Dosen IPB University Kembangkan Produk dari Lintah Laut dan Rumput Laut
Kamis, 14 Oktober 2021 - 05:27 WIB
Ia memaparkan, salah satu mahasiswa bimbingannya sudah mengembangkan produk-produk tersebut di Rumah Rumput Laut (RRL). Ada produk lotion, krim muka, masker, pomade dan lip balm.
Produk-produk tersebut sudah diajukan paten, sebagian sudah mendapat paten, sudah mendapat izin Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM), sehingga bisa dipasarkan.
Dosen yang termasuk tim perumus Standar Nasional Indonesia (SNI) di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini juga mulai mengembangkan garam rumput laut.
Residu dari pembuatan garam tersebut dijadikan sebagai bahan kosmetik scrub untuk mengatasi masalah penggunaan mikroplastik. Rumput laut yang digunakan adalah rumput laut yang tidak terpakai dari jenis rumput laut merah, cokelat, maupun hijau.
“Kita (Indonesia) ini memiliki spesies yang banyak dan campur-campur. Coba kita pergi ke laut, numpuk-numpuk itu ada biota yang di bawahnya nempel rumput laut. Makanya perlu kita perjuangkan bagaimana kombinasi atau pengembangan teknologi yang memanfaatkan seluruhnya secara continue,” katanya.
“Kita agak sulit untuk single species, nanti akan kesulitan bahan baku karena budidaya kita belum berhasil. Sebagian besar masih dari hasil tangkap,” tambahnya.
Prof Nurjanah senang dengan adanya Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ia berharap mahasiswa yang baru mengawali belajar mengenai ilmu perikanan bisa menggali secara fokus sampai ke hilir atau komersialisasi.
“Marine is our future. Tinggal mau mengoptimalkan atau tidak. Hasil perikanan adalah sumber bahan baku yang sangat baik untuk meningkatkan imunitas. Mulai dari protein/asam amino yang sangat baik, komponen bioaktif, vitamin dan mineral yang sangat lengkap bahkan kandungan seratnya. Bisnis di bidang perikanan ini peluangnya sangat banyak dan menjanjikan,” pungkasnya.
Produk-produk tersebut sudah diajukan paten, sebagian sudah mendapat paten, sudah mendapat izin Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM), sehingga bisa dipasarkan.
Dosen yang termasuk tim perumus Standar Nasional Indonesia (SNI) di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini juga mulai mengembangkan garam rumput laut.
Residu dari pembuatan garam tersebut dijadikan sebagai bahan kosmetik scrub untuk mengatasi masalah penggunaan mikroplastik. Rumput laut yang digunakan adalah rumput laut yang tidak terpakai dari jenis rumput laut merah, cokelat, maupun hijau.
“Kita (Indonesia) ini memiliki spesies yang banyak dan campur-campur. Coba kita pergi ke laut, numpuk-numpuk itu ada biota yang di bawahnya nempel rumput laut. Makanya perlu kita perjuangkan bagaimana kombinasi atau pengembangan teknologi yang memanfaatkan seluruhnya secara continue,” katanya.
“Kita agak sulit untuk single species, nanti akan kesulitan bahan baku karena budidaya kita belum berhasil. Sebagian besar masih dari hasil tangkap,” tambahnya.
Prof Nurjanah senang dengan adanya Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Ia berharap mahasiswa yang baru mengawali belajar mengenai ilmu perikanan bisa menggali secara fokus sampai ke hilir atau komersialisasi.
“Marine is our future. Tinggal mau mengoptimalkan atau tidak. Hasil perikanan adalah sumber bahan baku yang sangat baik untuk meningkatkan imunitas. Mulai dari protein/asam amino yang sangat baik, komponen bioaktif, vitamin dan mineral yang sangat lengkap bahkan kandungan seratnya. Bisnis di bidang perikanan ini peluangnya sangat banyak dan menjanjikan,” pungkasnya.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda