Ada Peran Penting Sarapan bagi Peserta UTBK, Optimalkan Fungsi Otak Saat Ujian
Jum'at, 20 Mei 2022 - 15:54 WIB
Jika peserta melewatkan waktu sarapan, ada sejumlah dampak yang ditimbulkan dan berakibat pada terganggunya performa saat ujian. Beberapa dampak yang ditimbulkan ketika mengabaikan sarapan adalah lambung menjadi kosong terlalu lama.
Hal ini akan memicu meningkatnya asam lambung sehingga dapat menimbulkan mual, dan muntah. Asupan gizi ke tubuh juga akan berkurang, sehingga kadar gula darah menjadi sangat rendah. “Pada kondisi tertentu dapat menimbulkan gejala timbul keringat dingin, mata berkunang-kunang, lemas, bahkan pingsan,” tutur Siska.
Siska mengatakan, sejumlah penelitian menunjukkan, mereka yang melewatkan sarapan memiliki kadar hormon stres lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang melakukan.
Selain itu, melewatkan sarapan dapat mengganggu suasana hati dan menurunkan produktivitas. Bagi peserta yang sedang menjalani program penurunan berat badan, melewatkan sarapan bukanlah hal bijak.
Hal ini akan memudahkan peserta untuk tergoda mengonsumsi makanan olahan tinggi kalori pada jam makan berikutnya. “Hal ini makin meningkatkan risiko obesitas dan penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, dan lain-lain,” ucap Siska.
Baca juga: Pantau Ujian di UI, Dirjen Diktiristek Harap UTBK 2022 Tanpa Kecurangan dan Perjokian
Biasakan Sarapan Seimbang
Agar proses UTBK-SBMPTN dapat dihadapi dengan baik, sarapan wajib dilakukan peserta. Sesuai rekomendasi Kemenkes RI, makan pagi sebaiknya memenuhi pola gizi seimbang dan tidak berlebihan.
Siska memaparkan, menu sarapan ideal sebaiknya mengandung bahan makanan sumber karbohidrat (pilihan makanan: nasi, tim, bubur, lontong, kentang, ubu, singkong, jagung, mi, atau roti), bahan makanan sumber protein hewani dan nabati (telur, ayam, ikan, daging, susu, kacang-kacangan, tahu, hingga tempe), serta serat dari sayuran dan buah-buahan.
Ketiga bahan makanan tersebut wajib ada dalam menu makan pagi. Buah-buahan sendiri dapat menjadi makanan atau minuman penutup atau dapat dikonsumsi sebagai camilan selepas menjalani ujian.
Hal ini akan memicu meningkatnya asam lambung sehingga dapat menimbulkan mual, dan muntah. Asupan gizi ke tubuh juga akan berkurang, sehingga kadar gula darah menjadi sangat rendah. “Pada kondisi tertentu dapat menimbulkan gejala timbul keringat dingin, mata berkunang-kunang, lemas, bahkan pingsan,” tutur Siska.
Siska mengatakan, sejumlah penelitian menunjukkan, mereka yang melewatkan sarapan memiliki kadar hormon stres lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang melakukan.
Selain itu, melewatkan sarapan dapat mengganggu suasana hati dan menurunkan produktivitas. Bagi peserta yang sedang menjalani program penurunan berat badan, melewatkan sarapan bukanlah hal bijak.
Hal ini akan memudahkan peserta untuk tergoda mengonsumsi makanan olahan tinggi kalori pada jam makan berikutnya. “Hal ini makin meningkatkan risiko obesitas dan penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, dan lain-lain,” ucap Siska.
Baca juga: Pantau Ujian di UI, Dirjen Diktiristek Harap UTBK 2022 Tanpa Kecurangan dan Perjokian
Biasakan Sarapan Seimbang
Agar proses UTBK-SBMPTN dapat dihadapi dengan baik, sarapan wajib dilakukan peserta. Sesuai rekomendasi Kemenkes RI, makan pagi sebaiknya memenuhi pola gizi seimbang dan tidak berlebihan.
Siska memaparkan, menu sarapan ideal sebaiknya mengandung bahan makanan sumber karbohidrat (pilihan makanan: nasi, tim, bubur, lontong, kentang, ubu, singkong, jagung, mi, atau roti), bahan makanan sumber protein hewani dan nabati (telur, ayam, ikan, daging, susu, kacang-kacangan, tahu, hingga tempe), serta serat dari sayuran dan buah-buahan.
Ketiga bahan makanan tersebut wajib ada dalam menu makan pagi. Buah-buahan sendiri dapat menjadi makanan atau minuman penutup atau dapat dikonsumsi sebagai camilan selepas menjalani ujian.
Lihat Juga :
tulis komentar anda