Teknik Pomodoro Tingkatkan Fokus dan Produktivitas Belajar
loading...
A
A
A
Nurul Lathifah
Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS
MESKIPUNtelah menghabiskan banyak waktu untuk belajar , terkadang hasil yang didapatkan tidak sesuai yang diharapkan. Kurangnya fokus sering menjadi penyebab sehingga waktu yang diluangkan menjadi kurang efektif. Salah satu upaya paling populer dalam mengatasi hal tersebut adalah teknik belajar Pomodoro.
Ide di balik teknik Pomodoro yang ditemukan oleh Francesco Cirillo pada 1980 ini adalah pengaturan waktu untuk memunculkan rasa urgensi. Alih-alih merasa memiliki waktu belajar tanpa akhir lalu menyia-nyiakan waktu akibat adanya distraksi, teknik ini membuat kita hanya memiliki 25 menit berharga untuk melakukan suatu pekerjaan.
Teknik Pomodoro berprinsip bahwa istirahat di sela-sela belajar penting untuk menjaga fokus. Teknik ini memiliki sistem belajar yang berdurasi singkat namun memiliki intensitas tinggi, umumnya 25 menit belajar dan lima menit istirahat. Namun, setelah mencapai empat interval belajar, waktu istirahat menjadi lebih panjang sekitar 15 hingga 30 menit.
Staffan Noteberg dalam bukunya Pomodoro Technique Illustrated, The Easy Way to Do More in Less Time menyebut bahwa teknik Pomodoro efektif digunakan untuk menghindari gangguan selama belajar. Tak hanya itu, teknik ini juga menuntut kita untuk memecah pekerjaan yang rumit menjadi bagian-bagian kecil dan mengerjakannya sesuai skala prioritas.
Selain meningkatkan fokus dan mencegah kelelahan mental akibat terlalu lama belajar, teknik Pomodoro juga membantu meningkatkan produktivitas. Di sisi lain, dengan terbiasa mengerjakan satu hal tanpa distraksi dapat menghilangkan kebiasaan multitasking. Efeknya juga dapat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas belajar karena kita terbiasa mengelola waktu dan tujuan.
Hal ini mengingatkan penulis pada kebiasaan kebiasaan belajar dengan waktu yang lama tanpa adanya batasan kapan harus berhenti. Seringkali, parameter utama yang digunakan untuk menentukan waktu istirahat adalah saat semua materi selesai dipelajari.
Nyatanya hal tersebut membuat beban belajar menjadi lebih berat. Pikiran akan terasa jenuh dan tidak fokus yang berujung pada distraksi. Akibatnya, kita membutuhkan waktu belajar lebih lama dari seharusnya.
Meskipun demikian, masa transisi dari cara belajar lama menuju cara belajar baru tentunya memiliki banyak kendala berdasarkan kemampuan masing-masing individu. Patokan waktu 25 menit belajar dan lima menit istirahat ternyata juga tidak selalu sesuai. Terkadang seseorang membutuhkan waktu lebih maupun kurang dari itu.
Di sisi lain, menurut penulis, teknik ini kurang cocok digunakan untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan secara berkelompok. Pertama, tidak semua orang menerapkan teknik yang sama dalam belajar. Kedua, waktu belajar setiap orang bisa berbeda-beda. Sehingga biasanya orang yang menggunakan teknik belajar Pomodoro mematikan alarm mereka saat bersama kelompok.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dianne Dukette dan David Cornish (2009), rata-rata otak manusia dewasa hanya mampu fokus selama 20 menit pertama. Poin ini menunjukkan bahwa durasi fokus seseorang dapat bervariasi. Sehingga untuk menerapkan teknik Pomodoro, interval waktu belajar yang dibutuhkan tidak harus selalu 25 menit. Setiap individu dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan masing-masing.
Tidak masalah apabila kita memiliki interval belajar yang tidak sesuai dengan model asli teknik Pomodoro, contohnya 30 menit belajar dan lima menit istirahat. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kunci dari teknik ini adalah membantu kita untuk fokus dan menghindari distraksi selama belajar. Apabila kedua hal tersebut tetap kita dapatkan, maka teknik Pomodoro telah efektif membantu kita dalam belajar.
Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS
MESKIPUNtelah menghabiskan banyak waktu untuk belajar , terkadang hasil yang didapatkan tidak sesuai yang diharapkan. Kurangnya fokus sering menjadi penyebab sehingga waktu yang diluangkan menjadi kurang efektif. Salah satu upaya paling populer dalam mengatasi hal tersebut adalah teknik belajar Pomodoro.
Ide di balik teknik Pomodoro yang ditemukan oleh Francesco Cirillo pada 1980 ini adalah pengaturan waktu untuk memunculkan rasa urgensi. Alih-alih merasa memiliki waktu belajar tanpa akhir lalu menyia-nyiakan waktu akibat adanya distraksi, teknik ini membuat kita hanya memiliki 25 menit berharga untuk melakukan suatu pekerjaan.
Teknik Pomodoro berprinsip bahwa istirahat di sela-sela belajar penting untuk menjaga fokus. Teknik ini memiliki sistem belajar yang berdurasi singkat namun memiliki intensitas tinggi, umumnya 25 menit belajar dan lima menit istirahat. Namun, setelah mencapai empat interval belajar, waktu istirahat menjadi lebih panjang sekitar 15 hingga 30 menit.
Staffan Noteberg dalam bukunya Pomodoro Technique Illustrated, The Easy Way to Do More in Less Time menyebut bahwa teknik Pomodoro efektif digunakan untuk menghindari gangguan selama belajar. Tak hanya itu, teknik ini juga menuntut kita untuk memecah pekerjaan yang rumit menjadi bagian-bagian kecil dan mengerjakannya sesuai skala prioritas.
Selain meningkatkan fokus dan mencegah kelelahan mental akibat terlalu lama belajar, teknik Pomodoro juga membantu meningkatkan produktivitas. Di sisi lain, dengan terbiasa mengerjakan satu hal tanpa distraksi dapat menghilangkan kebiasaan multitasking. Efeknya juga dapat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas belajar karena kita terbiasa mengelola waktu dan tujuan.
Hal ini mengingatkan penulis pada kebiasaan kebiasaan belajar dengan waktu yang lama tanpa adanya batasan kapan harus berhenti. Seringkali, parameter utama yang digunakan untuk menentukan waktu istirahat adalah saat semua materi selesai dipelajari.
Nyatanya hal tersebut membuat beban belajar menjadi lebih berat. Pikiran akan terasa jenuh dan tidak fokus yang berujung pada distraksi. Akibatnya, kita membutuhkan waktu belajar lebih lama dari seharusnya.
Meskipun demikian, masa transisi dari cara belajar lama menuju cara belajar baru tentunya memiliki banyak kendala berdasarkan kemampuan masing-masing individu. Patokan waktu 25 menit belajar dan lima menit istirahat ternyata juga tidak selalu sesuai. Terkadang seseorang membutuhkan waktu lebih maupun kurang dari itu.
Di sisi lain, menurut penulis, teknik ini kurang cocok digunakan untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan secara berkelompok. Pertama, tidak semua orang menerapkan teknik yang sama dalam belajar. Kedua, waktu belajar setiap orang bisa berbeda-beda. Sehingga biasanya orang yang menggunakan teknik belajar Pomodoro mematikan alarm mereka saat bersama kelompok.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dianne Dukette dan David Cornish (2009), rata-rata otak manusia dewasa hanya mampu fokus selama 20 menit pertama. Poin ini menunjukkan bahwa durasi fokus seseorang dapat bervariasi. Sehingga untuk menerapkan teknik Pomodoro, interval waktu belajar yang dibutuhkan tidak harus selalu 25 menit. Setiap individu dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan masing-masing.
Tidak masalah apabila kita memiliki interval belajar yang tidak sesuai dengan model asli teknik Pomodoro, contohnya 30 menit belajar dan lima menit istirahat. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kunci dari teknik ini adalah membantu kita untuk fokus dan menghindari distraksi selama belajar. Apabila kedua hal tersebut tetap kita dapatkan, maka teknik Pomodoro telah efektif membantu kita dalam belajar.
(mpw)