8 Mahasiswa Unikom Wakili Indonesia sebagai Finalis Dunia Imagine Cup 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lagi-lagi generasi muda Indonesia mengharumkan nama bangsa di ajang global. Dua kelompok mahasiswa Jurusan Teknik Informatika dan Sistem Komputer dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom) melaju sebagai finalis dunia Imagine Cup 2023.
Ajang ini merupakan kompetisi tahunan dari Microsoft yang mengajak pelajar dari berbagai belahan dunia untuk memecahkan masalah terbesar di dunia dengan teknologi.
Adalah MoonChick–sebuah inovasi untuk memberdayakan peternak di daerah, dan Snailly–suatu inovasi untuk mewujudkan internet sehat dan aman bagi anak-anak, yang sukses mengantar kedua kelompok mahasiswa Unikom sebagai finalis dunia di ajang bergengsi ini.
MoonChick dan Snailly Project adalah tim mahasiswa yang bergabung di Divisi CodeLabs, Direktorat Inovasi dan Kompetisi Unikom. Terdiri dari mahasiswa lintas jurusan dan semester, mereka memiliki antusiasme yang sama terhadap inovasi teknologi.
"Kami pun sangat bangga dengan pencapaian mereka di Imagine Cup 2023 ini. Dengan tujuan mulia menyediakan solusi modern untuk memecahkan permasalahan sosial di sekitar mereka, kerja keras mereka telah membuahkan hasil yang luar biasa," kata Dian Dharmayanti selaku Dosen Unikom.
"Proficiat kepada kedua tim, dan terima kasih kepada segenap jajaran UNIKOM serta Microsoft yang telah memberikan kesempatan emas kepada talenta-talenta muda kami," tambah Dian selaku pembimbing kedua tim bersama dengan Adam Mukharil Bachtiar, dosen pembimbing lainnya.
Terinspirasi dari banyaknya peternak ayam di Indonesia yang mendapati penurunan usaha akibat kematian ayam pada masa panen, kelompok MoonChick melakukan penelitian lapangan dan menemukan bahwa sejumlah faktor lingkungan turut menjadi penyebab permasalahan ini.
Faktor lingkungan tersebut antara lain telah membawa dampak negatif bagi situasi lingkungan di area peternakan, dan mempengaruhi kesehatan dari hewan ternak itu sendiri.
Namun, para peternak kesulitan untuk mengambil, memetakan, dan mengelola data lingkungan serta kesehatan hewan ternak secara manual. Terlebih karena rata-rata peternakan memiliki jumlah hewan ternak di atas 600 ekor.
Untuk itu, MoonChick mengusulkan sistem kolaborasi cerdas berbasis big data analytics, machine learning, dan Internet of Things (IoT) bagi para pengusaha ternak yang dapat diakses di area terpencil dengan akses internet terbatas.
MoonChick dapat membantu peternak untuk mengelola peternakan mereka secara lebih efektif. Misalnya, dengan memberikan notifikasi pada peternak ketika ada kondisi lingkungan tidak biasa yang tengah terjadi di area peternakan, atau ketika ada hewan ternak yang sakit.
"Memanfaatkan Azure Machine Learning dan Azure Blob Storage untuk uji analisis korelasi data, serta Azure Custom Vision untuk image detection, notifikasi ini juga disertai dengan informasi lebih mendalam bagi para peternak, seperti kondisi lingkungan apa yang menyebabkan kematian, atau bagaimana cara mengobati penyakit hewan ternak,” ujar Muhammad Farid Laksmana, salah satu perwakilan MoonChick.
“Tantangannya adalah bagaimana memastikan teknologi MoonChick dapat digunakan oleh para peternak, yang sebagaian besar lokasinya ada di area terpencil. Untuk itu, kami mengembangkan mekanisme edge computing yang memungkinkan IoT MoonChick bekerja dengan internet low bandwith sekalipun," kata Andi Firmansyah, anggota MoonChick.
"Kami berharap, apa yang kami lakukan dapat mendukung kesuksesan para peternak ayam dan membantu mereka memitigasi potensi risiko lainnya,“ tambahnya.
