Riset GeNose C19 Berhasil Publikasi di Jurnal Internasional Bereputasi

Selasa, 23 Agustus 2022 - 11:48 WIB
Peneliti GeNose lainnya, dr. Dian Kesumapramudya Nurputra menambahkan, Genose C19 pada tahun 2021 telah dipergunakan secara luas. Pemanfaatan alat ini dengan menggunakan skema emergency use authorization (EUA) sebagai bagian bentuk hilirisasi dan tindakan cepat dalam upaya untuk berkontribusi mengendalikan penyebaran virus Covid-19.

Proses pengerjaan dua publikasi GeNose ini tidaklah dikerjakan dalam jangka waktu sebentar. Pengumpulan data dan penulisan telah dilakukan sejak tahun 2020. Proses submisi sudah dilakukan sejak “patent granted” di tahun 2021 dan setelah melalui revisi dan diskusi intensif dengan reviewer kemudian manuskrip riset GeNose bisa diterima.

Dian mengatakan bahwa banyak para ahli, akademisi dan masyarakat ilmiah mempertanyakan mengapa publikasi GeNose tidak keluar lebih dahulu baru kemudian dilakukan hilirisasi agar tidak terjadi penolakan dan kontroversi. Proses hilirisasi dalam kondisi pandemi normal umumnya publikasi dilakukan setelah uji klinis lalu pendaftaran ke Dirjen Farmalkes untuk mendapat izin edar.

Namun, dalam kondisi pandemi Covid-19, setelah proses uji klinis, hasil uji klinis dapat diajukan langsung ke pendaftaran izin edar, sembari menunggu proses publikasi.

Baca juga: ITS Kembali Harumkan Indonesia di Kontes ABU Robocon di India

“Bisa dibayangkan jika GeNose C19 saat itu mengikuti alur hilirisasi normal, selain pemanfaatan baru akan keluar pada tahun 2022 di mana kasus sudah tidak dominan sehingga hilirisasi tidak tepat waktu. Selain itu akan kalah jauh dengan breathalizer lain yang sedang diaplikasikan di dunia,”terangnya.

Saat ini GeNose C19 sedang dalam proses perpanjangan izin edar sekaligus mengepakkan sayap ke Malaysia, Singapura, Jepang dan Kambodja. Selain itu, juga dilakukan update berkala pada piranti lunak GeNose C19 ke versi terbaru 1.4.2 yang telah memiliki data base varian omicron, B.A. 3 dan B.A 5.

Rektor UGM, Prof. Dr. Ova Emilia menyampaikan, publikasi GeNose C19 dalam dua jurnal bereputasi internasional tersebut menunjukkan pengakuan dari dunia bahwa metode identifikasi infeksi dengan metode volatile dapat diterima. Hal ini memperlihatkan adanya pergeseran paradigma dalam proses identifikasi suatu infeksi.

“Kalau dulu itu identifikasi dari hewannya, sekarang dilihat dari gejala dapat diidentifikasi dengan konsep data yang banyak sehingga terkumpul pola-pola yang mengarah pada penyakit tertentu,”katanya.

Sementara Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Ignatius Susatyo Wijoyo menambahkan, UGM terus mendorong hilirisasi berbagai hasil penelitinya. Dengan begitu luaran yang dihasilkan tidak hanya dalam bentuk jurnal saja, tetapi dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat dengan menggandeng dunia usaha dan industri.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More