Cerita Hesti, Putri Buruh Jahit yang Lulus Cum Laude dari UNY
Selasa, 28 Juni 2022 - 16:36 WIB
Menurut Mimin Jeminten, dia memilihkan putri bungsunya di Pendidikan Akuntansi karena Hesti menyerahkan pada ibunya untuk memilihkan jurusan dalam SBMPTN.
“Dalam bayangan saya Pendidikan Akuntansi akan menjadi guru di SMK dimana mengajarkannya relatif lebih mudah karena siswanya sudah dewasa. Berbeda dengan mengajar sekolah di bawahnya seperti SMP atau SD,” ungkap Mimin.
Doa seorang ibu yang mujarab, Hesti pun diterima pada pilihan pertamanya di SBMPTN. Selama kuliah di UNY Hesti Wulandari juga aktif dalam beberapa unit kegiatan mahasiswa di antaranya UKM Rekayasa Teknologi, UKM Panahan, dan UKM Al Fatih Fakultas Ekonomi. “Indeks prestasi saya tertinggi pernah mencapai 4,00 saat semester 7,” katanya.
Hesti pun membagikan kiat untuk meraih indeks prestasi setinggi itu. Yakni selalu mengerjakan tugas, baik setelah kuliah atau di sela-sela waktu beraktivitas dalam UKM. Kemudian belajar dengan disiplin. Terutama saat mau ujian dan memperhatikan saat dosen mengajar di kelas.
Baca juga: Beasiswa LPDP Tahap 2 Dibuka 4 Juli 2022, Ini Link Pendaftarannya
Menurut orang tuanya, sejak kecil putri bungsu mereka memang sudah terlihat kepandaiannya sehingga diterima sekolah di SD pada usia 4,5 tahun. Pada usia semuda itu Hesti dapat mengikuti pembelajaran di SD dengan lancar bahkan selalu masuk 3 besar kelas.
Saat SMP Hesti juga masuk dalam peringkat 5 besar nilai EBTANAS di sekolahnya. Saat di bangku SMK, Hesti selalu menduduki peringkat pertama. Bahkan berhasil meraih nilai sempurna 100 pada nilai Ujian Nasional SMK mata pelajaran matematika.
Kedepannya, Hesti ingin studi lanjut S2 mengambil Magister Akuntansi melalui jalur beasiswa LPDP. Agus Siswanto dan Mimin Jeminten berharap agar cita-cita putri bungsunya tersebut dapat terlaksana karena sebagai buruh jahit mereka tidak mempunyai dana cukup sehingga mengandalkan pada beasiswa dari pemerintah.
“Jangan sampai anak kami hanya menjadi buruh seperti orang tuanya, harus lebih baik,” kata Agus Siswanto yang diamini istrinya. Kakak kandung Hesti, Oktavia Anggraini juga telah bergelar sarjana dari salah satu perguruan tinggi di Jakarta atas biaya sendiri dengan bekerja pada perusahaan kontraktor di Jakarta Timur.
Prestasi ini merupakan salah satu komitmen UNY dalam sustainable development goals pada bidang pendidikan bermutu, pengentasan kemiskinan, dan gender.
“Dalam bayangan saya Pendidikan Akuntansi akan menjadi guru di SMK dimana mengajarkannya relatif lebih mudah karena siswanya sudah dewasa. Berbeda dengan mengajar sekolah di bawahnya seperti SMP atau SD,” ungkap Mimin.
Doa seorang ibu yang mujarab, Hesti pun diterima pada pilihan pertamanya di SBMPTN. Selama kuliah di UNY Hesti Wulandari juga aktif dalam beberapa unit kegiatan mahasiswa di antaranya UKM Rekayasa Teknologi, UKM Panahan, dan UKM Al Fatih Fakultas Ekonomi. “Indeks prestasi saya tertinggi pernah mencapai 4,00 saat semester 7,” katanya.
Hesti pun membagikan kiat untuk meraih indeks prestasi setinggi itu. Yakni selalu mengerjakan tugas, baik setelah kuliah atau di sela-sela waktu beraktivitas dalam UKM. Kemudian belajar dengan disiplin. Terutama saat mau ujian dan memperhatikan saat dosen mengajar di kelas.
Baca juga: Beasiswa LPDP Tahap 2 Dibuka 4 Juli 2022, Ini Link Pendaftarannya
Menurut orang tuanya, sejak kecil putri bungsu mereka memang sudah terlihat kepandaiannya sehingga diterima sekolah di SD pada usia 4,5 tahun. Pada usia semuda itu Hesti dapat mengikuti pembelajaran di SD dengan lancar bahkan selalu masuk 3 besar kelas.
Saat SMP Hesti juga masuk dalam peringkat 5 besar nilai EBTANAS di sekolahnya. Saat di bangku SMK, Hesti selalu menduduki peringkat pertama. Bahkan berhasil meraih nilai sempurna 100 pada nilai Ujian Nasional SMK mata pelajaran matematika.
Kedepannya, Hesti ingin studi lanjut S2 mengambil Magister Akuntansi melalui jalur beasiswa LPDP. Agus Siswanto dan Mimin Jeminten berharap agar cita-cita putri bungsunya tersebut dapat terlaksana karena sebagai buruh jahit mereka tidak mempunyai dana cukup sehingga mengandalkan pada beasiswa dari pemerintah.
“Jangan sampai anak kami hanya menjadi buruh seperti orang tuanya, harus lebih baik,” kata Agus Siswanto yang diamini istrinya. Kakak kandung Hesti, Oktavia Anggraini juga telah bergelar sarjana dari salah satu perguruan tinggi di Jakarta atas biaya sendiri dengan bekerja pada perusahaan kontraktor di Jakarta Timur.
Prestasi ini merupakan salah satu komitmen UNY dalam sustainable development goals pada bidang pendidikan bermutu, pengentasan kemiskinan, dan gender.
tulis komentar anda