Lulusan SMK-Mahasiswa Didorong Terapkan Smart Green House Dongkrak Produktivitas
Jum'at, 18 Februari 2022 - 13:50 WIB
Dalam webinar yang dilaksanakan SMK-PPN Banjarbaru secara virtual itu, Dedi menegaskan, Smart Green House adalah inovasi terbaru yang mampu mengendalikan suhu microclimate pada sebuah lahan pertanian modern.
Penggunaan Green House diyakini dapat menghasilkan produksi pangan berkualitas yang berbasis pada konsumusi dalam negeri serta peningkatan ekspor.
"Smart Green House itu sebetulnya bagian dari Smart Agriculture yang sedang kita bangun sesuai arahan Bapak Menteri. Intinya ini adalah pertanian modern yang memanfaatkan informasi teknologi khususnya internet of thing atau artifisial intelijen. Jadi semua yang di sini sudah menggunakan sensor yang dilengkapi dengan big data," katanya.
Duta Petani Milenial Kementan Ali Lutfi menceritakan awal mula ia menekuni dunia pertanian. “Sejak 2019 saya memanfaatkan lahan di belakang rumah untuk membudidayakan hortikultura dengan Smart Green House. Untuk mengajak orang lain, kita harus bergerak dahulu menjadi wirausaha di sektor pertanian. Kita harus berani bergerak, berani menerima tantangan karena nantinya dengan ketekunan akan menemukan jalan keberhasilan dalam berwirausaha di bidang pertanian, karena itu semua perlu proses," tegasnya.
Pendiri Bara Farm ini memaparkan pula terkait komoditas unggulan yang saat ini sedang dikembangkan yakni buah melon dan sayuran. “Budidaya buah melon dilakukan dengan adanya pengaturan volume air dan akar yang digantung di pohon,” jelas lutfi. Lebih lanjut lutfi mengatakan bahwa Smart House merupakan alat bantu petani untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian. “Pada awalnya, Green House Bara Farm hanya dibuat dengan ukuran 6X6 meter dengan menanam 40 pohon," paparnya.
Sebagai seorang petani di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai BUMN, Luthfi berhasil mendapatkan penghasilan sekitar 70 jutaan per bulan. Hal itu tidak lepas dari semangatnya untuk terus belajar, seperti Smart Farming dan menerima masukan dari konsumennya.
“Dalam budidaya hidroponik melon kita harus terus belajar, baik di on farm, seperti penggunaan Smart Farming yang menurut kita bagus seperti apa, dan tentunya di off farm-nya, yaitu menerima masukan dari konsumen, serta menjaga kualitas produk kita," terangnya.
Melengkapi khasanah pengetahuan peserta webinar MAF, Iwan Hermawan selaku Instruktur Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, Jawa Barat menjelaskan telah mencoba mengimplementasikan hal tersebut.
“Kami coba mengintegrasikan Smart Farming berbasis Internet of Think (IoT). Ada 3 yang kami kembangkan yaitu sistem kontrol irigasi dan pemupukan, hidroponik di-otomatisasi pemupukan, dan perikanan untuk manajemen pakan ikan. Jadi kami siap membantu pelatihan terkait Smart Farming dengan micro controller," kata Iwan.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
Penggunaan Green House diyakini dapat menghasilkan produksi pangan berkualitas yang berbasis pada konsumusi dalam negeri serta peningkatan ekspor.
"Smart Green House itu sebetulnya bagian dari Smart Agriculture yang sedang kita bangun sesuai arahan Bapak Menteri. Intinya ini adalah pertanian modern yang memanfaatkan informasi teknologi khususnya internet of thing atau artifisial intelijen. Jadi semua yang di sini sudah menggunakan sensor yang dilengkapi dengan big data," katanya.
Duta Petani Milenial Kementan Ali Lutfi menceritakan awal mula ia menekuni dunia pertanian. “Sejak 2019 saya memanfaatkan lahan di belakang rumah untuk membudidayakan hortikultura dengan Smart Green House. Untuk mengajak orang lain, kita harus bergerak dahulu menjadi wirausaha di sektor pertanian. Kita harus berani bergerak, berani menerima tantangan karena nantinya dengan ketekunan akan menemukan jalan keberhasilan dalam berwirausaha di bidang pertanian, karena itu semua perlu proses," tegasnya.
Pendiri Bara Farm ini memaparkan pula terkait komoditas unggulan yang saat ini sedang dikembangkan yakni buah melon dan sayuran. “Budidaya buah melon dilakukan dengan adanya pengaturan volume air dan akar yang digantung di pohon,” jelas lutfi. Lebih lanjut lutfi mengatakan bahwa Smart House merupakan alat bantu petani untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian. “Pada awalnya, Green House Bara Farm hanya dibuat dengan ukuran 6X6 meter dengan menanam 40 pohon," paparnya.
Sebagai seorang petani di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai BUMN, Luthfi berhasil mendapatkan penghasilan sekitar 70 jutaan per bulan. Hal itu tidak lepas dari semangatnya untuk terus belajar, seperti Smart Farming dan menerima masukan dari konsumennya.
“Dalam budidaya hidroponik melon kita harus terus belajar, baik di on farm, seperti penggunaan Smart Farming yang menurut kita bagus seperti apa, dan tentunya di off farm-nya, yaitu menerima masukan dari konsumen, serta menjaga kualitas produk kita," terangnya.
Melengkapi khasanah pengetahuan peserta webinar MAF, Iwan Hermawan selaku Instruktur Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, Jawa Barat menjelaskan telah mencoba mengimplementasikan hal tersebut.
“Kami coba mengintegrasikan Smart Farming berbasis Internet of Think (IoT). Ada 3 yang kami kembangkan yaitu sistem kontrol irigasi dan pemupukan, hidroponik di-otomatisasi pemupukan, dan perikanan untuk manajemen pakan ikan. Jadi kami siap membantu pelatihan terkait Smart Farming dengan micro controller," kata Iwan.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
(mpw)
tulis komentar anda