Cegah Risiko Terpapar Covid-19, Peneliti FTUI Kembangkan Puvicon
Jum'at, 26 Februari 2021 - 14:08 WIB
“Dengan penggunaan panjang gelombang UV-C sampai sebesar 280 nm, diharapkan keberadaan ozon akan segera hilang tidak lama setelah melewati lampu UV-C (maksimum 50 cm dari lampu UV-C) Ozon dapat diubah kembali melalui jalur reaksi dekomposisi ozon menjadi O2 di udara. Di bagian keluaran alat ini, yaitu berupa emisi udara yang telah dibersihkan oleh UV-C dan ozon (O3) tadi, maka alat pembangkin plasma akan lebih efektif lagi menonaktifkan bahkan memusnahkan mikroba-mikroba,” tuturnya.
Hingga saat ini tim FTUI telah memproduksi lebih dari 600 unit Puvicon. Unit-unit ini sebagian disalurkan dalam bentuk donasi ke berbagai rumah sakit (RSPG Cisarua dan RS Polri Kramat Jati), masjid dan pesantren dan sisanya dijual secara komersial dengan harga jual yang cukup terjangkau.
Selain tipe DSF-02 dan DSF-02X untuk komersialisasi, terdapat tipe DSF-03 dan 04 berbentuk menara fan untuk donasi, tipe XAP-01 dan 02 yang lebih kecil, ringan, dan murah untuk dipinjamkan bagi para pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah, serta WAP-01 (air purifier dengan pelembab udara atau humidifier) yang merupakan versi khusus untuk donasi ke masjid-masjid. Proses produksi dan distribusi PUVICON FTUI kini ditangani oleh Unit Pelayanan Pada Masyarakat Departemen Teknik Kimia (UPPM DTK) FTUI dibawah koordinasi Unit Kerjasama dan Ventura FTUI.
Dekan FTUI Dr Ir Hendri DS Budiono menambahkan, banyak pasien Covid-19 yang sakit parah harus menghadapi lebih dari sekadar virus Corona. Dari data perawatan Covid-19 di rumah-rumah sakit di Jerman diketahui bahwa hampir separuh pasien yang dibantu dengan ventilator meninggal dunia akibat mengalami infeksi tambahan di rumah sakit.
“Teknologi PUVICO3 ini dikembangkan dari hasil penelitian bahwa terapi plasma dingin dapat mencegah kasus infeksi tambahan ini dan bahkan dapat mengurangi risiko tenaga medis di rumah sakit terinfeksi oleh virus corona secara signifkan,” kata Hendri.
Lihat Juga: Kampus Terinovatif di Indonesia Versi Scimago Institutions Rankings (SIR) 2024, Segini Dana Riset RI
Hingga saat ini tim FTUI telah memproduksi lebih dari 600 unit Puvicon. Unit-unit ini sebagian disalurkan dalam bentuk donasi ke berbagai rumah sakit (RSPG Cisarua dan RS Polri Kramat Jati), masjid dan pesantren dan sisanya dijual secara komersial dengan harga jual yang cukup terjangkau.
Selain tipe DSF-02 dan DSF-02X untuk komersialisasi, terdapat tipe DSF-03 dan 04 berbentuk menara fan untuk donasi, tipe XAP-01 dan 02 yang lebih kecil, ringan, dan murah untuk dipinjamkan bagi para pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah, serta WAP-01 (air purifier dengan pelembab udara atau humidifier) yang merupakan versi khusus untuk donasi ke masjid-masjid. Proses produksi dan distribusi PUVICON FTUI kini ditangani oleh Unit Pelayanan Pada Masyarakat Departemen Teknik Kimia (UPPM DTK) FTUI dibawah koordinasi Unit Kerjasama dan Ventura FTUI.
Dekan FTUI Dr Ir Hendri DS Budiono menambahkan, banyak pasien Covid-19 yang sakit parah harus menghadapi lebih dari sekadar virus Corona. Dari data perawatan Covid-19 di rumah-rumah sakit di Jerman diketahui bahwa hampir separuh pasien yang dibantu dengan ventilator meninggal dunia akibat mengalami infeksi tambahan di rumah sakit.
“Teknologi PUVICO3 ini dikembangkan dari hasil penelitian bahwa terapi plasma dingin dapat mencegah kasus infeksi tambahan ini dan bahkan dapat mengurangi risiko tenaga medis di rumah sakit terinfeksi oleh virus corona secara signifkan,” kata Hendri.
Lihat Juga: Kampus Terinovatif di Indonesia Versi Scimago Institutions Rankings (SIR) 2024, Segini Dana Riset RI
(dam)
tulis komentar anda