Raeni, Mahasiswa yang Lulus Diantar Bapak Naik Becak Kini Jadi Doktor di Birmingham Inggris
Kamis, 01 Juli 2021 - 12:45 WIB
JAKARTA - Raeni , perempuan asal Semarang, Jawa Tengah, ini tak pernah menyangka jika dirinya yang hanya anak dari seorang tukang becak bisa menempuh pendidikan S-3 Accounting di Birmingham University, Inggris dengan beasiswa LPDP .
Selama di Inggris banyak pengalaman menarik yang dialami Raeni, salah satunya saat ia akhirnya bisa melihat salju, “Penasaran banget salju kayak apa, sampai pakai kertas untuk nadahin salju biar bisa dilihat bentuknya,” ungkap Raeni beberapa waktu lalu.
Di samping itu, ada juga kendala-kendala yang ia hadapi, kendala terbesar adalah bahasa. Saat pertama kali mengikuti kuliah di Inggris, ia sempat kebingungan apa yang sedang dijelaskan oleh professor hingga harus bertanya-tanya materi kuliah ke teman-teman.
Selain itu, ia juga mengalami masa-masa sulit saat lebaran karena tak bisa bertemu orang tua. Walau begitu, ia senang bisa merasakan salat Id dengan mahasiswa-mahasiswa sesama muslim di sana.
Ia mengaku selalu kagum terhadap kedua orang tuanya yang selalu memberi semangat dan mendukungnya agar bisa menggapai cita-cita. Selama kuliah, Raeni kerap menjadi ledekan teman karena ia adalah anak tukang becak, namun kedua orang tuanya selalu menanamkan rasa percaya diri. Hingga saat ia wisuda S-1, ia diantar oleh ayahnya dengan becak.
“Banyak orang yang tanya ‘kenapa kok kuliah?’ ‘Kenapa enggak langsung kerja aja ringanin beban orang tua?’ Sempat sedih, tapi menurut saya justru pendidikan itu investasi, dengan pendidikan kita bisa mendapat pekerjaan lebih baik dan bisa memperbaiki hidup,” kata Raeni.
Tak hanya berprestasi, penerima Bidikmisi S-1 Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang ini juga menulis buku berjudul “Mengayuh Asa Menggapai Mimpi” yang menceritakan kisahnya sejak kecil hingga ia bisa seperti sekarang.
Selama di Inggris banyak pengalaman menarik yang dialami Raeni, salah satunya saat ia akhirnya bisa melihat salju, “Penasaran banget salju kayak apa, sampai pakai kertas untuk nadahin salju biar bisa dilihat bentuknya,” ungkap Raeni beberapa waktu lalu.
Di samping itu, ada juga kendala-kendala yang ia hadapi, kendala terbesar adalah bahasa. Saat pertama kali mengikuti kuliah di Inggris, ia sempat kebingungan apa yang sedang dijelaskan oleh professor hingga harus bertanya-tanya materi kuliah ke teman-teman.
Selain itu, ia juga mengalami masa-masa sulit saat lebaran karena tak bisa bertemu orang tua. Walau begitu, ia senang bisa merasakan salat Id dengan mahasiswa-mahasiswa sesama muslim di sana.
Ia mengaku selalu kagum terhadap kedua orang tuanya yang selalu memberi semangat dan mendukungnya agar bisa menggapai cita-cita. Selama kuliah, Raeni kerap menjadi ledekan teman karena ia adalah anak tukang becak, namun kedua orang tuanya selalu menanamkan rasa percaya diri. Hingga saat ia wisuda S-1, ia diantar oleh ayahnya dengan becak.
“Banyak orang yang tanya ‘kenapa kok kuliah?’ ‘Kenapa enggak langsung kerja aja ringanin beban orang tua?’ Sempat sedih, tapi menurut saya justru pendidikan itu investasi, dengan pendidikan kita bisa mendapat pekerjaan lebih baik dan bisa memperbaiki hidup,” kata Raeni.
Tak hanya berprestasi, penerima Bidikmisi S-1 Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang ini juga menulis buku berjudul “Mengayuh Asa Menggapai Mimpi” yang menceritakan kisahnya sejak kecil hingga ia bisa seperti sekarang.
tulis komentar anda