Sebelum menjadi finalis dunia Imagine Cup 2023, MoonChick terlebih dahulu menjadi runner up Epic Challenge Microsoft Imagine Cup wilayah Asia pada Februari 2023, dan terpilih sebagai finalis Imagine Cup di Asia mewakili Indonesia.
Inovasi ini terinspirasi dari semakin banyaknya generasi muda yang terekspos ke ranah digital, ketika mereka belum mampu memilah informasi di situs yang sesuai dengan rentang usia mereka. Hal ini pun dapat mengakibatkan pengalaman buruk dalam berinternet.
Di Indonesia sendiri, remaja memiliki tingkat penetrasi internet tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 99,16% untuk usia 13 – 18 tahun. Anak-anak usia 5 – 12 tahun juga masuk dalam daftar tersebut, dengan angka 62,43%.
Berangkat dari situasi ini, kelompok SnaillyProject mengembangkan aplikasi berbasis machine learning, yaitu Snailly, untuk memberdayakan orang tua agar dapat mengawasi aktivitas internet anak, guna memastikan keamanan online.
Aplikasi ini pun terpilih sebagai pemenang kategori education tingkat Asia, sehingga berhak mendapatkan hadiah senilai USD2.500 dan kredit Azure dari Microsoft Founders Hub.
“Memanfaatkan kapabilitas Azure Machine Learning, aplikasi Snailly dapat mendeteksi dan memblokir situs yang memuat konten dengan kata kunci negatif. Jikalau anak-anak secara sengaja ataupun tidak sengaja membuka situs dengan kata kunci yang dinilai tidak sesuai bagi mereka, orang tua akan mendapatkan notifikasi," ujar Adinda Regita Afifah Cahyani, salah satu perwakilan dari Snailly Project.
"Kumpulan situs ini pun akan tersimpan di database history yang dibangun menggunakan Azure Blob Storage, sehingga orang tua dapat mengecek kembali hasil blokiran yang ada. Kami berharap, inovasi ini dapat mempermudah proses pemantauan orang tua di lingkup digital yang sebelumnya lebih terbatas, dan mendukung internet sehat di Indonesia,” tambahnya.
Dalam menentukan situs atau konten yang termasuk kategori negatif, ada subjektivitas tersendiri di baliknya. Pihaknya sadar, setiap orang tua memiliki kriterianya masing-masing mengenai apa yang boleh dan tidak boleh diakses anak. Karena itu, dirinya menambahkan fitur whitelist yang memungkinkan orang tua untuk membuat personalisasi pemblokiran.
"Melalui fitur ini, orang tua dapat memasukkan kata kunci berbeda dari apa yang disarankan oleh Machine Learning, mengenai apa yang perlu dan tidak perlu diblok,“ tambah Mohammad Aziz Riza, anggota SnaillyProject.
Pencapaian dua kelompok mahasiswa Unikom tersebut, yang dalam prosesnya saling bekerja sama menyempurnakan ide satu sama lain, kian menunjukkan potensi tanpa batas generasi muda Indonesia. Tidak hanya itu, pencapaian ini juga menggarisbawahi bagaimana dengan intensi dan ide positif manusia, teknologi dampak memberikan dampak positif bagi dunia.
Kesuksesan para perwakilan mahasiswa Unikom yang dinobatkan sebagai finalis dunia Imagine Cup 2023 menjadi bukti nyata bahwa usia tidak menjadi batasan untuk meraih mimpi, ataupun untuk berkontribusi bagi sekitar. Inovasi para finalis memungkinkan mereka untuk mengembangkan ide menjadi sebuah solusi yang berdampak besar.
"Kami berharap prestasi mereka dapat menjadi inspirasi yang kuat bagi para penggiat teknologi muda lainnya di seluruh Indonesia. Mari, kita terus bersatu karya, untuk memberdayakan Indonesia,” ujar Irving Hutagalung, Country Engineering Lead, Office of the CTO, Microsoft Asia, yang ikut memberikan coaching kepada kedua tim selama keikutsertaan mereka di Imagine Cup 2023.
