Kisah Giri, Mahasiswa Disabilitas Netra Raih Sarjana Terbaik di UGM Tepat di Ultah Ayah
Kamis, 24 Februari 2022 - 00:22 WIB
Ia mengaku sempat sedih menyadari sudah tidak bisa melihat lagi seperti dulu. Ia bingung bagaimana nantinya menjalani perkuliahan dengan kondisi disabilitas. Akhirnya ia pun memutuskan untuk cuti kuliah selama lima semester. Selama masa cuti tersebut ia menjalani terapi di berbagai tempat, namun hasilnya nihil.
Pengelihatannya memburuk hingga semua terasa hitam dan gelap. Namun, ia tidak lantas menyerah dengan keadaan. Justru ia terus memotivasi diri dengan keterbatasan yang ada tidak boleh menjadi batu sandungan untuknya melangkah lebih jauh.
“Saya berusaha untuk menunjukkan pada semua orang, meski penyandang disabilitas tapi bisa berprestasi yaitu dengan kembali kuliah,” jelasnya.
Lalu ia pun memutuskan untuk kembali masuk kuliah di 2018. Namun, masih ada kecemasan yang menggelayut dibenaknya apakah ia nantinya bisa mengikuti kuliah. Tak hanya teman-teman yang semua baru, tetapi juga soal akses dalam pembelajaran.
Ia lantas berusaha mengomunikasikan tantangan yang dihadapi dan kebutuhan selama proses belajar mengajar. Dengan melalui komunikasi yang dibangun dengan teman, dosen, dan fakultas, serta dukungan universitas persoalan yang dihadapinya satu persatu terurai.
"Saat masuk itu kepedulian terhadap disabilitas belum seperti saat ini, tetapi dengan usaha dan komunikasi yang baik bisa terbentuk suasa inklusif bagi disabilitas,"katanya.
Giri mengungkapkan sebelum mulai mengikuti perkuliahan ia dipanggil dalam sebuah pertemuan yang dihadiri Kaprodi, Kadep, dan Wadek bidang Akademik. "Waktu itu pihak kampus bertanya kebutuhannya apa dan solusi seperti apa yang tepat menurut Giri. Ini bagus karena disabilitas dilibatkan dan diberdayakan untuk mencari solusi," ucapnya.
Para dosen pun diarahkan dalam membuat materi pembelajaran bisa diakses oleh semua mahasiswa, termasuk penyandang disabilitas. Lalu ada fasilitasi asisten dosen untuk membantu Giri dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya memberikan tutorial untuk beberapa mata kuliah kuantitatif.
Pandemi Covid -19 menutut perkuliahan dilakukan secara daring menjadi tantangan baru baginya. Sebab, masih ada beberapa dosen yang menggunakan platform yang kurang aksesibel bagi penyandang disabilitas.
"Saat kuliah daring cukup kesulitan karena banyak yang harus dilakukan secara mandiri tapi lagi-lagi dengan komunikasi semua bisa berjalan baik. Untuk mata kuliah yang kuantitatif ada fasilitasi asisten dosen yang datang ke rumah,"sebutnya.
Pengelihatannya memburuk hingga semua terasa hitam dan gelap. Namun, ia tidak lantas menyerah dengan keadaan. Justru ia terus memotivasi diri dengan keterbatasan yang ada tidak boleh menjadi batu sandungan untuknya melangkah lebih jauh.
“Saya berusaha untuk menunjukkan pada semua orang, meski penyandang disabilitas tapi bisa berprestasi yaitu dengan kembali kuliah,” jelasnya.
Lalu ia pun memutuskan untuk kembali masuk kuliah di 2018. Namun, masih ada kecemasan yang menggelayut dibenaknya apakah ia nantinya bisa mengikuti kuliah. Tak hanya teman-teman yang semua baru, tetapi juga soal akses dalam pembelajaran.
Ia lantas berusaha mengomunikasikan tantangan yang dihadapi dan kebutuhan selama proses belajar mengajar. Dengan melalui komunikasi yang dibangun dengan teman, dosen, dan fakultas, serta dukungan universitas persoalan yang dihadapinya satu persatu terurai.
"Saat masuk itu kepedulian terhadap disabilitas belum seperti saat ini, tetapi dengan usaha dan komunikasi yang baik bisa terbentuk suasa inklusif bagi disabilitas,"katanya.
Giri mengungkapkan sebelum mulai mengikuti perkuliahan ia dipanggil dalam sebuah pertemuan yang dihadiri Kaprodi, Kadep, dan Wadek bidang Akademik. "Waktu itu pihak kampus bertanya kebutuhannya apa dan solusi seperti apa yang tepat menurut Giri. Ini bagus karena disabilitas dilibatkan dan diberdayakan untuk mencari solusi," ucapnya.
Para dosen pun diarahkan dalam membuat materi pembelajaran bisa diakses oleh semua mahasiswa, termasuk penyandang disabilitas. Lalu ada fasilitasi asisten dosen untuk membantu Giri dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya memberikan tutorial untuk beberapa mata kuliah kuantitatif.
Pandemi Covid -19 menutut perkuliahan dilakukan secara daring menjadi tantangan baru baginya. Sebab, masih ada beberapa dosen yang menggunakan platform yang kurang aksesibel bagi penyandang disabilitas.
"Saat kuliah daring cukup kesulitan karena banyak yang harus dilakukan secara mandiri tapi lagi-lagi dengan komunikasi semua bisa berjalan baik. Untuk mata kuliah yang kuantitatif ada fasilitasi asisten dosen yang datang ke rumah,"sebutnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda