SMA Kolese De Britto Yogyakarta, Sekolah Unik yang Bolehkan Siswa Gondrong dan Tidak Berseragam

Kamis, 14 Juli 2022 - 14:37 WIB
Sekolah ini menerapkan pola pembelajaran yang menekankan 1L5C. Yaitu Leadership, Competen, Conscien, Compation, Consistent dan Comitment Leadership adalah berkaitan dengan kepemimpinan, competen adalah kecakapan intelektual, consien adalah hati nurani yang benar, Compation adalah kepandaian otak, Consisten adalah konsisten dalam pendirian dan Comitment.

"Ini semua Mengerucut ke profil siswa De Britto," ujar dia

Sejak awal, De Britto adalah bagian sekolah Yesuit seluruh Indonesia. Selain itu ada SMA Kanisius Jakarta, SMA Unsafa Loyyola Semarang, Lekok Del Arfan Fiel Nabire Papua. Yesuit merupakan serikat Yesus yaitu salah satu ordo dari para pastur di mana di seluruh dunia ada 890 sekolah.

Meskipun SMA Kolese De Britto adalah sekolah Katolik, namun ternyata yang non Katolik cukup banyak. Jika diprosentase maka siswa non Katolik ada sebesar 20-25 persen. Mereka berasal dari pemeluk agama Hindu, Budha, Islam, Kristen.

"Tahun ajaran ini semua ada kecuali Konghucu," terangnya.

Ia menyebut pelajaran agama menjadi pembelajaran religiusitas. SMA Kolese De Britto kini justru fokus mengedepankan nilai-nilai keutamaan bukan lagi mengkotakan diri dalam nilai agama.

Sama seperti sekolah lain, untuk tahap awal ini pembelajaran dijadwalkan 5 jam atau sampai pukul 13.15 WIB. Guru diberi kebebasan mengelola kelasnya yaitu ada praktek, ada pembelajaran kolaboratif antara beberapa mapel seperti membuat project pembelajaran bersama.

"Projek bersama itu Contohnya fisika kimia biologi di mana mereka membuat tema sampah dan nanti endingnya dalam bentuk Poster dan ada yang berbentuk podcast,"tambahnya.

Tahun ini pemerintah akan menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka. Sebenarnya sekolah ini memiliki Memiliki sejarah panjang dinamai kegiatan Pormasi di mana kurikulumnya sebenarnya sudah mengaplikasikan kurikulum Merdeka yang baru digagas pemerintah.

Selain pembelajaran tatap muka, sekolah ini juga mengajarkan kemasyarakatan. Mereka memiliki program live in sosial seperti tinggal di perkampungan pemulung ataupun di panti asuhan cacat ganda di mana siswa diminta merawatnya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More