Kisah Perjuangan Maylenty Wempi Berantas Buta Huruf di Daerah Perbatasan Malinau

Kamis, 22 Juni 2023 - 23:23 WIB
loading...
Kisah Perjuangan Maylenty...
Maylenty Wempi menggerakan komunitas dan PKK untuk ikut mendukung program pendidikan dan meningkatkan SDM di Malinau, Kalimantan Utara. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Kehidupannya yang susah di masa lalu, menjadikan Maylenty Wempi peduli dengan dunia pendidikan . Ia menggerakan komunitas untuk ikut mendukung program pendidikan di Malinau, Kalimantan Utara.

Melalui Gerakan Kasih, Maylenty berupaya meningkatkan keterampilan di daerah perbatasan tepatnya di wilayah Kalimantan Utara.

Maylenty Wempi merupakan Ketua Tim Pengerak PKK Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, yang aktif dan peduli di dunia pendidikan, khususnya anak-anak . Lahir di Desa Setarap, Kecamatan Malinau Selatan Hilir pada 6 Mei 1984.



Masa lalunya yang susah karena keterbatasan membayar biaya sekolah saat itu menjadikannya sebagai wanita yang peduli dengan dunia pendidikan di Malinau.

Maylenty kecil merasakan harus bergantian memakai baju seragam sekolah, sepatu dan tas dengan kakaknya untuk menempuh pendidikan dari SD dan SMP. Kemudian melanjutkan SMK di Tanjung Selor, Bulungan dan akhirnya lulus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Tarakan.

“Dari latar belakang, keterbatasan biaya untuk sekolah, saya dan bapak (Bupati Malinau) membantu kebutuhan warga untuk pendidikan,” kata Maylenty. Istri dari Bupati Malinau Wempi W. Mawa mengikuti program dari bupati, dimana salah satunya program Wajib Belajar Malinau Maju.



Bersama kader PKK yang tergabung dalam kelompok kerja (pokja) 1 yang membidangi pola asuh anak dan pokja 2 membidangi pendidikan, Maylenty bergerak ke desa–desa di Malinau untuk kemajuan pendidikan.

“Sebenarnya program pendidikan yang digunakan oleh pak Bupati, kami menyesuaikan karena di PKK ada pokja 1 dan pokja 2,” katanya.

Maylenty yang senang dengan anak–anak ini juga sebagai Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Awalnya ingin lebih mengaktifkan lagi PAUD, supaya anak–anak di Malinau lebih aktif. Kemudian PKK melakukan komunikasi dengan pihak program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI).

Apalagi saat itu, diketahui banyak anak–anak di Malinau yang belum bisa membaca. Kalau di perkotaan masuk SD sudah bisa membaca, sedangkan di desa–desa itu tidak diwajibkan.

Di situlah gerakan PKK Bersama teman–teman pokja 1 dan pokja 2 INOVASI membentuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Dengan semangat terbentuklah sampai sekarang.

“Semangat sudah di desa–desa meminta saya datang untuk membentuk TBM di desa mereka masing – masing. Walaupun sudah ada sebelumnya tapi kurang aktif,” katanya.

Para kader PKK, yang merupakan ibu–ibu lebih cepat menyampaikan terkait pendidikan untuk keluarga di desa–desa. Kemudian TBM mulai bergerak di desa masing–masing. Dilakukan secara berjenjang dari pengurus PKK di kecamatan dilanjutkan ke pengurus PKK di desa–desa.

“Kami mengontrol lewat ibu camat kemudian ibu kades dan ini mempermudah. Setiap ada kegiatan di desa agar mengirim foto kegiatan. Jadi tahu betul, ada kegiatan bentuk dokumentasi, jenjangnya jadi berjalan,” kata Maylenty.

Selain itu, bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Baca Malinau (IKBM) diminta untuk melatih membaca bagaimana para penggiat TBM serta berkomunikasi dengan anak - anak di desa.

“Kami bangga karena gerakan ini mendapat respon di desa dan antusiasnya tinggi,” kata Maylenty.

Bagaimana sebelumnya ibu–ibu PKK saat ini peduli terhadap pendidikan anak–anak. Walaupun sebelumnya gerakan seperti ini belum kelihatan. Karena PKK sebelumnya pada gerakan keluarga sehat, rumah bersih serta bagaimana anak - anak sehat.

