Target Perbaikan Kualitas SDM Indonesia Masih Di bawah Negara Lain
Kamis, 07 Mei 2020 - 14:30 WIB
JAKARTA - Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Namun, implementasi di lapangan masih kalah dari negara lain dalam perbaikan dunia pendidikan.
Peningkatan SDM biasa berpatokan pada kemampuan membaca (literasi), matematika (numerasi), dan sains melalui Test Programme for International Student Assessment (PISA). Skor literasi Indonesia sar ini 371 di bawah rata-rata negara Organization for Economic Co-Operation And Development (OECD) yang skornya 487. Untuk numerasi Indonesia skornya 379 dan OECD 489. Lalu, skor sains Indonesia juga kalah jauh 396 berbanding 489.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan kondisi SDM Indonesia ini jauh dari kata unggul karena berada jauh di bawah negara lain. Menurut dia, pemerintah mencanangkan peningkatan kualitas SDM dalam beberapa tahap.
Pada bidang literasi mencapai skor 396 pada 2020-2025, 423 untuk periode 2025-2030, dan 451 di periode 2030-2035. Sedangkan, di bidang numerasi dengan skor 388 pada 2020-2025 dan 397 untuk periode 2025-2030.
Sementara di bidang sains dengan skor 402 pada 2020-2025, 408 untuk periode 2025-2030, dan 414 pada 2030-2035.
“Mengamati target yang ditentukan pemerintah, jelas belum bisa dikatakan unggul. Alasannya, targetnya sendiri masih di bawah rata-rata negara OECD pada 2018. Itupun dengan asumsi tidak ada perbaikan atau peningkatan mutu dari negara-negara tersebut,” kata Indra kepada SINDOnews, Kamis (7/5/2020).
Indra menyayangkan target-target itu. Dia mendorong pemerintah melakukan usaha lebih keras lagi dengan membuat tertaget di atas negara OECD. Indonesia perlu mengantisipasi peningkatan mutu pendidikan di negara lain. Kalau tetap seperti sekarang, Indonesia akan tertinggal.
Kemampuan baca Indonesia kalah dari Vietnam. Kemampuan baca anak-anak Indonesia berada di level 1, sedangkan Vietnam dua tingkat di atasnya. Hal tersebut yang membuat lemahnya kemampuan siswa-siswi Indonesia untuk belajar.
Dalam kajian Bank Dunia, itu dibahasakan functionally illiterate atau bisa membaca tapi tidak paham makna. Artinya, tidak mampu untuk belajar apapun. Indra menyarankan pembenahan pada pendidikan di tingkat dasar. Selama ini pendidikan dasar diabaikan, bukan menjadi prioritas.
“Baik dari sisi kemampuan pendidik, sarana-prasarana, program, dan tentunya anggaran. Rekomendasi ini telah diberikan oleh berbagai macam institusi, baik dalam maupun luar negeri, seperti Bank Dunia dan OEC. Sayangnya, pemerintah masih tidak mau menjalankan rekomendasi tersebut,” ucapnya.
Peningkatan SDM biasa berpatokan pada kemampuan membaca (literasi), matematika (numerasi), dan sains melalui Test Programme for International Student Assessment (PISA). Skor literasi Indonesia sar ini 371 di bawah rata-rata negara Organization for Economic Co-Operation And Development (OECD) yang skornya 487. Untuk numerasi Indonesia skornya 379 dan OECD 489. Lalu, skor sains Indonesia juga kalah jauh 396 berbanding 489.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan kondisi SDM Indonesia ini jauh dari kata unggul karena berada jauh di bawah negara lain. Menurut dia, pemerintah mencanangkan peningkatan kualitas SDM dalam beberapa tahap.
Pada bidang literasi mencapai skor 396 pada 2020-2025, 423 untuk periode 2025-2030, dan 451 di periode 2030-2035. Sedangkan, di bidang numerasi dengan skor 388 pada 2020-2025 dan 397 untuk periode 2025-2030.
Sementara di bidang sains dengan skor 402 pada 2020-2025, 408 untuk periode 2025-2030, dan 414 pada 2030-2035.
“Mengamati target yang ditentukan pemerintah, jelas belum bisa dikatakan unggul. Alasannya, targetnya sendiri masih di bawah rata-rata negara OECD pada 2018. Itupun dengan asumsi tidak ada perbaikan atau peningkatan mutu dari negara-negara tersebut,” kata Indra kepada SINDOnews, Kamis (7/5/2020).
Indra menyayangkan target-target itu. Dia mendorong pemerintah melakukan usaha lebih keras lagi dengan membuat tertaget di atas negara OECD. Indonesia perlu mengantisipasi peningkatan mutu pendidikan di negara lain. Kalau tetap seperti sekarang, Indonesia akan tertinggal.
Kemampuan baca Indonesia kalah dari Vietnam. Kemampuan baca anak-anak Indonesia berada di level 1, sedangkan Vietnam dua tingkat di atasnya. Hal tersebut yang membuat lemahnya kemampuan siswa-siswi Indonesia untuk belajar.
Dalam kajian Bank Dunia, itu dibahasakan functionally illiterate atau bisa membaca tapi tidak paham makna. Artinya, tidak mampu untuk belajar apapun. Indra menyarankan pembenahan pada pendidikan di tingkat dasar. Selama ini pendidikan dasar diabaikan, bukan menjadi prioritas.
“Baik dari sisi kemampuan pendidik, sarana-prasarana, program, dan tentunya anggaran. Rekomendasi ini telah diberikan oleh berbagai macam institusi, baik dalam maupun luar negeri, seperti Bank Dunia dan OEC. Sayangnya, pemerintah masih tidak mau menjalankan rekomendasi tersebut,” ucapnya.
(cip)
tulis komentar anda