Keren, Aplikasi Ciptaan Unpad Bisa Deteksi Kualitas Tanaman Padi
Rabu, 02 Desember 2020 - 07:10 WIB
BANDUNG - Budidaya padi, sejauh ini cenderung diolah secara tradisional. Tak sedikit, hasil yang didapat kurang memuaskan. Terkadang, petani kesulitan mendeteksi kualitas tanaman padi karena kekurangan alat pendukung.
Tak jarang, produksi pertanian padi di Indonesia kerap terkendala oleh sejumlah hambatan. Mulai dari faktor musim, nutrisi yang kurang memadai, hingga serangan hama. Belum lagi masih banyak petani maupun penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang belum memiliki pengetahuan yang cukup sehingga menjadi faktor penghambat tercapainya swasembada pangan di sektor padi. (Baca juga: IPB University Raih Juara 3 Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2020 )
Tapi jangan khawatir, Universitas Padjadjaran (Unpad) menciptakan inovasi untuk membantu petani dan PPL dalam produksi padi. Inovasi yang dikembangkan berupa aplikasi pada perangkat telepon pintar yang memudahkan petani dan PPL dalam mengidentifikasi kecukupan pupuk serta potensi serangan penyakit pada tanaman padi.
Aplikasi “Decision Support System (DSS) Padi” ini dikembangkan oleh tim dosen dan mahasiswa dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian dan Fakultas Pertanian Unpad. Ketua tim penelitian Ir. Mimin Muhaemin, PhD, menerangkan, DSS Padi dinilai lebih praktis untuk melakukan identifikasi tanaman padi ketimbang alat identifikasi yang ada di lapangan.
“Sebenarnya ada alat dari pemerintah berupa bagan warna daun, tetapi banyak petani yang tidak menggunakannya dengan alasan kurang praktis. Kalau lewat handphone, semua petani dan PPL pasti akan membawa,” ujar Mimin dalam siaran persnya, Senin (30/11/2020). (Baca juga: UGM Kembali Juara Umum Ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasiona 2020 )
Di sisi lain, banyak petani dan PPL yang kurang menguasai beragam permasalahan di lapangan terkait tanaman padi. Padahal, selama ini sudah banyak hasil penelitian dan publikasi ilmiah yang sudah dilakukan para ilmuwan.
Untuk itu, Mimin dan tim mencoba menjembatani hasil penelitian tersebut kepada para petani dan PPL. Pengembangan aplikasi diharapkan akan lebih efektif, karena hampir semua petani maupun PPL memiliki telepon pintar.
Mimin menjelaskan, aplikasi DSS Padi dikembangkan sejak 2018. Pada awalnya, aplikasi DSS Padi awalnya bertujuan untuk petani untuk melakukan identifikasi kecukupan pemberian pupuk nitorgen pada padi.
Kemudian, dibantu dosen dari Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Faperta Unpad, tim mengembangkan kembali aplikasi agar bisa mengidentifikasi serangan penyakit, khususnya serangan blast dan brownspot.
Tak jarang, produksi pertanian padi di Indonesia kerap terkendala oleh sejumlah hambatan. Mulai dari faktor musim, nutrisi yang kurang memadai, hingga serangan hama. Belum lagi masih banyak petani maupun penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang belum memiliki pengetahuan yang cukup sehingga menjadi faktor penghambat tercapainya swasembada pangan di sektor padi. (Baca juga: IPB University Raih Juara 3 Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2020 )
Tapi jangan khawatir, Universitas Padjadjaran (Unpad) menciptakan inovasi untuk membantu petani dan PPL dalam produksi padi. Inovasi yang dikembangkan berupa aplikasi pada perangkat telepon pintar yang memudahkan petani dan PPL dalam mengidentifikasi kecukupan pupuk serta potensi serangan penyakit pada tanaman padi.
Aplikasi “Decision Support System (DSS) Padi” ini dikembangkan oleh tim dosen dan mahasiswa dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian dan Fakultas Pertanian Unpad. Ketua tim penelitian Ir. Mimin Muhaemin, PhD, menerangkan, DSS Padi dinilai lebih praktis untuk melakukan identifikasi tanaman padi ketimbang alat identifikasi yang ada di lapangan.
“Sebenarnya ada alat dari pemerintah berupa bagan warna daun, tetapi banyak petani yang tidak menggunakannya dengan alasan kurang praktis. Kalau lewat handphone, semua petani dan PPL pasti akan membawa,” ujar Mimin dalam siaran persnya, Senin (30/11/2020). (Baca juga: UGM Kembali Juara Umum Ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasiona 2020 )
Di sisi lain, banyak petani dan PPL yang kurang menguasai beragam permasalahan di lapangan terkait tanaman padi. Padahal, selama ini sudah banyak hasil penelitian dan publikasi ilmiah yang sudah dilakukan para ilmuwan.
Untuk itu, Mimin dan tim mencoba menjembatani hasil penelitian tersebut kepada para petani dan PPL. Pengembangan aplikasi diharapkan akan lebih efektif, karena hampir semua petani maupun PPL memiliki telepon pintar.
Mimin menjelaskan, aplikasi DSS Padi dikembangkan sejak 2018. Pada awalnya, aplikasi DSS Padi awalnya bertujuan untuk petani untuk melakukan identifikasi kecukupan pemberian pupuk nitorgen pada padi.
Kemudian, dibantu dosen dari Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Faperta Unpad, tim mengembangkan kembali aplikasi agar bisa mengidentifikasi serangan penyakit, khususnya serangan blast dan brownspot.
Lihat Juga :
tulis komentar anda