Pembelajaran Daring Dinilai Tak Efektif, Anggota Komisi X Ini Dukung Digelar PTM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah pihak menginginkan agar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah segera digelar dengan mengedepankan protokol kesehatan . Alasannya untuk menghindari pelajar Indonesia dari kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar ( learning loss ) selama pandemi Covid-19.
"Learning loss yang diakibatkan oleh pembelajaran daring yang tidak cukup efektif ini akan semakin memberi dampak yang menghawatirkan bagi generasi penerus sebab masih banyak terjadi disfungsi teknologi dikalangan siswa yang malah berakibat pada penurunan minat belajar siswa. Maka saya merasa rencana PTM perlu didukung sejalan dengan persiapan yang matang," kata anggota Komisi X DPR Ali Zamroni kepada SINDOnews, Minggu (21/3/2021).
Menurutnya, layak atau tidaknya PTM, menjadi tugas semua pihak untuk bersama-sama menjaga agar rencana Pembelajaran Tatap Muka nantinya dapat terlaksana dengan baik. Dapat di katakan layak, kata dia, apabila pemerintah daerah, tenaga pendidik serta orang tua dapat bersama-sama saling mendukung agar siswa yang nantinya melaksanakan pembelajaran tatap muka tetap patuh akan protokol kesehatan.
"Belajar tatap muka juga harus dilaksanakan dengan catatan seluruh tenaga pendidik di sekolah-sekolah sudah melaksanakan vaksinasi," terang politisi Gerindra tersebut.
Sekolah yang akan menggelar PTM, harus menyiapkan terlebih dahulu fasilitas protokol kesehatan dan teknik pembatasan belajar tatap muka bagi para murid. Selain desakan dari orang tua, keluhan para murid yang mengharapkan kembali ke suasana sekolah, menjadi pertimbangan agar sekolah tatap muka dapat segera terlaksana demi berjalannya transformasi ilmu terutama pada pendidikan karakter siswa.
Ali Zamroni menyarankan, sebelum sekolah menggelar PTM, pemerintah daerah (Pemda), pemerintah Pusat, dan pihak sekolah terlebih dahulu mempersiapkan kelangsungan vaksinasi secara menyeluruh terhadap tenaga pendidik. "Ini menjadi penting mengingat banyak guru-guru yang yang harus di screening terlebih dahulu sebelum di vaksin, entah itu karena faktor usia atau lain-lain. Selain itu, kelengkapan sarana dan prasarana protokol kesehatan di setiap sekolah juga harus terjamin," tegasnya.
Dia menambahkan, meskipun dilaksanakan dengan tatap muka, peran guru untuk membiasakan siswa menjaga kebersihan dan kesehatan harus lebih ditingkatkan di lingkungan sekolah. Dan yang paling penting adalah kesiapan pemda, pemerintah pusat, dan para tenaga pendidik terhadap sistem pembalajaran yang kembali harus dipindah dalam bentuk pertemuan.
"Sebelumnya kan kebanyakan online, nah secara offline-nya juga harus kembali disiapkan bagaimana agar transfer ilmu ke siswa kembali berjalan dengan baik dan tidak learning loss pada saat belajar tatap muka dilaksanakan," terangnya.
Kelebihan dari PTM, lanjut dia, dapat menjadi kebiasaan baru yang sehat dan baik. Transfer pendidikan secara ilmu dan karakter juga akan kembali terlaksana sehingga produktivitas siswa dan guru kembali meningkat. Yang paling penting ini adalah langkah yang harus didorong kembali demi menghindarkan adanya kasus putus sekolah, penurunan capaian belajar, lerning loss, kekerasan pada anak, ketidakmampuan orang tua dalam menghadapi anak, hingga kasus eksternal fatal lainnya.
"Minusnya tidak kita harapkan terjadi, meskipun ini menjadi sesuatu yang harus di antisipasi di antaranya akan semakin meningkat penyebaran virus tanpa adanya protokol kesehatan yang baik," pungkasnya.
"Learning loss yang diakibatkan oleh pembelajaran daring yang tidak cukup efektif ini akan semakin memberi dampak yang menghawatirkan bagi generasi penerus sebab masih banyak terjadi disfungsi teknologi dikalangan siswa yang malah berakibat pada penurunan minat belajar siswa. Maka saya merasa rencana PTM perlu didukung sejalan dengan persiapan yang matang," kata anggota Komisi X DPR Ali Zamroni kepada SINDOnews, Minggu (21/3/2021).
Menurutnya, layak atau tidaknya PTM, menjadi tugas semua pihak untuk bersama-sama menjaga agar rencana Pembelajaran Tatap Muka nantinya dapat terlaksana dengan baik. Dapat di katakan layak, kata dia, apabila pemerintah daerah, tenaga pendidik serta orang tua dapat bersama-sama saling mendukung agar siswa yang nantinya melaksanakan pembelajaran tatap muka tetap patuh akan protokol kesehatan.
"Belajar tatap muka juga harus dilaksanakan dengan catatan seluruh tenaga pendidik di sekolah-sekolah sudah melaksanakan vaksinasi," terang politisi Gerindra tersebut.
Sekolah yang akan menggelar PTM, harus menyiapkan terlebih dahulu fasilitas protokol kesehatan dan teknik pembatasan belajar tatap muka bagi para murid. Selain desakan dari orang tua, keluhan para murid yang mengharapkan kembali ke suasana sekolah, menjadi pertimbangan agar sekolah tatap muka dapat segera terlaksana demi berjalannya transformasi ilmu terutama pada pendidikan karakter siswa.
Ali Zamroni menyarankan, sebelum sekolah menggelar PTM, pemerintah daerah (Pemda), pemerintah Pusat, dan pihak sekolah terlebih dahulu mempersiapkan kelangsungan vaksinasi secara menyeluruh terhadap tenaga pendidik. "Ini menjadi penting mengingat banyak guru-guru yang yang harus di screening terlebih dahulu sebelum di vaksin, entah itu karena faktor usia atau lain-lain. Selain itu, kelengkapan sarana dan prasarana protokol kesehatan di setiap sekolah juga harus terjamin," tegasnya.
Dia menambahkan, meskipun dilaksanakan dengan tatap muka, peran guru untuk membiasakan siswa menjaga kebersihan dan kesehatan harus lebih ditingkatkan di lingkungan sekolah. Dan yang paling penting adalah kesiapan pemda, pemerintah pusat, dan para tenaga pendidik terhadap sistem pembalajaran yang kembali harus dipindah dalam bentuk pertemuan.
"Sebelumnya kan kebanyakan online, nah secara offline-nya juga harus kembali disiapkan bagaimana agar transfer ilmu ke siswa kembali berjalan dengan baik dan tidak learning loss pada saat belajar tatap muka dilaksanakan," terangnya.
Kelebihan dari PTM, lanjut dia, dapat menjadi kebiasaan baru yang sehat dan baik. Transfer pendidikan secara ilmu dan karakter juga akan kembali terlaksana sehingga produktivitas siswa dan guru kembali meningkat. Yang paling penting ini adalah langkah yang harus didorong kembali demi menghindarkan adanya kasus putus sekolah, penurunan capaian belajar, lerning loss, kekerasan pada anak, ketidakmampuan orang tua dalam menghadapi anak, hingga kasus eksternal fatal lainnya.
"Minusnya tidak kita harapkan terjadi, meskipun ini menjadi sesuatu yang harus di antisipasi di antaranya akan semakin meningkat penyebaran virus tanpa adanya protokol kesehatan yang baik," pungkasnya.
(mpw)