Mensesneg Resmikan Pusat Kajian Jawa FIB UGM, Tarik Minat Generasi Muda untuk Lestarikan Budaya

Kamis, 16 Maret 2023 - 19:49 WIB
loading...
Mensesneg Resmikan Pusat Kajian Jawa FIB UGM, Tarik Minat Generasi Muda untuk Lestarikan Budaya
Mensesneg Dr. Pratikno meresmikan Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM). Foto/Dok/UGM
A A A
JAKARTA - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada ( FIB UGM ) meresmikan Pusat Kajian Jawa (Pusaka Jawa) pada 7 Maret 2023 bertepatan dengan perayaan Dies Natalis Ke-77 FIB UGM.

Peresmian Pusaka Jawa sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa serta meningkatkan kesadaran mahasiswa-mahasiswi maupun publik pada umumnya untuk turut merawat budaya.



Pusaka Jawa adalah sebuah Lembaga yang bertujuan melakukan upaya penguatan pengetahuan dan budaya Jawa. Dengan fokus pada opitmalisasi hilirisasi riset mengenai bahasa, sastra, serta budaya Jawa yang konkret.

Selain itu, Pusaka Jawa juga bertujuan menyajikan informasi hasil riset dengan ringan dan dalam bahasa yang mudah dipahami juga dinikmati masyarakat secara lebih luas.

Dalam program ini, Pusaka Jawa menampilkan berbagai kesenian Jawa, termasuk seni tari, drama musikal, wayang, paduan suara, serta baju adat Jawa.



Hadir dalam malam puncak Cultural Night Dies Natalies ke-77 FIB UGM ini, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Dr. Pratikno, yang juga pernah menjabat sebagai Rektor UGM pada periode 2021-2014.

Pratikno menyampaikan, banyak sekali budaya-budaya daerah di Indonesia, termasuk budaya Jawa. Hari ini dirinya resmikan Pusat Kajian Jawa, atau Pusaka Jawa, untuk melestarikan dan mengembangkan budaya, seni, aksara Jawa untuk menarik minat dan bakat anak-anak muda terhadap untuk belajar tentang Jawa.

"Nantinya akan dikembangkan sehingga ada Pusaka Batak, Pusaka Sunda, Pusaka Dayak, Pusaka Papua, Pusaka Aceh dan lain-lain. Dengan demikian, generasi muda Indonesia juga turut mengenal dan menghidupi budaya kita yang begitu kaya,” terang Praktikno dalam keterangan pers, Kamis (16/3/2023).

Pratikno juga menambahkan bahwa menarik minat anak muda Indonesia akan budaya daerah menjadi penting sehingga generasi masa depan bangsa tidak hanya terpapar budaya dari negara-negara lain yang marak di Indonesia.

Hadir dalam acara ini Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed, Sp.OG(K), Ph.D serta Dekan FIB UGM Prof. DR. Seteiadi, S.Sos, M.SI.

Prof Ova Emilia mengatakan, FIB sebagai pusat kebudayaan dari UGM sudah memberikan peranannya dengan sangat baik. "Seperti yang kita tahu, Indonesia memiliki berbagai budaya yang perlu dilestarikan, dan saya senang FIB telah melakukannya. Tidak hanya budaya secara eksplisit, tapi juga langgengnya karakteristik murni bangsa Indonesia,” tutur Ova Emilia.

Dekan FIB UGM Setiadi menyampaikan apresiasi kepada Menteri Sekretaris Negara yang sebelumnya juga menjadi Rektor UGM serta kepada Rektor UGM saat ini untuk dukungan penuh hingga terlahirnya Pusat Kajian Jawa.

Keberagaman kebudayaan yang ada di setiap daerah merupakan kekayaan serta identitas bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan nasional bangsa Indonesia.

"Saya mewakili keluarga besar Fakultas Ilmu Budaya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pratikno yang menggagas Pusat Kajian Jawa, serta Ibu Rektor dr. Ova Emilia yang terus mendukung berbagai inisiatif kami di FIB untuk semakin mempromosikan berbagai budaya di Indonesia kepada mahasiswa-mahasiswi kami, juga untuk khalayak luas," terangnya.

"Menjaga budaya merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga negara Indonesia. Semoga apa yang kita jaga hari ini, bisa terus kita lestarikan dan wariskan kepada anak cucu kita di masa depan,” ucap Setiadi.

Dalam arti sesungguhnya, lanjut dia, Pusaka memiliki makna sebagai benda kuno yang disakralkan serta bernilai khusus dan tinggi. Tidak jarang, masyarakat Indonesia mengaitkannya dengan hal-hal mistis.

Lahirnya Pusat Kajian Jawa (Puska Jawa) diharapkan juga menjadi motor yang memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kata “pusaka” memiliki makna yang jauh lebih luas daripada sekedar benda seperti keris maupun benda sakral lainnya. Namun juga bermakna sebagai peninggalan budaya yang perlu dilestarikan.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1095 seconds (0.1#10.140)