tengah mengajukan lima arsip dan naskah ke UNESCO sebagai Memory of The World. Foto/Ary Wahyu Wibowo.
SOLO - Indonesia tengah mengajukan lima arsip dan naskah ke UNESCO sebagai Memory of The World. Saat ini tengah menunggu proses penjurian dan akhir tahun hasilnya diharapkan bisa diketahui.

Lima documentary heritage yang diajukan, pertama adalah arsip Kartini dan perjuangan gender yang diusulkan bersama-sama dengan Belanda. Kedua arsip pembentukan ASEAN yang merupakan joint nomination 5 negara dan didukung Belanda. Ketiga, arsip Hamzah Fansuri yang merupakan join nominasi dengan Malaysia.

Baca juga: UNESCO Tetapkan Naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol sebagai Memory of The World



“Keempat, tari khas Mangkunegaran. Ini sesuatu yang belum pernah kami ajukan dan sangat unik. Naskahnya keren banget, kalau tidak salah karya Mangkunegara IV,” kata Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto di sela-sela Konferensi ke-28 South East Asia–Pacific Audio Visual Archive Association (SEAPAVAA) di Solo, Jawa Tengah, Senin (10/6/2024).

Tari khas Mangkunegaran, isinya naskah tentang cengkok tarian yang berjumlah sekitar 1.000 halaman. Terdapat gerakan tari mulai telapak kaki hingga kepala dan sejauh ini merupakan satu-satunya di dunia. Terdapat tulisan Bahasa Jawa pada naskah dan latin pada naskah yang dibuat pada abad 19 dan awal abad 20 tersebut.

Sedangkan kelima adalah Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang merupakan naskah dari Jawa Barat. Dia memperkirakan, akhir tahun 2024 atau awal 2025 akan diumumkan mengenai usulan yang diajukan. Pihaknya berharap lima usulan yang diajukan dapat diterima seluruhnya. Sebab sebenarnya UNESCO hanya memberikan jatah masing-masing negara hanya dua per tahun.

Baca juga: Pemerintah Usulkan Reog Ponorogo, Kolintang, Kebaya Jadi Warisan Budaya UNESCO

“Kita mengajukan 2 single nomination dan 3 lainnya joint nomination,” ucapnya.

Tahun lalu, Indonesia mengajukan tiga dan diterima seluruhnya untuk level Asia Pasifik, di antaranya arsip penelitian gula, dan naskah Tuanku Imam Bonjol. Penelitian gula pada abad 19 ketika terjadi muncul penyakit tebu yang menghantui seluruh dunia. Riset untuk mengatasi hal itu berasal dari Jawa Timur.

Sedangkan naskah Tuanku Imam Bonjol ditulis di Makassar di lokasi pembuangan. Naskah ditulis oleh anaknya dan didekte oleh Tuanku Imam Bonjol. Naskah tentang rekonsiliasi perang dan diharapkan bisa menjadi pembelajaran untuk masyarakat dunia.

Sebelum arsip atau naskah diajukan ke internasional, terlebih dahulu diregistrasi sebagai member kolektif bangsa. Setelah itu dilihat oleh dewan pakar dan dicek. Jika signifikan sebagai memory of the world, maka akan diajukan ke UNESCO.
(nnz)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More