Ini Alasan Perlunya Kembali Sekolah Tatap Muka bagi Siswa
Jum'at, 31 Desember 2021 - 14:57 WIB
JAKARTA - Pada Januari 2022 nanti, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Mendikbudristek ), Nadiem Makarim, berencana menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Penuh. Rencana ini merupakan kelanjutan dari PTM Terbatas yang sudah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia sejak akhir Agustus lalu.
Keputusan Mendikbudristek mempercepat penyelenggaraan sekolah tatap muka (PTM) penuh didasarkan pada dua hal, yaitu berbagai kendala yang dihadapi anak, orang tua, dan guru saat PJJ dan hasil beberapa penelitian mengenai dampak buruk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi anak.
Kendala PJJ bagi Anak, Orang Tua, dan Guru
Dalam PJJ, anak, orang tua, dan guru mengalami berbagai kendala yang menyebabkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi tidak maksimal. Sebagian besar kendala bersumber pada keterbatasan sarana pendukung berupa komputer dan jaringan internet.
Selain itu, karena Indonesia belum terbiasa dengan sistem PJJ, berbagai kendala lain muncul. Di antaranya guru yang mengalami kendala dalam melakukan pengawasan dan pengevaluasian capaian pembelajaran anak selama PJJ berlangsung, orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni selama mendampingi proses pembelajaran anak di rumah, ketiadaan atau kurangnya media pembelajaran di rumah, dan ketidakmampuan anak, orang tua, dan guru dalam mengoptimalkan media yang ada saat PJJ.
Dampak Buruk PJJ bagi Anak
Berbagai kendala di atas pada akhirnya memberikan dampak buruk pada anak, seperti anak menjadi sulit konsentrasi selama proses PJJ, anak menjadi kurang semangat belajar, dan anak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru dibandingkan saat sekolah tatap muka.
Mendikbud mengkhawatirkan bila kondisi ini terus berlanjut, anak-anak di Indonesia berisiko mengalami beberapa dampak serius, yaitu risiko learning loss, literacy loss, lost generation, dan risiko psikologis anak.
Keputusan Mendikbudristek mempercepat penyelenggaraan sekolah tatap muka (PTM) penuh didasarkan pada dua hal, yaitu berbagai kendala yang dihadapi anak, orang tua, dan guru saat PJJ dan hasil beberapa penelitian mengenai dampak buruk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi anak.
Kendala PJJ bagi Anak, Orang Tua, dan Guru
Dalam PJJ, anak, orang tua, dan guru mengalami berbagai kendala yang menyebabkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi tidak maksimal. Sebagian besar kendala bersumber pada keterbatasan sarana pendukung berupa komputer dan jaringan internet.
Selain itu, karena Indonesia belum terbiasa dengan sistem PJJ, berbagai kendala lain muncul. Di antaranya guru yang mengalami kendala dalam melakukan pengawasan dan pengevaluasian capaian pembelajaran anak selama PJJ berlangsung, orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni selama mendampingi proses pembelajaran anak di rumah, ketiadaan atau kurangnya media pembelajaran di rumah, dan ketidakmampuan anak, orang tua, dan guru dalam mengoptimalkan media yang ada saat PJJ.
Dampak Buruk PJJ bagi Anak
Berbagai kendala di atas pada akhirnya memberikan dampak buruk pada anak, seperti anak menjadi sulit konsentrasi selama proses PJJ, anak menjadi kurang semangat belajar, dan anak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru dibandingkan saat sekolah tatap muka.
Mendikbud mengkhawatirkan bila kondisi ini terus berlanjut, anak-anak di Indonesia berisiko mengalami beberapa dampak serius, yaitu risiko learning loss, literacy loss, lost generation, dan risiko psikologis anak.
tulis komentar anda