Pembelajaran Tatap Muka Sudah Urgen, Ini Syarat yang Harus Dipenuhi
Minggu, 21 Maret 2021 - 14:05 WIB
JAKARTA - Persiapan proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah harus didukung teknis pelaksanaan secara rinci terkait faktor kesehatan lingkungan sekolah dan keamanan peserta didik dan pengajar, saat berinteraksi dalam proses belajar mengajar . Hal tersebut penting untuk mengantisipasi peyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
"Saya kira pemda yang lebih mengerti kondisi lapangan. Dari pusat kita menerapkan standar yang wajib dipenuhi yaitu daftar periksa, kalau tidak terpenuhi tidak boleh menyelenggarakan. Ke depan dengan adanya vaksin, diharapkan tingkat risiko jauh menurun dan mayoritas sekolah bisa menyelenggarakan PTM dengan lebih aman," kata Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudin kepada SINDOnews, Minggu (21/3/2021).
Menurutnya, pemerintah daerah harus bantu memetakan, mana sekolah yang siap dan mana yang tidak. Untuk yang tidak, diharapkan ada bantuan seperti fasilitas sanitasi, penyediaan masker, hand sanitizer, dan lain-lain.
Selain itu, pemerintah pusat harus gencar mensosialisasikan karena luasnya daerah Indonesia rentan terjadi asimetri informasi. "Juga dalam pengawasan, sebaiknya ada hotline yang bisa dihubungi masyarakat apabila terdapat pelanggaran," harapnya.
Politisi Golkar ini juga menyoroti soal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang selama ini diterapkan sekolah selama pandemi Covid-19. Sebenarnya, lanjut dia, banyak sekali minusnya dari PJJ, antara lain learning loss, ancaman putus sekolah, tekanan psikologis, dan lain-lain.
Apalagi, fasilitas yang belum merata mengakibatkan adanya kesenjangan pembelajaran antar siswa di Indonesia. "Jadi sebenarnya memang PTM ini sudah urgen, tapi minusnya adalah memang berisiko kalau tidak diselenggarakan secara aman. Oleh karena itu, dengan adanya vaksin dan penerapan protokol yang ketat, kami harap PTM ini bisa segera di laksanakan," harapnya.
Data UNICEF Education Covid-19 Response Oktober 2020 mencatat, Indonesia adalah satu di antara empat negara di Asia Timur dan Asia Pasifik yang belum melakukan PTM secara penuh. Sampai akhir Oktober tahun lalu, 85 persen negara di dua kawasan tersebut sudah membuka sekolah secara penuh.
Khusus Indonesia, UNICEF selama 18-29 Mei 2020 dan 5-8 Juni 2020 juga telah menerima lebih dari 4.000 tanggapan dari siswa di 34 provinsi terkait PTM. Hasilnya, 87 persen siswa ingin segera kembali ke sekolah. Bahkan, 88 persen dari mereka bersedia mengenakan masker di sekolah dan 90 persen telah memahami urgensi menjaga jarak fisik jika PTM dilaksanakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis bahwa telah ada sekitar 34.200 sekolah atau 15 persen yang sudah menggelar PTM di tengah pandemi covid-19.
"Saya kira pemda yang lebih mengerti kondisi lapangan. Dari pusat kita menerapkan standar yang wajib dipenuhi yaitu daftar periksa, kalau tidak terpenuhi tidak boleh menyelenggarakan. Ke depan dengan adanya vaksin, diharapkan tingkat risiko jauh menurun dan mayoritas sekolah bisa menyelenggarakan PTM dengan lebih aman," kata Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudin kepada SINDOnews, Minggu (21/3/2021).
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah daerah harus bantu memetakan, mana sekolah yang siap dan mana yang tidak. Untuk yang tidak, diharapkan ada bantuan seperti fasilitas sanitasi, penyediaan masker, hand sanitizer, dan lain-lain.
Selain itu, pemerintah pusat harus gencar mensosialisasikan karena luasnya daerah Indonesia rentan terjadi asimetri informasi. "Juga dalam pengawasan, sebaiknya ada hotline yang bisa dihubungi masyarakat apabila terdapat pelanggaran," harapnya.
Politisi Golkar ini juga menyoroti soal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang selama ini diterapkan sekolah selama pandemi Covid-19. Sebenarnya, lanjut dia, banyak sekali minusnya dari PJJ, antara lain learning loss, ancaman putus sekolah, tekanan psikologis, dan lain-lain.
Apalagi, fasilitas yang belum merata mengakibatkan adanya kesenjangan pembelajaran antar siswa di Indonesia. "Jadi sebenarnya memang PTM ini sudah urgen, tapi minusnya adalah memang berisiko kalau tidak diselenggarakan secara aman. Oleh karena itu, dengan adanya vaksin dan penerapan protokol yang ketat, kami harap PTM ini bisa segera di laksanakan," harapnya.
Data UNICEF Education Covid-19 Response Oktober 2020 mencatat, Indonesia adalah satu di antara empat negara di Asia Timur dan Asia Pasifik yang belum melakukan PTM secara penuh. Sampai akhir Oktober tahun lalu, 85 persen negara di dua kawasan tersebut sudah membuka sekolah secara penuh.
Khusus Indonesia, UNICEF selama 18-29 Mei 2020 dan 5-8 Juni 2020 juga telah menerima lebih dari 4.000 tanggapan dari siswa di 34 provinsi terkait PTM. Hasilnya, 87 persen siswa ingin segera kembali ke sekolah. Bahkan, 88 persen dari mereka bersedia mengenakan masker di sekolah dan 90 persen telah memahami urgensi menjaga jarak fisik jika PTM dilaksanakan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis bahwa telah ada sekitar 34.200 sekolah atau 15 persen yang sudah menggelar PTM di tengah pandemi covid-19.
(mpw)
tulis komentar anda