Upaya Membangun SDM Unggul di Masa Depan melalui Program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA)

Sabtu, 08 Juli 2023 - 06:00 WIB
loading...
A A A
“Kini IISMA semakin berkembang, bahkan semakin banyak perguruan tinggi top 100 dunia yang menjadi tempat studi. Maka dari itu, pendaftar IISMA dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2021 ke 2022 naik sekitar 300 persen, kemudian dari tahun 2022 ke tahun 2023 naik sekitar 150 persen, sehingga secara keseluruhannya naik sekitar 450 persen,” ujarnya.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa peningkatan minat tersebut diimbangi dengan peningkatan kualitas dari para pendaftar. “Salah satu bukti peningkatan kualitas yakni melalui skor kemampuan bahasa Inggris yang meningkat 0,5-1 digit dalam format IELTS. Pada tahun 2021 rata-rata pendaftar memiliki skor 6,5, namun tahun ini sudah mencapai 7,5. Hal tersebut menjadi tantangan bagi para pendaftar untuk terus meningkatkan kualitas dirinya karena proses seleksi pasti akan semakin ketat,” tuturnya.

Enrique dan Tania yang saat ini aktif mengelola komunitas IISMA Fighters pun turut merasakan tingginya animo para mahasiswa terhadap IISMA. “Kini IISMA Fighters sudah berisi lebih dari 9.000 orang. Melalui komunitas ini, kami memberikan wawasan terkait program IISMA dari mulai pendaftaran, beragam tips, dan lain-lain. Selain itu kami juga merancang program untuk membantu alumni,” tutur Enrique.

Program IISMA ini telah dilaksanakan sejak 2021 dan diberikan kepada mahasiswa Indonesia program sarjana dari perguruan tinggi akademik dan program diploma dari perguruan tinggi vokasi. Mereka berkesempatan belajar di perguruan tinggi unggul di luar negeri selama satu semester atau selama empat sampai enam bulan.

Perluas Akses dengan Tetap Menjaga Kualitas

Sri Gunani memaparkan bahwa untuk program IISMA tahun ini diterapkan skema baru yakni skema co-founding. Hal ini dilatarbelakangi oleh antusiasme publik yang tinggi terhadap IISMA yang tidak diimbangi dengan ketersediaan dana.

“Melalui jalur co-funding, para mahasiswa Indonesia akan mendapat kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi luar negeri terbaik selama satu semester dengan pembiayaan bersama antara pemerintah dan pihak mahasiswa secara mandiri,” ujarnya.

Hal ini menurutnya menunjukkan sikap gotong royong dalam pembiayaan program IISMA agar dapat memanfaatkan kuota yang disediakan oleh perguruan tinggi mitra di luar negeri dan tetap menjaga kualitas, khususnya untuk memastikan keberhasilan studi (success rate) dan dampaknya pada capaian pembelajaran mahasiswa yang menjadi peserta.

"Jadi, pemerintah membiayai misalnya dari SPP, biaya registrasi, dan tiket perjalanan internasionalnya. Kemudian dari pihak mahasiswa, misalnya orang tua atau pihak donatur, bisa membiayai living allowance, tiket dalam negeri di negara tempat studi, kemudian asuransi dan visa. Kemarin di pleno dinyatakan untuk tahun ini akan ada 300 mahasiswa yang siap diberangkatkan," ujarnya.

Andi Rahardiyan pun menegaskan bahwa tidak ada pembeda signifikan antara skema reguler ataupun co-funding, termasuk dalam proses seleksi. Skema reguler dan co-funding hanya pada berbeda pada sumber pendanaannya saja.

"Dalam seleksi, kami masih menggunakan merit based system. Juknisnya sama, algoritmanya sama, yang mewawancara juga sama, kemudian kolom penilaiannya juga sama," ucapnya.

Sebagai alumni program IISMA, Tania dan Enrique juga mengajak rekan-rekan sesama mahasiswa yang masih ragu untuk mengikuti IISMA agar tidak takut dan mulai mengambil langkah untuk mempersiapkan syarat-syarat seleksi sejak dini. Tak lupa mereka berbagi tips kepada para mahasiswa peminat program IISMA.

“Sebelum mendaftar, sebaiknya harus melakukan persiapan dengan matang dari jauh-jauh hari. Kita juga harus memperdalam wawasan tentang program IISMA, serta teliti dalam mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan,” ujar Enrique.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0890 seconds (0.1#10.140)