Dosen ITERA Olah Limbah Batang Sawit Jadi Kertas Pendeteksi Kesegaran Makanan
Selasa, 05 April 2022 - 11:38 WIB
Kubis ungu dipilih karena antosianin yang terdapat di dalam kubis ungu memiliki potensi untuk mendeteksi perubahan pH, asam dan basa. Campuran antara gel dan ekstrak kubis ungu selanjutnya dicetak menjadi film menyerupai kertas, dan disimpan dalam kemasan tertutup.
Film inilah yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kesegaran sebuah makanan, baik itu daging, buah, dan lainnya. Penelitian tersebut dilakukan selama 4-5 bulan di Laboratorium Teknik 3 ITERA. Beberapa pekerjaan juga dilakukan di Universitat de Girona, Spanyol.
Peneliti terbaik ITERA 2022 ini menyampaikan, produk akhir penelitian diharapkan dapat diserap dalam industri pangan untuk mendeteksi kesegaran pangan. Sebab, kesegaran produk pangan di Indonesia saat ini mungkin masih menggunakan perkiraan, dan juga produsen hanya mencantumkan label tanggal kadaluarsa.
“Penggunaan label tanggal tersebut belum tentu akurat karena produk pangan mengalami perpindahan tempat sesuai dengan alur distribusi. Hal ini menyebabkan penurunan kesegaran produk pangan dapat terjadi lebih cepat,” ungkap I Putu Mahendra.
Konsumen tentu tidak dapat mengetahui kesegaran pangan secara langsung ataupun visual, terutama untuk produk pangan dalam kemasan. Pengembangan film indicator ini diharapkan dapat membantu konsumen untuk menentukan tingkat kesegaran produk pangan secara visual. Produk ini dapat diterapkan untuk menentukan kesegaran produk daging potong ataupun minuman berbasis susu.
Lihat Juga: Bikin Bangga, Profesor ITS Ini Ciptakan Bahan Antiradar untuk Perkuat Pertahanan Indonesia
Film inilah yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kesegaran sebuah makanan, baik itu daging, buah, dan lainnya. Penelitian tersebut dilakukan selama 4-5 bulan di Laboratorium Teknik 3 ITERA. Beberapa pekerjaan juga dilakukan di Universitat de Girona, Spanyol.
Peneliti terbaik ITERA 2022 ini menyampaikan, produk akhir penelitian diharapkan dapat diserap dalam industri pangan untuk mendeteksi kesegaran pangan. Sebab, kesegaran produk pangan di Indonesia saat ini mungkin masih menggunakan perkiraan, dan juga produsen hanya mencantumkan label tanggal kadaluarsa.
“Penggunaan label tanggal tersebut belum tentu akurat karena produk pangan mengalami perpindahan tempat sesuai dengan alur distribusi. Hal ini menyebabkan penurunan kesegaran produk pangan dapat terjadi lebih cepat,” ungkap I Putu Mahendra.
Konsumen tentu tidak dapat mengetahui kesegaran pangan secara langsung ataupun visual, terutama untuk produk pangan dalam kemasan. Pengembangan film indicator ini diharapkan dapat membantu konsumen untuk menentukan tingkat kesegaran produk pangan secara visual. Produk ini dapat diterapkan untuk menentukan kesegaran produk daging potong ataupun minuman berbasis susu.
Lihat Juga: Bikin Bangga, Profesor ITS Ini Ciptakan Bahan Antiradar untuk Perkuat Pertahanan Indonesia
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(nz)
tulis komentar anda