Bagi para pelajar yang ingin mengikuti Imagine Cup berikutnya, silakan mendaftarkan diri di https://imaginecup.microsoft.com/
Ajang ini merupakan kompetisi tahunan dari Microsoft yang mengajak pelajar dari berbagai belahan dunia untuk memecahkan masalah terbesar di dunia dengan teknologi.
Adalah MoonChick–sebuah inovasi untuk memberdayakan peternak di daerah, dan Snailly–suatu inovasi untuk mewujudkan internet sehat dan aman bagi anak-anak, yang sukses mengantar kedua kelompok mahasiswa Unikom sebagai finalis dunia di ajang bergengsi ini.
MoonChick dan Snailly Project adalah tim mahasiswa yang bergabung di Divisi CodeLabs, Direktorat Inovasi dan Kompetisi Unikom. Terdiri dari mahasiswa lintas jurusan dan semester, mereka memiliki antusiasme yang sama terhadap inovasi teknologi.
"Kami pun sangat bangga dengan pencapaian mereka di Imagine Cup 2023 ini. Dengan tujuan mulia menyediakan solusi modern untuk memecahkan permasalahan sosial di sekitar mereka, kerja keras mereka telah membuahkan hasil yang luar biasa," kata Dian Dharmayanti selaku Dosen Unikom.
"Proficiat kepada kedua tim, dan terima kasih kepada segenap jajaran UNIKOM serta Microsoft yang telah memberikan kesempatan emas kepada talenta-talenta muda kami," tambah Dian selaku pembimbing kedua tim bersama dengan Adam Mukharil Bachtiar, dosen pembimbing lainnya.
MoonChick, Inovasi untuk Kategori ‘Earth’
Terinspirasi dari banyaknya peternak ayam di Indonesia yang mendapati penurunan usaha akibat kematian ayam pada masa panen, kelompok MoonChick melakukan penelitian lapangan dan menemukan bahwa sejumlah faktor lingkungan turut menjadi penyebab permasalahan ini.
Faktor lingkungan tersebut antara lain telah membawa dampak negatif bagi situasi lingkungan di area peternakan, dan mempengaruhi kesehatan dari hewan ternak itu sendiri.
Namun, para peternak kesulitan untuk mengambil, memetakan, dan mengelola data lingkungan serta kesehatan hewan ternak secara manual. Terlebih karena rata-rata peternakan memiliki jumlah hewan ternak di atas 600 ekor.
Untuk itu, MoonChick mengusulkan sistem kolaborasi cerdas berbasis big data analytics, machine learning, dan Internet of Things (IoT) bagi para pengusaha ternak yang dapat diakses di area terpencil dengan akses internet terbatas.
MoonChick dapat membantu peternak untuk mengelola peternakan mereka secara lebih efektif. Misalnya, dengan memberikan notifikasi pada peternak ketika ada kondisi lingkungan tidak biasa yang tengah terjadi di area peternakan, atau ketika ada hewan ternak yang sakit.
"Memanfaatkan Azure Machine Learning dan Azure Blob Storage untuk uji analisis korelasi data, serta Azure Custom Vision untuk image detection, notifikasi ini juga disertai dengan informasi lebih mendalam bagi para peternak, seperti kondisi lingkungan apa yang menyebabkan kematian, atau bagaimana cara mengobati penyakit hewan ternak,” ujar Muhammad Farid Laksmana, salah satu perwakilan MoonChick.
“Tantangannya adalah bagaimana memastikan teknologi MoonChick dapat digunakan oleh para peternak, yang sebagaian besar lokasinya ada di area terpencil. Untuk itu, kami mengembangkan mekanisme edge computing yang memungkinkan IoT MoonChick bekerja dengan internet low bandwith sekalipun," kata Andi Firmansyah, anggota MoonChick.
"Kami berharap, apa yang kami lakukan dapat mendukung kesuksesan para peternak ayam dan membantu mereka memitigasi potensi risiko lainnya,“ tambahnya.
Sebelum menjadi finalis dunia Imagine Cup 2023, MoonChick terlebih dahulu menjadi runner up Epic Challenge Microsoft Imagine Cup wilayah Asia pada Februari 2023, dan terpilih sebagai finalis Imagine Cup di Asia mewakili Indonesia.
