Kisah Faqih, Penerima Beasiswa Unggulan yang Cumlaude dari IPB
Rabu, 19 Oktober 2022 - 09:43 WIB
“Di Teluk Sukabumi, tempat saya melakukan riset, ada lima estuari. Setiap tanggal 25 bulan Hijriah, puluhan masyarakat terjun di kasuari melakukan penangkapan ikan impun ini. Dulu, sekali musim penangkapan, setiap orang mampu menangkap sebanyak satu karung impun, yang bisa dikonsumsi sendiri atau dijual, “jelas Faqih.
Persoalannya, lanjut Faqih, karena masyarakat tahunya hanya menangkap tapi mengabaikan keberlangsungan keberadaan ikan impun ini, dikhawatirkan ikan jenis ini populasinya akan semakin berkurang. Hal ini terbukti, dalam beberapa tahun terakhir ini, masyarakat yang sebelumnya sanggup menangkap satu karung, kini hanya bisa mengumpulkan satu ember saja setiap orangnya.
‘Kasusnya mirip ikan sidat yang karena terus ditangkap dan bahkan diekspor ke Jepang, China dan negara lainnya, populasinya kian berkurang dan baru tahun 2019 lalu dilakukan riset untuk kemudian dilakukan pengelolaan agar populasinya tidak berkurang, “ papar Faqih.
Menurutnya, riset ini penting agar bisa diketahui diversitas dan kelimpahan ikan impun ini sehingga populasi ikan diharapkan terjamin. Selain bisa berdampak pada ekonomi rakyat, juga menjaga keberlangsungan ekosistem kelautan.
Diakui Faqih, riset yang dilakukannya itu baru riset awal, yakni melakukan pendataan terkait diversitas ikan impun tersebut. Hasilnya, dari lima estuari di Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu, yakni estuari Cisolok, Cimaja, Citepus, Cimandiri, dan cikaso, berhasil teridentifikasi lebih dari 20 spesies ikan jenis impun ini.
“Ini baru riset awal, sebelum nantinya riset lanjutan terkait pakan, pemijahan yang akhirnya pengelolaan ikan impun ini, “ujar Faqih.
Pada 22 Juni 2022 lalu, hasil risetnya yang bertajuk “Diversitas dan kelimpahan anak ikan sebagai dasar pengelolaan perikanan amfidromus di lima estuari Sukabumi” itu dipresentasikan di sidang tesis yang mengantarkan Faqih meraih gelar S2.
Soal masa depannya sendiri, tambah Faqih, berniat melanjutkan studi jenjang doktoral di Jepang. Selain karena rekomendasi dosen pembimbingnya, Charles, yang juga lulusan doktoral Jepang, juga karena untuk wilayah Asia, Jepang merupakan negara termaju dalam teknologi kelautan.
“Insya Allah Bulan April tahun 2023 mendatang ada pembukaan program studi di Jepang, Pak Charles akan merekomendasikannya, dan saat ini saya sedang mempersiapkan sertifikat ELS “katanya.
Charles PH Simanjuntak mengakui, Faqih termasuk salah satu dari mahasiswa yang berada dibawah bimbingannya yang punya prestasi di atas rata-rata walaupun bukan yang terbaik. Keterlibatan Faqih dalam riset yang digawangi Charles merupakan bagian dari proyek hibah untuk dosen muda IPB dan ia lantas melibatkan mahasiswa-mahasiswanya, baik di jenjang S1 maupun S2. Faqih lantas menjadikan risetnya itu sebagai topik tesisnya.
Persoalannya, lanjut Faqih, karena masyarakat tahunya hanya menangkap tapi mengabaikan keberlangsungan keberadaan ikan impun ini, dikhawatirkan ikan jenis ini populasinya akan semakin berkurang. Hal ini terbukti, dalam beberapa tahun terakhir ini, masyarakat yang sebelumnya sanggup menangkap satu karung, kini hanya bisa mengumpulkan satu ember saja setiap orangnya.
‘Kasusnya mirip ikan sidat yang karena terus ditangkap dan bahkan diekspor ke Jepang, China dan negara lainnya, populasinya kian berkurang dan baru tahun 2019 lalu dilakukan riset untuk kemudian dilakukan pengelolaan agar populasinya tidak berkurang, “ papar Faqih.
Menurutnya, riset ini penting agar bisa diketahui diversitas dan kelimpahan ikan impun ini sehingga populasi ikan diharapkan terjamin. Selain bisa berdampak pada ekonomi rakyat, juga menjaga keberlangsungan ekosistem kelautan.
Diakui Faqih, riset yang dilakukannya itu baru riset awal, yakni melakukan pendataan terkait diversitas ikan impun tersebut. Hasilnya, dari lima estuari di Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu, yakni estuari Cisolok, Cimaja, Citepus, Cimandiri, dan cikaso, berhasil teridentifikasi lebih dari 20 spesies ikan jenis impun ini.
“Ini baru riset awal, sebelum nantinya riset lanjutan terkait pakan, pemijahan yang akhirnya pengelolaan ikan impun ini, “ujar Faqih.
Pada 22 Juni 2022 lalu, hasil risetnya yang bertajuk “Diversitas dan kelimpahan anak ikan sebagai dasar pengelolaan perikanan amfidromus di lima estuari Sukabumi” itu dipresentasikan di sidang tesis yang mengantarkan Faqih meraih gelar S2.
Soal masa depannya sendiri, tambah Faqih, berniat melanjutkan studi jenjang doktoral di Jepang. Selain karena rekomendasi dosen pembimbingnya, Charles, yang juga lulusan doktoral Jepang, juga karena untuk wilayah Asia, Jepang merupakan negara termaju dalam teknologi kelautan.
“Insya Allah Bulan April tahun 2023 mendatang ada pembukaan program studi di Jepang, Pak Charles akan merekomendasikannya, dan saat ini saya sedang mempersiapkan sertifikat ELS “katanya.
Charles PH Simanjuntak mengakui, Faqih termasuk salah satu dari mahasiswa yang berada dibawah bimbingannya yang punya prestasi di atas rata-rata walaupun bukan yang terbaik. Keterlibatan Faqih dalam riset yang digawangi Charles merupakan bagian dari proyek hibah untuk dosen muda IPB dan ia lantas melibatkan mahasiswa-mahasiswanya, baik di jenjang S1 maupun S2. Faqih lantas menjadikan risetnya itu sebagai topik tesisnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda