Seperti Ini Perbedaan Rapor Sekolah Indonesia dengan Finlandia dan 3 Negara Lain
Senin, 03 Oktober 2022 - 16:33 WIB
Kalau siswa-siswi di Indonesia menerima rapor setiap enam bulan sekali di akhir semester, maka anak-anak di Jepang menerima rapor per catur wulan atau empat bulan sekali. Jadi, mereka menerima rapor sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Wah, dua kali dalam setahun saja sudah cukup tegang, bagaimana anak-anak di Jepang ya?
Nah, jika rapor orang Indonesia berbentuk buku, siswa-siswi di Jepang memiliki tampilan rapor yang berbeda, yaitu hanya berupa secarik kertas. Hal lain yang berbeda adalah, guru di sana membagikan rapor kepada anak, bukan orangtua. Mungkin mirip kayak bagiin kertas ulangan kali ya?
Rapor di Jepang juga menjabarkan indikator suatu pelajaran secara detail mengenai keterampilan anak tersebut di kelas. Misalnya, indikator pelajaran bahasa Jepang adalah membaca, mendengar, dan menulis. Sehingga, tujuannya adalah orangtua dapat mengevaluasi apa kelebihan dan kekurangan pada anak.
Baca juga: Berikut Dokumen Wajib untuk Ikut Seleksi PPPK Guru 2022
Lembaran rapor yang akan dibagi kepada siswa-siswi dimasukkan rapi ke dalam amplop besar coklat. Sehingga, rapor tersebut bisa disimpan dan menjadi pembanding untuk rapor-rapor berikutnya. Selain rapor, ada sesuatu yang unik dari pendidikan Jepang! Guru-guru di Jepang akan memberikan suatu penghargaan bagi anak yang daftar kehadirannya penuh. Penghargaan ini berupa piagam kaikinsyou. Pemberian piagam ini membuat anak-anak di Jepang semangat masuk sekolah setiap hari.
3. Australia
Sama dengan Indonesia, anak-anak di Australia juga menerima rapor sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu di akhir term atau semester. Nah, jika di Indonesia rapor menjadi ukuran siswa naik kelas apa tidak, Australia justru tidak menjadikan nilai dirapor sebagai patokan naik kelas. Maksudnya, siswa-siswi di Australia sudah pasti akan naik kelas. Kok bisa? Ya, karena mata pelajaran yang diambil siswa tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Rapor di Australia pun tidak mencantumkan ranking akademik siswa. Melainkan mencantumkan nilai siswa untuk tiap mata pelajaran. Pada setiap nilai tersebut, dilengkapi komentar dan deskripsi posisi nilai siswa pada setiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa yang meraih prestasi tertentu dalam suatu mata pelajaran akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau voucher dari guru atau sekolah.
Siswa sekolah dasar di Australia yang memiliki sikap yang baik dan keberanian positif akan mendapatkan reward berupa sertifikat. Reward tersebut akan diumumkan di acara dwi mingguan untuk pengembangan bakat dan seni siswa. Tak hanya itu, prestasi dan reward yang didapatkan siswa akan ditulis dalam rapor juga lho! Ya, begitulah. Australia mengedepankan pengembangan karakter dan kecerdasan emosi sejak sekolah dasar.
Nah, jika rapor orang Indonesia berbentuk buku, siswa-siswi di Jepang memiliki tampilan rapor yang berbeda, yaitu hanya berupa secarik kertas. Hal lain yang berbeda adalah, guru di sana membagikan rapor kepada anak, bukan orangtua. Mungkin mirip kayak bagiin kertas ulangan kali ya?
Rapor di Jepang juga menjabarkan indikator suatu pelajaran secara detail mengenai keterampilan anak tersebut di kelas. Misalnya, indikator pelajaran bahasa Jepang adalah membaca, mendengar, dan menulis. Sehingga, tujuannya adalah orangtua dapat mengevaluasi apa kelebihan dan kekurangan pada anak.
Baca juga: Berikut Dokumen Wajib untuk Ikut Seleksi PPPK Guru 2022
Lembaran rapor yang akan dibagi kepada siswa-siswi dimasukkan rapi ke dalam amplop besar coklat. Sehingga, rapor tersebut bisa disimpan dan menjadi pembanding untuk rapor-rapor berikutnya. Selain rapor, ada sesuatu yang unik dari pendidikan Jepang! Guru-guru di Jepang akan memberikan suatu penghargaan bagi anak yang daftar kehadirannya penuh. Penghargaan ini berupa piagam kaikinsyou. Pemberian piagam ini membuat anak-anak di Jepang semangat masuk sekolah setiap hari.
3. Australia
Sama dengan Indonesia, anak-anak di Australia juga menerima rapor sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu di akhir term atau semester. Nah, jika di Indonesia rapor menjadi ukuran siswa naik kelas apa tidak, Australia justru tidak menjadikan nilai dirapor sebagai patokan naik kelas. Maksudnya, siswa-siswi di Australia sudah pasti akan naik kelas. Kok bisa? Ya, karena mata pelajaran yang diambil siswa tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Rapor di Australia pun tidak mencantumkan ranking akademik siswa. Melainkan mencantumkan nilai siswa untuk tiap mata pelajaran. Pada setiap nilai tersebut, dilengkapi komentar dan deskripsi posisi nilai siswa pada setiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa yang meraih prestasi tertentu dalam suatu mata pelajaran akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau voucher dari guru atau sekolah.
Siswa sekolah dasar di Australia yang memiliki sikap yang baik dan keberanian positif akan mendapatkan reward berupa sertifikat. Reward tersebut akan diumumkan di acara dwi mingguan untuk pengembangan bakat dan seni siswa. Tak hanya itu, prestasi dan reward yang didapatkan siswa akan ditulis dalam rapor juga lho! Ya, begitulah. Australia mengedepankan pengembangan karakter dan kecerdasan emosi sejak sekolah dasar.
tulis komentar anda