SnaillyProject, Inovasi untuk Kategori ‘Education’
Inovasi ini terinspirasi dari semakin banyaknya generasi muda yang terekspos ke ranah digital, ketika mereka belum mampu memilah informasi di situs yang sesuai dengan rentang usia mereka. Hal ini pun dapat mengakibatkan pengalaman buruk dalam berinternet.
Di Indonesia sendiri, remaja memiliki tingkat penetrasi internet tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 99,16% untuk usia 13 – 18 tahun. Anak-anak usia 5 – 12 tahun juga masuk dalam daftar tersebut, dengan angka 62,43%.
Berangkat dari situasi ini, kelompok SnaillyProject mengembangkan aplikasi berbasis machine learning, yaitu Snailly, untuk memberdayakan orang tua agar dapat mengawasi aktivitas internet anak, guna memastikan keamanan online.
Aplikasi ini pun terpilih sebagai pemenang kategori education tingkat Asia, sehingga berhak mendapatkan hadiah senilai USD2.500 dan kredit Azure dari Microsoft Founders Hub.
“Memanfaatkan kapabilitas Azure Machine Learning, aplikasi Snailly dapat mendeteksi dan memblokir situs yang memuat konten dengan kata kunci negatif. Jikalau anak-anak secara sengaja ataupun tidak sengaja membuka situs dengan kata kunci yang dinilai tidak sesuai bagi mereka, orang tua akan mendapatkan notifikasi," ujar Adinda Regita Afifah Cahyani, salah satu perwakilan dari Snailly Project.
"Kumpulan situs ini pun akan tersimpan di database history yang dibangun menggunakan Azure Blob Storage, sehingga orang tua dapat mengecek kembali hasil blokiran yang ada. Kami berharap, inovasi ini dapat mempermudah proses pemantauan orang tua di lingkup digital yang sebelumnya lebih terbatas, dan mendukung internet sehat di Indonesia,” tambahnya.
Dalam menentukan situs atau konten yang termasuk kategori negatif, ada subjektivitas tersendiri di baliknya. Pihaknya sadar, setiap orang tua memiliki kriterianya masing-masing mengenai apa yang boleh dan tidak boleh diakses anak. Karena itu, dirinya menambahkan fitur whitelist yang memungkinkan orang tua untuk membuat personalisasi pemblokiran.
"Melalui fitur ini, orang tua dapat memasukkan kata kunci berbeda dari apa yang disarankan oleh Machine Learning, mengenai apa yang perlu dan tidak perlu diblok,“ tambah Mohammad Aziz Riza, anggota SnaillyProject.
Satu Karya untuk Berdayakan Indonesia
Pencapaian dua kelompok mahasiswa Unikom tersebut, yang dalam prosesnya saling bekerja sama menyempurnakan ide satu sama lain, kian menunjukkan potensi tanpa batas generasi muda Indonesia. Tidak hanya itu, pencapaian ini juga menggarisbawahi bagaimana dengan intensi dan ide positif manusia, teknologi dampak memberikan dampak positif bagi dunia.
Kesuksesan para perwakilan mahasiswa Unikom yang dinobatkan sebagai finalis dunia Imagine Cup 2023 menjadi bukti nyata bahwa usia tidak menjadi batasan untuk meraih mimpi, ataupun untuk berkontribusi bagi sekitar. Inovasi para finalis memungkinkan mereka untuk mengembangkan ide menjadi sebuah solusi yang berdampak besar.
"Kami berharap prestasi mereka dapat menjadi inspirasi yang kuat bagi para penggiat teknologi muda lainnya di seluruh Indonesia. Mari, kita terus bersatu karya, untuk memberdayakan Indonesia,” ujar Irving Hutagalung, Country Engineering Lead, Office of the CTO, Microsoft Asia, yang ikut memberikan coaching kepada kedua tim selama keikutsertaan mereka di Imagine Cup 2023.
Bagi para pelajar yang ingin mengikuti Imagine Cup berikutnya, silakan mendaftarkan diri di https://imaginecup.microsoft.com/
(mpw)