Mengenal Dhawy, Mahasiswa Tunanetra Unair yang Hasilkan Tiga Novel dalam Setahun
Sabtu, 12 Februari 2022 - 20:51 WIB
“Sebagai penulis aku ingin menyuarakan dan mengembangkan suka dukanya berorganisasi. Tidak selalu dari pengalamanku, tapi juga dari cerita teman dan pengalaman orang,” tuturnya.
Karya terbarunya yang berjudul Real Child vs Childish membahas family issues. Dhawy tertarik mengangkat isu tersebut karena masih banyaknya orang tua sering membandingkan anak-anaknya satu sama lain.
Selesaikan Satu Novel dalam Satu Bulan
Mengikuti parade menulis membuat Dhawy harus menyelesaikan novel-novelnya dalam kurun waktu 30 hari. Setiap hari, Dhawy harus menyetorkan minimal satu bab. Awalnya, hal tersebut membuatnya hampir menyerah dan menangis setiap malam.
“Sehari ngga setor bakal didiskualifikasi. Aku pernah setiap 5 menit sekali ketiduran dan selalu dibangunin mama. Bahkan, aku hampir mau menarik naskah, tetapi mama selalu kasih dukungan ke aku untuk ga menyerah dan meyakinkan kalau aku bisa,” kenangnya.
Baca juga: Kemendikbudristek Terbitkan Panduan Pembelajaran Semester Genap di PT pada Masa Pandemi
Mahasiswa yang juga aktif menyanyi itu mengaku sempat kehabisan ide dalam menyelesaikan novelnya. Menonton film dan membaca buku jenaka menjadi beberapa cara mengatasi hal itu.
“Semua buku aku tersedia di google playbook. Untuk buku fisiknya sendiri bisa pesan ke aku langsung,” tuturnya.
Dhawy juga berpesan kepada anak muda untuk bisa mengeluarkan keresahannya. Keresahan yang mungkin dianggap remeh mungkin akan berdampak luar biasa jika mampu kita kelola dengan baik.
“Kita juga perlu berteman dengan insecurity yang dirasakan. Senyumin aja, diterima dan disadari. Jangan jadikan alasan sebagai penghenti langkah kita,” tuturnya.
Karya terbarunya yang berjudul Real Child vs Childish membahas family issues. Dhawy tertarik mengangkat isu tersebut karena masih banyaknya orang tua sering membandingkan anak-anaknya satu sama lain.
Selesaikan Satu Novel dalam Satu Bulan
Mengikuti parade menulis membuat Dhawy harus menyelesaikan novel-novelnya dalam kurun waktu 30 hari. Setiap hari, Dhawy harus menyetorkan minimal satu bab. Awalnya, hal tersebut membuatnya hampir menyerah dan menangis setiap malam.
“Sehari ngga setor bakal didiskualifikasi. Aku pernah setiap 5 menit sekali ketiduran dan selalu dibangunin mama. Bahkan, aku hampir mau menarik naskah, tetapi mama selalu kasih dukungan ke aku untuk ga menyerah dan meyakinkan kalau aku bisa,” kenangnya.
Baca juga: Kemendikbudristek Terbitkan Panduan Pembelajaran Semester Genap di PT pada Masa Pandemi
Mahasiswa yang juga aktif menyanyi itu mengaku sempat kehabisan ide dalam menyelesaikan novelnya. Menonton film dan membaca buku jenaka menjadi beberapa cara mengatasi hal itu.
“Semua buku aku tersedia di google playbook. Untuk buku fisiknya sendiri bisa pesan ke aku langsung,” tuturnya.
Dhawy juga berpesan kepada anak muda untuk bisa mengeluarkan keresahannya. Keresahan yang mungkin dianggap remeh mungkin akan berdampak luar biasa jika mampu kita kelola dengan baik.
“Kita juga perlu berteman dengan insecurity yang dirasakan. Senyumin aja, diterima dan disadari. Jangan jadikan alasan sebagai penghenti langkah kita,” tuturnya.
tulis komentar anda