Kisah Agustine Hutapea, Raih Penghargaan dari Jepang dan Lulus S2 Double Degree UGM
loading...
A
A
A
“Karena tesis saya sepertinya menjawab kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama terkait permasalahan krusial dalam pembangunan infrastruktur selama ini," ucapnya.
Melalui tesis berjudul Stakeholder Perspectives of TOD Project Failure (A Case Of The TOD Project in Pondok Cina), ia menjabarkan beberapa kegagalan suatu pembangunan infrastruktur dengan model baru yaitu model TOD (Transit Oriented Development).
Tanpa pemahaman mendalam soal TOD banyak yang salah kaprah dalam praktik pembangunan infrastruktur.
Baca juga: Kemenag Buka Pendaftaran Kuliah di Al-Azhar Mesir untuk Siswa dan Santri, Ini Ketentuannya
Dengan demikian, cukup wajar bila tidak sedikit yang gagal proyek. Untuk studi kasus, Agustine mengambil daerah penelitian di Pondok Cina Jakarta, daerah dimana ia tinggal.
TOD di Indonesia dinilainya tidak memiliki gambaran yang jelas dan tidak tahu sumber daya apa saja yang dibutuhkan.
“Berbeda dengan di Jepang, mereka sadar betul bahwa pembangunan yang besar harus berkelanjutan, butuh dana besar dan harus berkolaborasi," sebutnya.
Agustine tercatat lulus sarjana dari Universitas Indonesia Program Studi Administrasi Fiskal. Kini, ia bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Biro Perencanaan Keuangan, sebuah lembaga yang mengurusi kebutuhan para peneliti.
“Saya berharap setelah lulus program master ini bisa segera melanjutkan untuk studi tingkat doktoral," harap Agustina.
Lihat Juga: Pendidikan Basuki Hadimuljono, Ketua Umum PP Kagama 2024 yang Dijuluki Bapak Pembangunan
Melalui tesis berjudul Stakeholder Perspectives of TOD Project Failure (A Case Of The TOD Project in Pondok Cina), ia menjabarkan beberapa kegagalan suatu pembangunan infrastruktur dengan model baru yaitu model TOD (Transit Oriented Development).
Tanpa pemahaman mendalam soal TOD banyak yang salah kaprah dalam praktik pembangunan infrastruktur.
Baca juga: Kemenag Buka Pendaftaran Kuliah di Al-Azhar Mesir untuk Siswa dan Santri, Ini Ketentuannya
Dengan demikian, cukup wajar bila tidak sedikit yang gagal proyek. Untuk studi kasus, Agustine mengambil daerah penelitian di Pondok Cina Jakarta, daerah dimana ia tinggal.
TOD di Indonesia dinilainya tidak memiliki gambaran yang jelas dan tidak tahu sumber daya apa saja yang dibutuhkan.
“Berbeda dengan di Jepang, mereka sadar betul bahwa pembangunan yang besar harus berkelanjutan, butuh dana besar dan harus berkolaborasi," sebutnya.
Agustine tercatat lulus sarjana dari Universitas Indonesia Program Studi Administrasi Fiskal. Kini, ia bekerja di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Biro Perencanaan Keuangan, sebuah lembaga yang mengurusi kebutuhan para peneliti.
“Saya berharap setelah lulus program master ini bisa segera melanjutkan untuk studi tingkat doktoral," harap Agustina.
Lihat Juga: Pendidikan Basuki Hadimuljono, Ketua Umum PP Kagama 2024 yang Dijuluki Bapak Pembangunan
(nnz)