Bayang-bayang UN, Siswa Tingkat Akhir Paling Stres Jalani PJJ
Jum'at, 06 November 2020 - 23:24 WIB
JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan, siswa yang berada di kelas tingkat akhir menjadi kelompok yang paling terbebani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tekanan besar tak hanya dari sekolah, namun juga dari keluarga.
"Yang paling tertekan dari data kami adalah anak kelas 3 SMP, 3 SMA atau juga kelas 6 SD, tekanan beban belajar juga ada tekanan dari keluarga juga," kata Retno dalam diskusi daring bertajuk 'Sukses Belajar di Masa Pandemi', Jumat (6/11/2020). (Baca juga: Mendikbud ke Guru Paud: Buatlah Anak Jatuh Cinta dengan Buku dan Sekolah )
Menurutnya, anak yang berada pada kelas tingkat akhir sering diancam terkait ujian yang akan mereka lewati. Anak-anak itu akhirnya menjadi stres.
Belum lagi, mereka belum bisa menyesuaikan semester baru yang seluruhnya dimulai dengan daring. Berbeda dengan semester lalu, para siswa masih sempat tatap muka di sekolah untuk mengenal guru dan teman mereka.
"Karena gurunya baru, wali kelas baru, itu mengakibatkan mereka tidak familiar, akibatnya anak ini tertekan. Jadi anak ini ketemu enggak, tidak ada interaksi tapi dikasih tugas padahal materi baru," jelas Retno. (Baca juga: Borong 70 Medali, Jatim Juara Umum Kompetisi Sains Nasional 2020 )
Rasa tertekan inilah yang dikhawatirkan Retno. Jika sudah ada rasa tertekan maka ada potensi imun anak menjadi berkurang, dan potensi terinfeksi virus akan semakin besar. Padahal, yang terpenting saat ini ialah kehidupan dan kesehatan peserta didik.
"Jadi jangan berpikir bahwa kepentingan orang tua untuk anaknya jadi yang the best, anaknya ranking, harusnya lupakan. Dalam masa pandemi kan yang terpenting membahagiakan anak. Kalau dia sakit kemudian dia meninggal ya enggak ada gunanya lagi segala yang kita berikan," ujar Retno.
Lihat Juga: Sekolah Harus Jadi Tempat Nyaman untuk Siswa, Bebas dari Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying
"Yang paling tertekan dari data kami adalah anak kelas 3 SMP, 3 SMA atau juga kelas 6 SD, tekanan beban belajar juga ada tekanan dari keluarga juga," kata Retno dalam diskusi daring bertajuk 'Sukses Belajar di Masa Pandemi', Jumat (6/11/2020). (Baca juga: Mendikbud ke Guru Paud: Buatlah Anak Jatuh Cinta dengan Buku dan Sekolah )
Menurutnya, anak yang berada pada kelas tingkat akhir sering diancam terkait ujian yang akan mereka lewati. Anak-anak itu akhirnya menjadi stres.
Belum lagi, mereka belum bisa menyesuaikan semester baru yang seluruhnya dimulai dengan daring. Berbeda dengan semester lalu, para siswa masih sempat tatap muka di sekolah untuk mengenal guru dan teman mereka.
"Karena gurunya baru, wali kelas baru, itu mengakibatkan mereka tidak familiar, akibatnya anak ini tertekan. Jadi anak ini ketemu enggak, tidak ada interaksi tapi dikasih tugas padahal materi baru," jelas Retno. (Baca juga: Borong 70 Medali, Jatim Juara Umum Kompetisi Sains Nasional 2020 )
Rasa tertekan inilah yang dikhawatirkan Retno. Jika sudah ada rasa tertekan maka ada potensi imun anak menjadi berkurang, dan potensi terinfeksi virus akan semakin besar. Padahal, yang terpenting saat ini ialah kehidupan dan kesehatan peserta didik.
"Jadi jangan berpikir bahwa kepentingan orang tua untuk anaknya jadi yang the best, anaknya ranking, harusnya lupakan. Dalam masa pandemi kan yang terpenting membahagiakan anak. Kalau dia sakit kemudian dia meninggal ya enggak ada gunanya lagi segala yang kita berikan," ujar Retno.
Lihat Juga: Sekolah Harus Jadi Tempat Nyaman untuk Siswa, Bebas dari Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying
(mpw)
tulis komentar anda