Revitalisasi Jalur Rempah, Kemendikbudristek Danai Pembangunan Kapal Bersejarah
Selasa, 27 September 2022 - 14:14 WIB
Meski mengusung revitalisasi pembangunan kapal ikan tradisional, namun kapal dioperasikan secara modern. Plus, “Dengan tetap mengedepankan warisan budaya kita,” ujar Direktur PPNS, Eko Julianto.
Peletakan Lunas sebagai Penanda Pembangunan Kapal
Peletakan Lunas (Keel Laying) Kapal Kayu Pencalang dan Ijon-ijon (PPNS dan SMKN 3 Buduran)” di Workshop (Teaching Boatyard) PPNS, dilakukan di Lamongan, Jawa Timur, Kamis (24/9/2022). Peletakan lunas kapal (keel laying) merupakan penanda bahwa pembangunan sebuah kapal dimulai. Menurut Ketua Tim Proyek Revitalisasi Kapal Tradisional, I Putu Arta Wibawa, proyek pembangunan kapal ini melibatkan dosen, mahasiswa, dan mitra industri. “Selain itu, juga melibatkan pengrajin kapal tradisional sebagai bentuk transfer teknologi,” ujarnya.
Baca juga: RUU Sisdiknas Tak Masuk Prolegnas Prioritas 2023, Ini Tanggapan Abdul Khaliq Ahmad
Menurut Daniel M. Rosyid, pendidikan adalah platform perluasan kesempatan belajar merdeka bagi generasi muda. “Maka, kegiatan pembuatan kapal kayu ini merupakan kerja budaya yang penting dalam pelestarian keterampilan kapal kayu yang telah mentradisi sejak lama dengan peran ekonomi yang penting,” ungkap pakar bidang perkapalan dan kelautan dari industri yang turut membantu membuat rancangan kapal tradisional ini.
Dalam program “Revitalisasi Jalur Rempah” kali ini para siswa SMK dan mahasiswa politeknik belajar bersama para tukang perahu secara kolaboratif yang berpengalaman untuk membangun kapal kayu sebagai artefak teknik yang mengandung nilai ekonomi dan budaya yang tinggi. Diharapkan, interaksi intensif antara siswa dan mahasiswa bersama para tukang perahu berhasil merevitalisasi ekosistem budaya Jalur Rempah yang akan berperan penting dalam melestarikan kehidupan masyarakat pesisir.
Sebagai informasi, untuk Kapal Pencalang, pencarian kayu jati dimulai dari Perhutani Gresik hingga Pasuruan, bambu beton didapatkan dari Malang, serta kayu merbau dibawa dari Banyuwangi. Bahkan, kayu camplong yang ditemukan di Pulau Bawean untuk bahan baku gading adalah salah satu yang tersulit dikarenakan harus sesuai dengan pola dan saat pencarian kayu harus dicocokkan satu per satu dengan pola.
Direktur PPNS Eko Julianto berharap, karya monumental ini nantinya bisa membuat bangsa Indonesia bangga dengan budayanya. Serta membuat anak-anak muda tertarik untuk ke laut, karena jati diri bangsa Indonesia adalah pelaut.
Peletakan Lunas sebagai Penanda Pembangunan Kapal
Peletakan Lunas (Keel Laying) Kapal Kayu Pencalang dan Ijon-ijon (PPNS dan SMKN 3 Buduran)” di Workshop (Teaching Boatyard) PPNS, dilakukan di Lamongan, Jawa Timur, Kamis (24/9/2022). Peletakan lunas kapal (keel laying) merupakan penanda bahwa pembangunan sebuah kapal dimulai. Menurut Ketua Tim Proyek Revitalisasi Kapal Tradisional, I Putu Arta Wibawa, proyek pembangunan kapal ini melibatkan dosen, mahasiswa, dan mitra industri. “Selain itu, juga melibatkan pengrajin kapal tradisional sebagai bentuk transfer teknologi,” ujarnya.
Baca juga: RUU Sisdiknas Tak Masuk Prolegnas Prioritas 2023, Ini Tanggapan Abdul Khaliq Ahmad
Menurut Daniel M. Rosyid, pendidikan adalah platform perluasan kesempatan belajar merdeka bagi generasi muda. “Maka, kegiatan pembuatan kapal kayu ini merupakan kerja budaya yang penting dalam pelestarian keterampilan kapal kayu yang telah mentradisi sejak lama dengan peran ekonomi yang penting,” ungkap pakar bidang perkapalan dan kelautan dari industri yang turut membantu membuat rancangan kapal tradisional ini.
Dalam program “Revitalisasi Jalur Rempah” kali ini para siswa SMK dan mahasiswa politeknik belajar bersama para tukang perahu secara kolaboratif yang berpengalaman untuk membangun kapal kayu sebagai artefak teknik yang mengandung nilai ekonomi dan budaya yang tinggi. Diharapkan, interaksi intensif antara siswa dan mahasiswa bersama para tukang perahu berhasil merevitalisasi ekosistem budaya Jalur Rempah yang akan berperan penting dalam melestarikan kehidupan masyarakat pesisir.
Sebagai informasi, untuk Kapal Pencalang, pencarian kayu jati dimulai dari Perhutani Gresik hingga Pasuruan, bambu beton didapatkan dari Malang, serta kayu merbau dibawa dari Banyuwangi. Bahkan, kayu camplong yang ditemukan di Pulau Bawean untuk bahan baku gading adalah salah satu yang tersulit dikarenakan harus sesuai dengan pola dan saat pencarian kayu harus dicocokkan satu per satu dengan pola.
Direktur PPNS Eko Julianto berharap, karya monumental ini nantinya bisa membuat bangsa Indonesia bangga dengan budayanya. Serta membuat anak-anak muda tertarik untuk ke laut, karena jati diri bangsa Indonesia adalah pelaut.
(nnz)
tulis komentar anda