Hingga 2020, LPDP Telah Salurkan Beasiswa kepada 25.326 Orang
Minggu, 25 Oktober 2020 - 15:55 WIB
BANDUNG - Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) hingga tahun 2020 telah memberikan beasiswa kepada sekitar 25.326 orang mahasiswa dari strata 2 hingga S3. Dari jumlah itu, mayoritas beasiswa terserap untuk program magister di dalam dan luar negeri.
LPDP Scholarship Director Dwi Larso mengatakan, dari 25.326 penerima beasiswa LPDP, sekitar 16.642 atau sekitar 65,7% terserap untuk program master atau S2. Sisanya yaitu 6.111 atau sekitar 24,13% untuk program S3, 1.979 atau sekitar 7,8% program partial scholarship, dan 594 atau 2,35% program medical specialty. (Baca juga: Kemenag-LPDP Buka Beasiswa Dosen, Diktis: Faham Keagamaan Harus Moderat )
"Saat ini yang masih berjalan ada sekitar 7.275 orang untuk program beasiswa dalam dan luar negeri. Sementara jumlah alumni program kami sebanyak 11.767 orang penerima beasiswa," kata Dwi pada acara konferensi Garcombs yang digelar Universitas Padjadjaran (Unpad) via Zoom, Minggu (25/10/2020).
Menurut dia, pemberian beasiswa merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Terutama bagi mereka yang memiliki keinginan melanjutkan pendidikan S2 dan S3.
Apalagi, saat ini, rata rata pendidikan Indonesia masih cukup rendah, yaitu setara SMP. Perbandingan penduduk Indonesia dengan sarjana yaitu 1:12 orang, sementara S2 adalah 1:250 orang. (Baca juga: Ketua FRI: Indonesia Perlu Investasi Satelit Pendidikan untuk Mendukung PJJ )
Di sisi lain, lulusan S1 saat ini menempati urutan pertama lulusan pendidikan yang paling banyak menganggur. Hal ini, kata dia, menjadi persoalan yang mesti dipecahkan.
"Makanya kami mengapresiasi beberapa perguruan tinggi yang memberikan pendidikan entrepreanership. Sehingga 25% lulusan perguruan tinggi kita, menjadi pengusaha atau punya usaha sendiri," beber dia.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Indonesia di Amerika Serikat Popy Rufaidah mengatakan, revolusi industri serta pandemi menyebabkan perubahan orientasi industri. Di mana, industri saat ini cenderung banyak menggunakan mesin ketimbang tenaga manusia. (Baca juga: CIMB Niaga Salurkan Program Beasiswa S1 kepada 50 Mahasiswa )
"Covid telah membawa perubahan pada industri. Tidak sedikit industri yang banyak menggunakan mesin untuk pekerjaan yang lebih efisien. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi agar lulusannya tetap bisa tersedia dunia kerja," kata dia.
Kendati begitu, menurut dia, masih banyak peluang pekerjaan yang akan tetap dikerjakan oleh manusia. Seperti data analisis, tenaga info grafis, dan lainnya. Peluang tersebut, mestinya ditangkap perguruan tinggi untuk membuat kurikulum yang disesuaikan kebutuhan ke depan.
Sementara itu, Garcombs sendiri digelar selama dua hari sejak 24 hingga 25 Oktober 2020. Konvensi ini melibatkan banyak pihak dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Menghadirkan narasumber nasional dan internasional yang kompeten dibidangnya. Acara ini digelar oleh FEB Unpad.
LPDP Scholarship Director Dwi Larso mengatakan, dari 25.326 penerima beasiswa LPDP, sekitar 16.642 atau sekitar 65,7% terserap untuk program master atau S2. Sisanya yaitu 6.111 atau sekitar 24,13% untuk program S3, 1.979 atau sekitar 7,8% program partial scholarship, dan 594 atau 2,35% program medical specialty. (Baca juga: Kemenag-LPDP Buka Beasiswa Dosen, Diktis: Faham Keagamaan Harus Moderat )
"Saat ini yang masih berjalan ada sekitar 7.275 orang untuk program beasiswa dalam dan luar negeri. Sementara jumlah alumni program kami sebanyak 11.767 orang penerima beasiswa," kata Dwi pada acara konferensi Garcombs yang digelar Universitas Padjadjaran (Unpad) via Zoom, Minggu (25/10/2020).
Menurut dia, pemberian beasiswa merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. Terutama bagi mereka yang memiliki keinginan melanjutkan pendidikan S2 dan S3.
Apalagi, saat ini, rata rata pendidikan Indonesia masih cukup rendah, yaitu setara SMP. Perbandingan penduduk Indonesia dengan sarjana yaitu 1:12 orang, sementara S2 adalah 1:250 orang. (Baca juga: Ketua FRI: Indonesia Perlu Investasi Satelit Pendidikan untuk Mendukung PJJ )
Di sisi lain, lulusan S1 saat ini menempati urutan pertama lulusan pendidikan yang paling banyak menganggur. Hal ini, kata dia, menjadi persoalan yang mesti dipecahkan.
"Makanya kami mengapresiasi beberapa perguruan tinggi yang memberikan pendidikan entrepreanership. Sehingga 25% lulusan perguruan tinggi kita, menjadi pengusaha atau punya usaha sendiri," beber dia.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Indonesia di Amerika Serikat Popy Rufaidah mengatakan, revolusi industri serta pandemi menyebabkan perubahan orientasi industri. Di mana, industri saat ini cenderung banyak menggunakan mesin ketimbang tenaga manusia. (Baca juga: CIMB Niaga Salurkan Program Beasiswa S1 kepada 50 Mahasiswa )
"Covid telah membawa perubahan pada industri. Tidak sedikit industri yang banyak menggunakan mesin untuk pekerjaan yang lebih efisien. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi agar lulusannya tetap bisa tersedia dunia kerja," kata dia.
Kendati begitu, menurut dia, masih banyak peluang pekerjaan yang akan tetap dikerjakan oleh manusia. Seperti data analisis, tenaga info grafis, dan lainnya. Peluang tersebut, mestinya ditangkap perguruan tinggi untuk membuat kurikulum yang disesuaikan kebutuhan ke depan.
Sementara itu, Garcombs sendiri digelar selama dua hari sejak 24 hingga 25 Oktober 2020. Konvensi ini melibatkan banyak pihak dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Menghadirkan narasumber nasional dan internasional yang kompeten dibidangnya. Acara ini digelar oleh FEB Unpad.
(mpw)
tulis komentar anda