Galakan Karya Sastra, Komunitas Puisi Esai Makin Berkembang hingga Mancanegara
Jum'at, 02 Desember 2022 - 14:46 WIB
JAKARTA - Komunitas Puisi Esai menjadikan Bulan Desember setiap tahunnya sebagai momen untuk mengajak publik luas menuangkan kesaksian atas pengalaman hidup atau hal yang mereka anggap penting dalam bentuk tulisan yang dipublikasikan.
"Masing-masing dari kita mengetahui atau menyimpan kasus yang menyentuh rasa kemanusiaan. Itu bisa soal ketidakadilan yang terjadi di depan mata, pelanggaran hak asasi manusia yang dialami tetangga, atau soal kemiskinan, rusaknya lingkungan hidup, kezaliman penguasa, eksploitasi atas orang yang kita kenal dan sebagainya," ujar penggagas dan pendiri Komunitas Puisi Esai Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Dia merujuk pernyataan seorang ahli matematika Amerika-Jerman bernama Daniel J. Bernstein, yakni "Publish or Perished!". "Publish or Perished dapat kita terjemahkan menjadi 'Ayo, berikan kesaksian. Tuliskan kesaksianmu. Publikasikan. Atau isu itu, ketidakadilan itu, pelanggaran hak asasi itu, akan diabaikan, dan terus berulang untuk terjadi lagi’,” jelasnya.
Karena itulah, penting untuk menuangkan kesaksian dan pengalaman semacam itu dalam bentuk puisi esai. "Mengapa puisi esai? Karena agar kisah yang sebenarnya bisa menjadi lebih dramatis, lebih menyentuh hati, dan lebih lama tinggal dalam memori kolektif," jelas Denny JA.
Puisi esai sendiri merupakan genre sastra baru di Indonesia yang memadukan dua jenis pemikiran, yaitu puisi dan esai. Gagasan mengenai puisi esai pertama kali dikemukakan oleh Denny JA yang diwujudkan melalui buku pertama puisi esai berjudul "Atas Nama Cinta" yang diterbitkan pada 2012. Sejak saat itu, Komunitas Puisi Esai pun lahir dan berkembang hingga saat ini.
Kemudian pada 2020, puisi esai resmi menjadi kosakata baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam kamus, puisi esai didefinisikan sebagai “ragam karya sastra yang mengandung pesan sosial dan moral melalui kata-kata sederhana dengan pola syair, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki”.
Kini, setelah 10 tahun berdiri, Komunitas Puisi Esai semakin berkembang, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di sejumlah negara ASEAN, termasuk Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand. Bahkan pada Desember 2022 ini, Komunitas Puisi Esai berhasil mencapai sejumlah perkembangan signifikan.
"Masing-masing dari kita mengetahui atau menyimpan kasus yang menyentuh rasa kemanusiaan. Itu bisa soal ketidakadilan yang terjadi di depan mata, pelanggaran hak asasi manusia yang dialami tetangga, atau soal kemiskinan, rusaknya lingkungan hidup, kezaliman penguasa, eksploitasi atas orang yang kita kenal dan sebagainya," ujar penggagas dan pendiri Komunitas Puisi Esai Denny JA dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Baca Juga
Dia merujuk pernyataan seorang ahli matematika Amerika-Jerman bernama Daniel J. Bernstein, yakni "Publish or Perished!". "Publish or Perished dapat kita terjemahkan menjadi 'Ayo, berikan kesaksian. Tuliskan kesaksianmu. Publikasikan. Atau isu itu, ketidakadilan itu, pelanggaran hak asasi itu, akan diabaikan, dan terus berulang untuk terjadi lagi’,” jelasnya.
Karena itulah, penting untuk menuangkan kesaksian dan pengalaman semacam itu dalam bentuk puisi esai. "Mengapa puisi esai? Karena agar kisah yang sebenarnya bisa menjadi lebih dramatis, lebih menyentuh hati, dan lebih lama tinggal dalam memori kolektif," jelas Denny JA.
Puisi esai sendiri merupakan genre sastra baru di Indonesia yang memadukan dua jenis pemikiran, yaitu puisi dan esai. Gagasan mengenai puisi esai pertama kali dikemukakan oleh Denny JA yang diwujudkan melalui buku pertama puisi esai berjudul "Atas Nama Cinta" yang diterbitkan pada 2012. Sejak saat itu, Komunitas Puisi Esai pun lahir dan berkembang hingga saat ini.
Baca Juga
Kemudian pada 2020, puisi esai resmi menjadi kosakata baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam kamus, puisi esai didefinisikan sebagai “ragam karya sastra yang mengandung pesan sosial dan moral melalui kata-kata sederhana dengan pola syair, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki”.
Kini, setelah 10 tahun berdiri, Komunitas Puisi Esai semakin berkembang, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di sejumlah negara ASEAN, termasuk Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand. Bahkan pada Desember 2022 ini, Komunitas Puisi Esai berhasil mencapai sejumlah perkembangan signifikan.
tulis komentar anda