Dosen Universitas Esa Unggul Latih Kemampuan Guru SMP Al Chasanah
Minggu, 19 Desember 2021 - 22:46 WIB
Anggota satu tim dosen Yuli Asmi Rozali saat memberikan pelatihan peningkatan pedagogik bertopik 'Pengajaran Efektif' memaparkan bahwa emosi guru berkontribusi terhadap sikap dan kesiapan mendukung atau menolak untuk mengerti, memahami, menerima anak didik dan menjadi tolok ukuran awal dalam menjalankan relasi.
“Proses interaksi pembelajaran sangat dominan dengan peran guru sebagai komunikator pembelajaran yang terkait dengan karakteristik emosi. Guru yang memiliki emosi tidak terkendali tidak dapat mengontrol sikap dan kecerdasan intelektualnya,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, anggota dua tim dosen Yumeldasari memaparkan mengenai konsep pola komunikasi instruksional. Komunikasi instruksional dapat menjadi sebuah pola terstruktur yang menjadi sarana pembelajaran dan hubungan pedagogik guru dengan peserta didik.
“Dalam hal ini kemampuan atau keterampilan guru dalam berkomunikasi merupakan kunci sukses keberhasilan dalam membina hubungan dan menyampaikan materi, pesan pembelajaran yang berpengaruh terhadap proses, serta hasil belajar peserta didik,” jelasnya
Menurut dosen ilmu komunikasi ini, komunikasi instruksional merupakan sebuah fungsi dari komunikasi sosial. Proses komunikasi sosial dalam instruksional ini ditujukan untuk membangun konsep diri siswa, memfasilitasi terbentuknya esistensi dan aktualisasi diri siswa, mempertahankan sebuah proses kelangsungan hidup seperti keinginan siswa untuk didampingi dan dibimbing.
“Model pengembangan kompetensi pedagogik berbasis pola komunikasi instruksional memberikan dasar konstruk bahwa guru hendaknya memiliki konsep pemahaman dan kemampuan dari pola komunikasi instruksional,” jelas Yumeldasari.
Lebih lanjut Yumeldasari memaparkan bahwa, cakupan komunikasi instruksional dalam peningkatan kompetensi pedagogik mencakup 10 hal. yaitu, keterbukaan dialogis, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi informatif, komunikasi ide, komunikasi persuasif, komunikasi kesantunan, komunikasi pengungkapan diri.
“Selain itu juga perlu adanya komunikasi pendampingan, dan komunikasi student-teacher oriented,” tandasnya.
“Proses interaksi pembelajaran sangat dominan dengan peran guru sebagai komunikator pembelajaran yang terkait dengan karakteristik emosi. Guru yang memiliki emosi tidak terkendali tidak dapat mengontrol sikap dan kecerdasan intelektualnya,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, anggota dua tim dosen Yumeldasari memaparkan mengenai konsep pola komunikasi instruksional. Komunikasi instruksional dapat menjadi sebuah pola terstruktur yang menjadi sarana pembelajaran dan hubungan pedagogik guru dengan peserta didik.
“Dalam hal ini kemampuan atau keterampilan guru dalam berkomunikasi merupakan kunci sukses keberhasilan dalam membina hubungan dan menyampaikan materi, pesan pembelajaran yang berpengaruh terhadap proses, serta hasil belajar peserta didik,” jelasnya
Menurut dosen ilmu komunikasi ini, komunikasi instruksional merupakan sebuah fungsi dari komunikasi sosial. Proses komunikasi sosial dalam instruksional ini ditujukan untuk membangun konsep diri siswa, memfasilitasi terbentuknya esistensi dan aktualisasi diri siswa, mempertahankan sebuah proses kelangsungan hidup seperti keinginan siswa untuk didampingi dan dibimbing.
“Model pengembangan kompetensi pedagogik berbasis pola komunikasi instruksional memberikan dasar konstruk bahwa guru hendaknya memiliki konsep pemahaman dan kemampuan dari pola komunikasi instruksional,” jelas Yumeldasari.
Lebih lanjut Yumeldasari memaparkan bahwa, cakupan komunikasi instruksional dalam peningkatan kompetensi pedagogik mencakup 10 hal. yaitu, keterbukaan dialogis, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi informatif, komunikasi ide, komunikasi persuasif, komunikasi kesantunan, komunikasi pengungkapan diri.
“Selain itu juga perlu adanya komunikasi pendampingan, dan komunikasi student-teacher oriented,” tandasnya.
(mpw)
tulis komentar anda