Alumnus Unair Ungkap Rahasia Tembus Harvard Medical School
loading...
A
A
A
JAKARTA - Alumnus Universitas Airlangga (Unair) Farizal Rizky Muharam berhasil diterima di Harvard Medical School, Harvard University . Dia pun mengungkapkan rahasianya bisa tembus ke universitas paling bergengsi dunia itu.
Farizal sebelumnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Unair. Di Harvard, dia mengambil kuliah Master Global Health Delivery. Jurusan ini diambilnya karena dia beranggapan dunia kesehatan saat ini tengah diuji kesenjangan dan kebijakannya. Hal ini memunculkan semangat padanya untuk melihat kesehatan secara luas.
“Harus paham tujuan yang mau kita capai dan apa dampaknya saat pulang ke Indonesia nanti. Kalau alasan kita kuat maka semua prosesnya akan mengikuti,” ungkapnya, dikutip dari laman Unair, Jumat (7/7/2023).
Tahap selanjutnya, dia menjelaskan, ialah membangun rekam jejak yang baik. Track record ini penting karena akan dibaca dengan seksama oleh perguruan tinggi tujuan pada daftar riwayat hidup. Saat menyusun daftar riwayat hidup, dia menyarankan untuk fokus pada bidang yang ingin dipelajari di Harvard University.
Baca juga: Pertama dan Satu-satunya di Indonesia, IPB Buka Prodi Magister Keamanan Pangan
“Saya fokusnya pada kebijakan kesehatan. Jadi yang saya tonjolkan adalah pengalaman organisasi, relawan, hingga internship. Saya juga memasukkan pengalaman penelitian terkait dengan kebijakan publik,” lugas Farizal.
Hal penting lainnya adalah surat rekomendasi yang bisa diterbitkan instansi tempat kerja atau dosen. Menurutnya, jangan segan untuk selalu berdiskusi dengan dosen dan membina hubungan baik dengan mereka.
“Saat berhubungan sama dosen-dosen, saya banyak berdiskusi dengan mereka dan membina hubungan baik. Jadi jika meminta rekomendasi nantinya lebih mudah dan tidak bingung,” tambahnya.
Hal tak kalah penting adalah kemampuan bahasa Inggris. Kesulitan setiap orang pada komponen kemampuan bahasa Inggris berbeda-beda.
Baca juga: Kenal Lebih Jauh 3 Lokasi Kampus Unair di Surabaya, No 1 Masuk Cagar Budaya
Farizal mengungkapkan, ia sempat kesulitan pada komponen writing dan speaking. Namun hal ini tak jadi kendala berarti karena ia hadir di lingkungan yang mendukung setiap proses yang ia lalui.
“Kalau dari writing saya coba untuk menulis paper. Kalau speaking, latihan bersama teman-teman melatih kemampuan bicara sekaligus diskusi,” ungkapnya.
Saat ini untuk mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris cukup mudah. Masyarakat bisa menggunakan aplikasi tes kemampuan bahasa Inggris yang bebas akses.
Biayanya juga lebih murah. Beberapa perguruan tinggi dunia telah memperbolehkan calon mahasiswanya menggunakan aplikasi ini, salah satunya Harvard University.
“Tes melalui aplikasi sama saja sulitnya dengan tes pada umumnya. Hanya saja biayanya lebih murah dan bisa dilakukan dimana saja,” ujarnya.
Penerima beasiswa LPDP tersebut berpesan kepada masyarakat untuk terus bermimpi setinggi mungkin. Ia optimistis bahwa kemampuan masyarakat Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
“Anak Indonesia itu nggak kalah sama orang dari negara lain. Kalau kita bermimpi maka carilah jalan. Jangan lupa berdoa dan minta restu orang tua,” pungkas Farizal.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
Farizal sebelumnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Unair. Di Harvard, dia mengambil kuliah Master Global Health Delivery. Jurusan ini diambilnya karena dia beranggapan dunia kesehatan saat ini tengah diuji kesenjangan dan kebijakannya. Hal ini memunculkan semangat padanya untuk melihat kesehatan secara luas.
Cara Farizal Tembus Harvard Medical School
Menurut Farizal, hal pertama yang harus calon mahasiswa lakukan adalah menentukan tujuan. Dia mengatakan, tujuan adalah hal yang penting untuk menentukan langkah selanjutnya.“Harus paham tujuan yang mau kita capai dan apa dampaknya saat pulang ke Indonesia nanti. Kalau alasan kita kuat maka semua prosesnya akan mengikuti,” ungkapnya, dikutip dari laman Unair, Jumat (7/7/2023).
Tahap selanjutnya, dia menjelaskan, ialah membangun rekam jejak yang baik. Track record ini penting karena akan dibaca dengan seksama oleh perguruan tinggi tujuan pada daftar riwayat hidup. Saat menyusun daftar riwayat hidup, dia menyarankan untuk fokus pada bidang yang ingin dipelajari di Harvard University.
Baca juga: Pertama dan Satu-satunya di Indonesia, IPB Buka Prodi Magister Keamanan Pangan
“Saya fokusnya pada kebijakan kesehatan. Jadi yang saya tonjolkan adalah pengalaman organisasi, relawan, hingga internship. Saya juga memasukkan pengalaman penelitian terkait dengan kebijakan publik,” lugas Farizal.
Hal penting lainnya adalah surat rekomendasi yang bisa diterbitkan instansi tempat kerja atau dosen. Menurutnya, jangan segan untuk selalu berdiskusi dengan dosen dan membina hubungan baik dengan mereka.
“Saat berhubungan sama dosen-dosen, saya banyak berdiskusi dengan mereka dan membina hubungan baik. Jadi jika meminta rekomendasi nantinya lebih mudah dan tidak bingung,” tambahnya.
Pentingnya Kemampuan Bahasa Inggris
Hal tak kalah penting adalah kemampuan bahasa Inggris. Kesulitan setiap orang pada komponen kemampuan bahasa Inggris berbeda-beda.
Baca juga: Kenal Lebih Jauh 3 Lokasi Kampus Unair di Surabaya, No 1 Masuk Cagar Budaya
Farizal mengungkapkan, ia sempat kesulitan pada komponen writing dan speaking. Namun hal ini tak jadi kendala berarti karena ia hadir di lingkungan yang mendukung setiap proses yang ia lalui.
“Kalau dari writing saya coba untuk menulis paper. Kalau speaking, latihan bersama teman-teman melatih kemampuan bicara sekaligus diskusi,” ungkapnya.
Saat ini untuk mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris cukup mudah. Masyarakat bisa menggunakan aplikasi tes kemampuan bahasa Inggris yang bebas akses.
Biayanya juga lebih murah. Beberapa perguruan tinggi dunia telah memperbolehkan calon mahasiswanya menggunakan aplikasi ini, salah satunya Harvard University.
“Tes melalui aplikasi sama saja sulitnya dengan tes pada umumnya. Hanya saja biayanya lebih murah dan bisa dilakukan dimana saja,” ujarnya.
Penerima beasiswa LPDP tersebut berpesan kepada masyarakat untuk terus bermimpi setinggi mungkin. Ia optimistis bahwa kemampuan masyarakat Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
“Anak Indonesia itu nggak kalah sama orang dari negara lain. Kalau kita bermimpi maka carilah jalan. Jangan lupa berdoa dan minta restu orang tua,” pungkas Farizal.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
(nnz)