Seminar Pancasila di Unhan, Terungkap Peran Penting Lembaga Pendidikan
Rabu, 29 Juni 2022 - 21:58 WIB
Demi membuat Pancasila semakin berperan penting, maka lembaga pendidikan berperan penting. Tingginya kualitas pendidikan nasional mendorong terbentuknya ketahanan nasional yang kokoh menghadapi serangan dari luar. Baik serangan ideologi, serangan ekonomi, serangan budaya maupun serangan fisik.
Pertentangan suku/etnis, pertentangan agama, pertentangan ras, dan pertentangan golongan, membelenggu terwujudnya ketahanan sosial-budaya berakibat rendahnya nasionalisme dan patriotisme.
“Pendidikan pada semua strata harus mengajarkan nilai-nilai kebajikan memahami perbedaan suku/etnis, agama, ras, dan golongan bukan untuk dipertentangkan. Berbeda keyakinan tidak berarti bermusuhan,” jelas Amarulla.
Karena itu, dia berharap lembaga pendidikan harus aktif memantau proses regulasi dan kebijakan pemerintah yang dapat mendorong kemajuan cara berpikir masyarakat yang terstruktur dan sistematis.
Lembaga pendidikan haru ikut serta mempublikasikan berbagai gagasan ilmiah untuk meningkatkan kemampuan berpikir masyarakat dan semangat bela negara.
“Selalu memberikan solusi dan akses penggunaan fasilitas dan teknologi pendidikan yang dimiliki untuk digunakan oleh masyarakat luas. Memberikan apresiasi dan membantu terciptanya kreativitas dan inovasi yang dilakukan masyarakat kalangan bawah,” tukasnya.
Selain itu, mengoptimalkan kurikulum pendidikan berbasis nilai-nilai Pancasila secara berjenjang dan berlanjut mulai SD-SMP-SVA PT (S1-S2-S3). Memanfaatkan teknologi pendidikan untuk membentuk cara berpikir yang logis dan rasional dalam proses belajar mengajar.
Sementara Prof.Pribadiyono memaparkan hasil riset dan temuannya yang melihat instrumen kebangsaan dan bela negara.
Dia menyatakan bahwa wawasan kebangsaan dan semangat bela negara tak hanya dibangun dari kesadaran kognitif. Namun juga emotional bonding. Menurutnya, tak mungkin memahami Pancasila tanpa keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Tak mungkin melaksanakan Pancasila tanpa cinta tanah air berkobar.
Pribadiyono menyatakan perlu perubahan mindset dari yang terkungkung pada pandangan sempit. Sehingga pada akhirnya bisa terbangun karakter pemimpin negarawan. “Jadi harus ada transformasi mindset,” kata Pribadiyono.
Pertentangan suku/etnis, pertentangan agama, pertentangan ras, dan pertentangan golongan, membelenggu terwujudnya ketahanan sosial-budaya berakibat rendahnya nasionalisme dan patriotisme.
“Pendidikan pada semua strata harus mengajarkan nilai-nilai kebajikan memahami perbedaan suku/etnis, agama, ras, dan golongan bukan untuk dipertentangkan. Berbeda keyakinan tidak berarti bermusuhan,” jelas Amarulla.
Karena itu, dia berharap lembaga pendidikan harus aktif memantau proses regulasi dan kebijakan pemerintah yang dapat mendorong kemajuan cara berpikir masyarakat yang terstruktur dan sistematis.
Lembaga pendidikan haru ikut serta mempublikasikan berbagai gagasan ilmiah untuk meningkatkan kemampuan berpikir masyarakat dan semangat bela negara.
“Selalu memberikan solusi dan akses penggunaan fasilitas dan teknologi pendidikan yang dimiliki untuk digunakan oleh masyarakat luas. Memberikan apresiasi dan membantu terciptanya kreativitas dan inovasi yang dilakukan masyarakat kalangan bawah,” tukasnya.
Selain itu, mengoptimalkan kurikulum pendidikan berbasis nilai-nilai Pancasila secara berjenjang dan berlanjut mulai SD-SMP-SVA PT (S1-S2-S3). Memanfaatkan teknologi pendidikan untuk membentuk cara berpikir yang logis dan rasional dalam proses belajar mengajar.
Sementara Prof.Pribadiyono memaparkan hasil riset dan temuannya yang melihat instrumen kebangsaan dan bela negara.
Dia menyatakan bahwa wawasan kebangsaan dan semangat bela negara tak hanya dibangun dari kesadaran kognitif. Namun juga emotional bonding. Menurutnya, tak mungkin memahami Pancasila tanpa keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Tak mungkin melaksanakan Pancasila tanpa cinta tanah air berkobar.
Pribadiyono menyatakan perlu perubahan mindset dari yang terkungkung pada pandangan sempit. Sehingga pada akhirnya bisa terbangun karakter pemimpin negarawan. “Jadi harus ada transformasi mindset,” kata Pribadiyono.
Lihat Juga :
tulis komentar anda