Jadi adanya PKK bukan hanya sebagai mitra pemerintah, tapi juga mendukung dari sisi keluarga secara langsung. PKK ini bergerak di 15 kecamatan dan 109 desa di Malinau.

Pada awalnya mulai melakukan di wilayah kota Malinau, namun sasaran saat ini kalau bisa 109 desa dapat terjangkau oleh TBM. Diharapkan ke depannya juga ada perpustakaan di tiap desa.

“Jadi kita maunya lagi ke tingkat lebih kecil ke RT untuk anak-anak aktif dan orang tua aktif kita minta langsung dari RT,” katanya.

Selama ini, yang dibahas di RT terkait bersih lingkungan dan pembangunan di dalam RT tapi sekarang pendidikannya melalui TBM itu menjadi modal utama. Selain itu, ada gerakan PKK desa langsung ke RT juga.

Bupati Malinau Wempi W. Mawa mengharapkan SDM harus lebih diunggulkan karena untuk masa depan.

Maylenty dalam gerakan literasi di TBM ini merangkul tokoh-tokoh agama baik Nasrani maupun Islam. Dengan adanya gerakan PKK kabupaten yang mengimbau ada kegiatan belajar mengajar.

Kadernya langsung, juga meminta keterlibatan tokoh – tokoh agama kalau di Nasrani ada sekolah Minggu kalau yang Islam ada yang dari penggajian anak – anak, supaya semua bisa masuk.

“Kita bangga juga dari INOVASI, ada perpustakaan menyiapkan buku-buku untuk anak–anak di desa,” katanya.

Letak geografis wilayah Malinau terutama untuk perbatasan seperti Apokayan kendalanya adalah sarana transportasi. PKK untuk kader TBM pelatihan tidak ada transportasi lain selain menggunakan transportasi udara.

Namun hal itu, tidak membuat putus semangat. “Dimana bupati kunjungan ke wilayah, PKK ikut, karena untuk menghemat biaya transportasi,” katanya.

Misalnya ke wilayah Kayan Hilir, Sule Pipay yang jarak tempuhnya hampir dua jam naik pesawat yang memiliki kapasitas 6 orang. Jika pesawat mendarat di lapangan perintis seperti penumpang di dalamnya seperti naik kuda.

TBM di Malinau mulai aktif pada tahun 2020, mereka melihat aktifnya kegiatan PKK langsung ke keluarga. Pada saat masa Covid-19. Maylenty bersama para kader PKK keliling membagikan buku - buku cerita. Dari desa ke desa dengan pengalaman hidup yang keras dengan menggunakan perahu kayu mengarungi jeram – jeram sungai yang berbahaya.

“Bahkan kalau perahu kami tidak bisa melalui jeram, tersebut, kami terpaksa berjalan kaki mencari jalan alternatif lain,” katanya.

Hal tersebut dia lakukan tidak lain, ingin melihat warganya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak – anak lain di Indonesia. Gerakan inilah yang Maylenty katakan sebagai Gerakan Pelayanan Kasih untuk pendidikan anak – anak di Malinau.

Hal ini dilakukan, lebih pada pelayanan dan kader PKK tidak ada honor dan tidak ada upah. Karena ini merupakan kerja ikhlas dan sampai ke desa. “Memiliki kasih dengan pikiran dan hati, punya rasa kepeduliaan pasti kerjanya ikhlas,” kata Maylenty.

Untuk saat ini, daerah yang masih terjangkau responnya luar biasa, minat anak lebih Tinggi. Bahkan bukunya mengalami kekurangan. Karena respons anak dan respon orang tua tinggi terhadap kegiatan di TBM.

Untuk operasional buku-buku lewat IKBM, PKK beberapa waktu ke depan akan ada nota kesepahaman dengan IKBM. Jadi IKBM itu sangat diperlukan sekali. Bagaimana mengarahkan teman–teman untuk melakukan belajar di TBM desanya masing–masing.

Maylenty meminta keterlibatan orang tua untuk peduli dengan pendidikan anak–anak, orang tua harus tahu perkembangan anak seperti apa. Walaupun di daerah Malinau masih ada kemampuan orang tua yang memiliki kemampuan terbatas.

“Bahkan ada anak–anak yang tidak tahu dia sudah kelas berapa. Kita minta orang tua mengasih kepedulian. Itulah tadi gerakan PKK agar ibu-ibu di desa atau orang tua peduli pendidikan anak,” katanya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2540 seconds (0.1#10.140)