Lima Mahasiswa Universitas Jember Raih Perak di Ajang Internasional

Jum'at, 23 Oktober 2020 - 18:10 WIB
Lima mahasiswa Proteksi Tanaman Universitas Jember (Unej) angkatan 2017 berhasil meraih medali perak dalam Indonesia International Invention Festival (I3F). Foto/unej.ac.id
JAKARTA - Lima mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Jember (Unej) angkatan 2017 berhasil meraih medali perak dalam Indonesia International Invention Festival (I3F) yang merupakan salah satu program dari Asosiasi Aku Indonesia (AKIA).

Lima mahasiswa itu diketuai oleh Slamet Fauzi dengan anggota Moh Affan Afifudin, Gen Deardi I, Anggi Arsy Purwandarini, dan Bella Tegarwati Simamora berhasil meraih medali perak.

Dikutip dari situs unej.ac.id, Indonesia International Invention Festival (I3F) merupakan salah satu program dari Asosiasi Aku Indonesia (AKIA). I3F berhasil diselenggarakan sebanyak dua kali pada 2018 dan 2019. Tahun ini Asosiasi Aku Indonesia (AKIA) bekerja sama dengan Indonesia Young Scientist Association (IYSA), Forum Studi Sains dan Teknologi (FS2T) FMIPA Universitas Negeri Malang, dan Asia Pacific Youth Service (APYOUTHS).Tapi, akibat pandemi Covid-19 ini, Indonesia International Invention Festival (I3F) 2020 menerapkan konsep baru, Edisi Virtual pada 16-19 September 2020.



Dalam perheltan ini, selain penjurian virtual juga dikemas dalam wawancara langsung menggunakan platform online, peserta juga masih merasakan suasana pameran virtual dan mendapatkan ilmu berguna, internasional seminar, dan pameran inovasi.Kompetisi ini diikuti perwakilan dari sejumlah negara lainnya, yakni Malaysia dan Taiwan.

Produk yang dibuat oleh Fauzi dan tim adalah Pandamba Formula sebuah serbuk dari bahan alam yang yaitu mimba dan pandan yang digunakan sebagai pengusir atau repelen hama gudang beras (Sithopilus oryzae).

Menurut Fauzi, hal itu berawal dari masalah yang ada di lapangan, yakni pada gudang beras Indonesia yang tidak lepas dari ancaman hama kutu beras (Sithopilus oryzae). ( )

Beberapa media melaporkan bahwa kutu beras telah menyerang 500 ton beras di gudang Indonesia dan pada masa pandemi Covid-19 risiko beras yang ditimbun diserang oleh kutu beras juga semakin besar seperti yang dilaporkan BBC Australia.

"Selain itu, penggunaan insektisida kimia (methyl bromida) yang biasa digunakan di gudang beras sudah dilarang di Australia dan Eropa karena berbahaya bagi ozon dan makanan serta harganyapun mahal," katanya dikutip dari unej.ac.id.

Dia berharap produk yang diciptakan akan dapat menjadi pengganti methyl bromida pada masa depan."Terutama jika sudah berhasil dibuat dalam bentuk cair," katanya.( )
(dam)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More