KPAI Minta Kemendikbud dan Kemenag Hati-hati dalam Rencana Membuka Sekolah

Sabtu, 23 Mei 2020 - 10:32 WIB
Komisioner KPAI Retno Listyarti meminta Kemendikbud dan Kemanag hati-hati dan melibatkan ahli epidemiologidalam rencana membuka sekolah. Foto/Okezone
JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terus memantau wacana pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020. Langkah ini harus hati-hati dan melibatkan ahli epidemiologi.

KPAI khawatir pembukaan ini akan mengancam kesehatan anak karena penyebaran virus Sars Cov-II masih tinggi. Berdasarkan data Kementerian kesehatan, ada sekitar 831 anak yang terinfeksi COVID-19 . Itu artinya 4% dari jumlah total orang positif COVID-19 di Indonesia yang sudah mencapai 20.796 per 22 Mei 2020. (Baca juga: Kabar Gembira, 5 Tenaga Medis di Muara Enim Sembuh COVID-19)

“Penularan virus yang mewabah itu terjadi melalui kontak dari orang tua dan keluarga terdekat,” ujar Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (23/5/2020).



Menurutnya, usia anak yang tertular itu berkisar 0-14 tahun. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 129 anak yang meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP). Yang menyedihkan, ada 14 anak yang meninggal dengan status positif COVID-19.

“Jumlah tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Bahkan, ada bayi 1 bulan yang tertular COVID-19 dari orang tuanya,” terang mantan Kepala SMAN 3 Jakarta itu.

Dalam catatan IDAI ada 3.400 anak yang dalam perawatan dengan berbagai penyakit. Dari jumlah itu, ada 584 orang terkonfirmasi positif dan 14 orang meninggal dunia. “Anak-anak tertular Covid-19 itu menunjukan bukti bahwa rumor COVID-19 tidak menyerang anak-anak tidak benar,” tegas Retno.

Melihat data-data di atas, KPAI meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) untuk belajar dari negara lain dalam pembukaan sekolah. Beberapa negara membuka sekolah setelah kasus positif COVID-19 menurun drastis bahkan sudah nol kasus. (Baca juga: FSGI Minta Pemerintah Tidak Buru-Buru Mengaktifkan Belajar di Sekolah)

Itupun masih ditemukan kasus penularan Sars Cov-II yang menyerang guru dan siswa. Peristiwa itu terjadi di Finlandia. Padahal mereka tentu mempunyai sistem kesehatan yang baik. Persiapan pembukaan yang matang. Sekolah pun jadi klaster baru.

Di China, pembukaan sekolah dilakukan setelah tidak ada kasus positif COVID-19 selama 10 hari. “Pembukaan disertai penerapan protokol kesehatan yang ketat. Para guru yang mengajar sudah menjalani isolasi dahulu selama 14 hari sebelum sekolah dibuka,” terang Retno.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More