Cegah Risiko Terpapar Covid-19, Peneliti FTUI Kembangkan Puvicon

Jum'at, 26 Februari 2021 - 14:08 WIB
loading...
Cegah Risiko Terpapar...
Tim peneliti Fakultas Tehnik Universitas Indonesia (FTUI) menciptakan alat penjernih udara (air purifier) yang diberi nama Puvicon. Foto/SINDOnews/R Ratna Purnama
A A A
DEPOK - Sebagai upaya untuk memberantas virus Covid-19, tim peneliti Fakultas Tehnik Universitas Indonesia (FTUI) menciptakan alat penjernih udara (air purifier) yang diberi nama Puvicon.

Alat ini bekerja dengan menggunakan teknologi PUVICO3, yakni molekul udara dan uap air yang diionisasi dan dihamburkan kembali ke udara secara konveksi paksa.

Pada ruangan tertutup, teknologi ini terbukti mampu menghilangkan 99% virus dan lebih dari 90% bakteri di udara hanya dalam waktu 10 menit. Bahkan canggihnya lagi alat ini dapat menghambat pertumbuhan jamur di makanan, lemari pakaian dan tempat sepatu. Selain itu juga dapat membersihkan dan melembabkan kulit.

Tim peneliti dipimpin oleh Prof Setijo Bismo, seorang guru besar dan pakar dalam bidang plasma, ozon dan UV. Tim melakukan riset dan rancang bangun unit air purifier dan disinfektan berbasis plasma sejak Juli 2020. Teknologi PUViCO3 bermakna purifikasi virus Corona oleh Plasma-UV-Ozon.

Teknologi PUViCO3 hasil rancang bangun ini menggunaan generator Plasma yang selain menghasilkan plasma anion juga memberikan efek dingin dan lembab ketika terkena permukaan kulit manusia.

Dengan demikian plasma anion (ion negatif) ini akan mendorong fenomena terjadinya humidifikasi (kelembaban) lokal di permukaan kulit manusia sehingga panas laten yang dihasilkan dari proses humidifikasi tersebut akan menyerap panas di permukaan kulit, sehingga kulit akan terasa dingin.

“Pada pemakaian rutin maka akan berpengaruh terhadap kualitas kulit, yaitu menjadi lebih bersih dan halus. Ditambah dengan penggunaan teknologi cyclon fan (kipas angin berputar), maka efek pendinginan ini akan lebih baik lagi,” kata Bismo, Kamis 25 Februari 2021.

Selain menghasilkan dan menghamburkan ion-ion negatif dengan kelembaban rendah, teknologi PUViCO3 ini juga dapat mengatasi polusi udara sekaligus berperan sebagai “disinfektan elektronik” yang bekerja dengan mekanisme difusi (penyebaran) secara cepat karena adanya sistem konveksi paksa.

Proses inaktivasi ataupun penghancuran bakteri dan virus dilakukan juga oleh tirai-tirai virtual (virtual curtains) berupa sinar UV-C yang memiliki panjang gelombang 220-280 nm dan selanjutnya diperkuat lagi oleh emisi Ozon (O3) ringan dengan konsentrasi maksimum sebesar 0,05 ppm.

“Dengan penggunaan panjang gelombang UV-C sampai sebesar 280 nm, diharapkan keberadaan ozon akan segera hilang tidak lama setelah melewati lampu UV-C (maksimum 50 cm dari lampu UV-C) Ozon dapat diubah kembali melalui jalur reaksi dekomposisi ozon menjadi O2 di udara. Di bagian keluaran alat ini, yaitu berupa emisi udara yang telah dibersihkan oleh UV-C dan ozon (O3) tadi, maka alat pembangkin plasma akan lebih efektif lagi menonaktifkan bahkan memusnahkan mikroba-mikroba,” tuturnya.

Hingga saat ini tim FTUI telah memproduksi lebih dari 600 unit Puvicon. Unit-unit ini sebagian disalurkan dalam bentuk donasi ke berbagai rumah sakit (RSPG Cisarua dan RS Polri Kramat Jati), masjid dan pesantren dan sisanya dijual secara komersial dengan harga jual yang cukup terjangkau.

Selain tipe DSF-02 dan DSF-02X untuk komersialisasi, terdapat tipe DSF-03 dan 04 berbentuk menara fan untuk donasi, tipe XAP-01 dan 02 yang lebih kecil, ringan, dan murah untuk dipinjamkan bagi para pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah, serta WAP-01 (air purifier dengan pelembab udara atau humidifier) yang merupakan versi khusus untuk donasi ke masjid-masjid. Proses produksi dan distribusi PUVICON FTUI kini ditangani oleh Unit Pelayanan Pada Masyarakat Departemen Teknik Kimia (UPPM DTK) FTUI dibawah koordinasi Unit Kerjasama dan Ventura FTUI.

Dekan FTUI Dr Ir Hendri DS Budiono menambahkan, banyak pasien Covid-19 yang sakit parah harus menghadapi lebih dari sekadar virus Corona. Dari data perawatan Covid-19 di rumah-rumah sakit di Jerman diketahui bahwa hampir separuh pasien yang dibantu dengan ventilator meninggal dunia akibat mengalami infeksi tambahan di rumah sakit.

“Teknologi PUVICO3 ini dikembangkan dari hasil penelitian bahwa terapi plasma dingin dapat mencegah kasus infeksi tambahan ini dan bahkan dapat mengurangi risiko tenaga medis di rumah sakit terinfeksi oleh virus corona secara signifkan,” kata Hendri.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3405 seconds (0.1#10.140)